Merasa Aneh

2.5K 265 28
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Bagaimana jika tidak ada Arion dalam hidup Atala? Kalimat tersebut pernah berkeliaran di dalam kepala Atala saat ia masih berusia 10 tahun. Sebab saat itu, Arion terlihat membentangkan jarak di antara mereka.

Sejak kecil, Atala memang lebih dekat dengan Arion. Entahlah, semua mengalir begitu saja. Disaat kedua kakaknya yang lain sibuk merawat sang kembaran, Arion selalu mampu membagi rata perhatiannya. Membuat Atala tak pernah kekurangan kasih sayang.

Saat berusia 10 tahun, Arion pernah menitipkan Athan pada Atala, sebab hari itu secara kebetulan Adara harus pergi keluar kota dan Arsen sedang menjalani study tour. Semuanya berjalan dengan baik sampai sebuah panggilan darurat membuat Arion terpaksa meninggalkan kelas dan membolos.

"Kak, Athan kambuh."

Arion frustasi. Ia kalut sampai tidak sadar melimpahkan semua kesalahan pada Atala, menganggap bahwa adiknya itu lalai dan tidak berguna. Padahal, seandainya Arion mengecek persediaan oksigen Athan sebelum berangkat, kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Atala baru kembali dari dapur saat itu, saat menemukan Athan sesak napas di atas ranjangnya. Wajar saja, oksigen tambahan yang selama ini membantunya bernapas tidak ada. Atala sudah berusaha mencari tabung oksigen cadangan, tapi sepertinya Athan sendiri sudah terlampau lelah mempertahankan kesadarannya.

Berhari-hari Arion mendiamkan Atala, sampai akhirnya ia sadar bahwa semua ini bukan salah anak itu. Atala sudah melakukan yang terbaik, Atala sudah jadi kakak yang hebat, dan seharusnya Arion bisa bersikap lebih dewasa.

"Kak, tolong jangan tinggalin Atala. Gak ada yang sayang Atala selain kakak, Atala gak bisa hidup tanpa kak Arion."

"Iya, kakak janji gak akan pernah ninggalin Atala lagi."

***

Atala tidak bisa berhenti tersenyum saat tangan Arion membawanya masuk semakin dalam menyusuri tempat perbelanjaan itu. Banyak sekali yang ditawarkan padanya, bahkan Arion memaksa Atala untuk memiliki sepasang sepatu dan pakaian.

Kini ada dua paper bag berukuran besar mengisi kedua tangan Atala. Ia merasa senang sekali hari ini, menghabiskan waktu bersama Arion membuat Atala sejenak melupakan kecewa dan sakit yang sempat mendorongnya untuk menyerah.

"Ada yang mau dibeli lagi, ga?"

"Kak."

"Ya?"

"Untuk yang lain, gimana?"

Arion cukup lama menatap wajah Atala sampai lift yang mereka naiki telah sampai di lantai tujuan, tempat dimana banyak restoran dan supermarket. Arion sebenarnya paham siapa yang dimaksud oleh Atala, "yang lain" itu pastilah Adara, Arsen, dan Athan.

"Kakak kurang tahu seleranya kak Adara, kakak rasa barang impiannya Arsen yang udah terpenuhi. Kalau adek ... kakak gak tahu. Kira-kira kita beli apa ya buat adek? Kamu tahu apa yang sekarang lagi adek pengen?"

Growing Pain: BreathlessWhere stories live. Discover now