***
“Huft, nervous banget.” Laluna kesusahan menyisir rambutnya yang tebal, jadinya sekarang ia lebih memilih mencatok rambutnya. Ribuan touch up gadis itu lakukan sedari tadi. Kaleesha hanya bisa geleng-geleng keheranan. Pasalnya, touch up yang Laluna lakukan kelewat berlebihan.
“Udahsi. Lo cakep, Lun. I swear to god,” kata Kaleesha meyakini.
“Masalahnya, cakep aja ngga cukup. Gue harus cetar!”
“Berisik lo. Cetar-cetar, mau jadi inul lo?” Aster tiba-tiba menoyor kepala Laluna. Mungkin sangat geram dengan Laluna yang sedari tadi hanya memikirkan perawakannya, “Lo cakep, Lun. Jangan menor-menor banget make upnya! Gue malu.”
Laluna tiba-tiba termangu. Mendengar kata 'menor' merupakan hal termengerikan sepanjang hidupnya. Itu artinya, perawakannya sekarang persis seperti ibu-ibu kosidahan. Ia buru-buru menatap cermin lekat. Benar saja. Blush on yang tidak senada dengan tonenya, eyeliner yang miring, pemilihan warna lipmate yang terlalu bold. Aduh, dia sangat mengerikan.
“EH IYA, GILA GUE MENOR BANGET NAJIS!?” Laluna buru-buru mengambil micelar water. Niatnya ingin tampil dengan riasan douyin. Eh, malah lebih mirip ondel-ondel. Aster dan Kaleesha di belakangnya hanya bisa menahan tawa.
“Mampus! Makanya jangan over!” Kaleesha melempar bantal ke arah Laluna. Yang dilempar hanya bisa menghela napas gusar. Berusaha tabah dengan kelakuan temannya yang menyebalkan.
“Iya, lo diem dulu dong. Sebentar lagi tampil. Gue masih menor gini... ”
“Micelar water juga ngga Ngaruh, Lun. Orang make up lo aja menor banget naudzubillah. Ngga akan kehapus itu,” kata Aster menakut-nakuti. Benar saja, sekarang Laluna panik setengah mati. Micelar waternya ia tuang hingga habis setengahnya. Ia mengelap wajahnya dengan digosok kelewat kasar.
“Eh, santai, Lun. Aster mah ngga usah didengerin.” Kaleesha buru-buru menghampiri, menahan tangan Laluna yang hendak menggosok wajahnya kasar lagi. Bukan apa, Kaleesha hanya ngeri wajah Laluna jadi lecet.
“Iya, Lun. Bercanda doang gue. Santai aja,” kata Aster menimpali.
“YAUDAH, LEPASIN DULU TANGAN GUE. INI MAKE UP GUE MASIH MENOR, GILA.”
Kaleesha terkekeh, ia segera melepas cengkeramannya. Laluna kembali mengelap wajahnya, namun dengan lebih santai. Aduh, sepertinya keberuntungan tidak memihak pada Laluna. Staff acara tiba-tiba masuk ke ruangan mereka, memberi kabar yang kelewat mengerikan.
“Habis ini kalian tampil. Siap-siap, ya! Oh, Laluna? Make upnya kalo bisa jangan over!” kata si staff, sebelum ia pergi meninggalkan ruangan.
Laluna sudah menitikan air mata, demi Tuhan! Ia sangat kecewa karena tidak memiliki bakat dalam merias wajah. Detik demi detik, isakan Laluna makin keras. Kaleesha dan Aster yang tadinya tertawa, langsung panik kala mendengar isakan Laluna.
“EH, LO JANGAN NANGIS DONG!” Kaleesha menyeka pipi Laluna yang basah. Aster menenangkan Laluna dengan cara mengelus surainya. Sekarang kelopak mata Laluna menghitam, karena eyelinernya yang luntur. Melihat perawakannya di cermin, Laluna hanya bisa bergidik ngeri.
“Gue harus apa!? KITA TAMPIL SEBENTAR LAGI, KAN!?” Isakan Laluna semakin keras, surainya ia tarik-tarik karena frustasi, “MATI GUEEE, TAMAT RIWAYAT GUEEE!”
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Lost My Serendipity | Jangkku ✦˚٭
Hayran Kurgu"Gue juga sakit," lirih Raline pada insan yang ia anggap sebagai semesta. Berharap insan itu mengasihani, lalu segera mendekapnya dalam sunyi. Nihil, semuanya tidak sesuai ekspektasi. Insan itu berbalik, tersenyum timpang ke arahnya. "Olive lebih s...