6

5 1 0
                                    

Bukan hari sial nya Winna.Tapi hari ini dia kurang beruntung,ban sepedanya kambuh lagi padahal baru beberapa hari lalu di benerin.

Untuknya,tidak jauh didepan adalah bengkel yang kemarin ngebenerin sepedahnya.

Winna pun langsung mendorong sepedahnya menuju bengkel.

"Kenapa neng sepedah nya?" tanya salah satu montirnya menghampiri Winna.

"Kayanya kempes deh bang ban belakang nya,"

"Aduh, yaudah sini di isi angin."

Rangga keluar dari dalam ruangan montir.
Dan langsung menghampiri montir yang sedang mengisi angin ban sepedah Winna.

"Motor gwe belum lu selesain ya Bor? " tanya Rangga.

"Tinggal ganti olinya itu,keburu ngantuk gwe tadi malam." Ujar montir itu. "Udah beres neng." Lanjutnya si Abang bengkel sambil mendorong sepeda ke dekat Winna.

"Loh,ngapain lu disini?" tanya Rangga setelah melihat Winna.

"Lu yang ngapain disini?"

"Neng ini sepedah nya." Ucap abang bengkel memberikan sepedahhya pada Winna.

"Makasih bang." Ujar Winna, kemudian menyodorkan uang, "ini bang uang nya."

Ketika montirnya ingin menerima uang dari tangan Winna, tiba-tiba Rangga menepis tangan nya.

"Gak usah bayar, asal gwe nebeng sama lu." ucapnya langsung duduk di jok belakang.

"Ngapain si lo?" ujarnya kesal.

"Motor gwe lagi di benerin,gwe nebeng sebagai imbalan sepedah lu gak usah bayar."

"Ih mana bisa gitu,bang ini gmna? Terima aja nih uang nya bang!" Winna kembali menyodorkan uang.

"Jangan diterima Bor!" Ucap Rangga.

"Udah neng bawa aja si Rangga nya, udah mau siang. Telat nanti kalian." Ucap abang montirnya meyakinkan Winna.

Winna melihat jam tangannya. "Kan lu bisa naik ojek, naik angkot ke.Pesen grab kan bisa." Ucapnya.

"Mana sempet,udah buruan! nanti kita telat.Tenang aja nanti gwe beliin banana milk sama coklat," ucap Rangga meyakinkan Winna.

Dengan kesal Winna langsung melirik ke jam tangan nya lagi dan memilih untuk tidak terus berdebat daripada dia telat.





Anggota OSIS dan satpam berdiri di balik gerbang yg hendak menutup gerbang sekolah, tapi Winna berusaha mempercepat lajunya agar tidak telat.

"Tunggu tunggu," teriak Winna.Melaju dengan cepat dan melampaui gerbang.


Sesampainya di tempat parkir seorang anggota OSIS datang menghampiri.

"Kenapa kalian telat?," ucapnya tegas tanpa ekspresi.

"Gwe ..." Ucapan Rangga terhenti setelah melihat siapa anggota OSIS itu.

"Adit,tadi ban sepedah aku kempes jadi harus ke bengkel dulu," ujar Winna menjelaskan.

"Trus dia?" Adit menunjuk pada Rangga.

"Harus gwe jelasin nih?" Pekik Rangga.

Adit menatap Rangga dan membuang napas kasar. "Kalian harus dihukum," ucap Adit,kemudian melihat ke arah Winna.

"Nama lengkap kamu siapa? Biar aku masukan ke daftar hukuman," sambungnya bertanya pada Winna.

"Winnata Amelia."

"Ok." Dituliskan nama Winna di daftar hukuman. "lu?" lanjutnya bertanya pada Rangga.

"Harus yak gwe jawab?," ujar Ranggang dengan tatapan tajam dan ekspresi sinis.

"Jawab aja si biar cepet." Tungkas Winna menyadari situasi nya saat ini.

"Yaudah kalian pergi aja. Nanti dikasih tahu apa hukuman kalian"





Sebagai hukuman Winna dan Rangga harus membersihkan halaman belakang sekolah. Mereka tidak hanya berdua ternyata ada beberapa orang siswa lain yang juga dihukum.

Winna pokus menyapu sampah dedaunan dengan sapu ditangannya.Sedangkan Rangga hanya berdiri memandang Winna dengan ujung tongkat sapu yg dia gunakan sebagai penopang dagunya.

"Ngapain lu liat gwe?" tegur Winna.

"Siapa yg liatin lu,"

"Trus ngapain lu ngejanteng disana? sini sapuin nih sampah," ujar Winna kesal sambil menujuk pada tumpukan sampah dedaunan.

"Galak banget sih jadi cewek." Rangga mulai menyapu sampah nya dengan asal-asalan.

"Gimana gwe gk galak, lu tuh nyebelin tau gk?" ucap Winna kesal,sedikit meninggikan suaranya.

"Kenapa gwe nyebelin? Perasaan gwe biasa-biasa aja."

"Ya itu kan perasaan lu."

"Ya emang ini perasaan gwe.Emang lu mau gwe ngerasain apa?." Ujar Rangga menatap Winna intens.

Winna tertegun menatap mata Rangga, "Tu kan lu nyebelin banget."

Rangga tersenyum tipis melihat respon Winna yg menurutnya lucu.

"Kenapa lu senyum-senyum?" tanya Winna.

"Tuh daun nya lucu ngetawain lu marah-marah," menunjuk pada daun di bawah.

"Siapa juga yang marah-marah" Bantah Winna "aneh banget." Lanjutnya sambil mulain menyapu lagi.

Keduanya pun kembali pokus menyelesaikan hukuman nya.




Saat istirahat,di kantin Winna misuh-misuh kesal menceritakan kejadian kenapa dia di hukum tadi.Elsa mendengarkan misuhan temannya itu dengan seksama,sesekali memberi respon,sesekali melahap makanannya.

"Kayanya lu kemusuhan banget sama tu cwok,atau lu cuman ketutupan gengsi lu karena malu kejadian waktu lu ngira dia yg ngasih lu Banana milk," ucap Elsa memberi respond.

"Gk tau,iyak kali yak."

"Udah lupain aja.Tuh batagor lu diangurin."

"Hai!,"

Adit datang sambil menyodorkan banana milk pada Winna dan duduk disampjng Winna.

"Maaf ya tadi aku hukum." Ujar Adit pada Winna.

"It's ok,lagian emang salah aku.Kan aku telat."

"Iya sih." Jawab Adit singkat sambil sedikit tersenyum.

"Kamu gk perlu beliin aku banana milk terus. Tapi,ini makasih yak," ucap Winna sambil mengambil banana milknya.

"Terus?, maksudnya terus?" Tanya Elsa penasaran dengan makna dari kata terus yg diucapkan Winna.

"Jadi sebenarnya yg ngasih gwe banana milk waktu itu,Adit." Winna menjelaskan.

"Loh,bukannya cwok yang waktu itu yak."
Ucap Elsa.Kemudian melirik ke arah Rangga dan kedua temannya.

Winna dan Adit juga ikut melirik ke arah Rangga dan kedua temanya yang berjalan melewati meja mereka.







To be continued...

True love    (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang