13

1 1 0
                                    

"Jangan lupa malam ini lu harus pulang," ujar Adit.

"Liat nanti."

"Rangga,taun lalu gak ikut sekarang lu mau gak ikut lagi?" Adit sedikit meninggikan suaranya menatap tajam Rangga.

"Gua ikut atau nggak,acaranya tetep lanjut kan?" Ujar Rangga dengan tatapan dingin pada Adit.

"Rangga lu mau sampai kapan kayak gini? Lu itu childish banget tahu ga."

"Terserah ... Kalo bokap mau gwe dateng seharusnya dia minta ke gwe langsung dengan mulutnya sendiri. Bukan nya lu yang ngomong."

"Nyadar gak sih, lu sendiri yang ngehindarin bokap? Sebenci itu lu sama kita?."

"Suruh bokap tiup lilin sendirian, jangan tungguin gwe."

Rangga membuang pandangan ke sembarang tempat.

"Rangga gwe tau lu marah sama gwe.Tapi lu gak seharusnya bersikap kaya gini sama bokap dan nyokap lo?"

Tatapan Rangga membara,menatap Adit seraya mengepal tangannya dengan kuat seakan menahan emosinya agar tidak meledak.

"Lu harus ngehargain bokap dan nyokap lo!" Ujar Adit menekan ucapannya.

Rangga menatap Adit dan menarik kerah seragannya dengan kuat.

"Nyokap mana yang lu maksud? Itu nyokap lu bukan nyokap gwe." Ucapnya penuh emosi.

Adit terdiam.Situasi seperti ini seharusnya tidak terjadi di lingkungan sekolah.Dia membuang napas menahan emosinya,kemudian menepis tangan Rangga dari kerahnya.

Sekolah nampak sepi karna para siswa sudah masuk kedalam kelasnya masing-masing.
Rangga dan Adit yang sedang berdiri di pinggir lapangan depan tangga menuju lantai dua. Emosi yang masih membara pada Rangga terlihat dari tangannya yang masih mengepal kuat sementara Adit yang berusaha menahan emosinya dengan sesekali membuang napas kasar.

Tiba-tiba Winna datang dengan tumpukan buku yang dia bawa,melihat Rangga dan Adit sedang beridiri di depan tangga menghalangi langkahnya.

Entah atmosfer apa yang Winna rasakan,karena rasanya aneh ada emosi di kedua raut wajah cowok dihadapannya yang sedang saling menatap.

"Kalian berdua ngalanging jalan," ujar Winna membubarkan tatapan perselisihan Rangga dan Adit.

"Winna," Liriknya Adit dan berniat mengambil tumpukan buku ditangan Winna. "Sini gwe bantuin." Lanjutnya.

Rangga hanya berdiri tanpa ekspresi setelah melihat ke arah Winna.

"Kalian lagi ngapain disini,bentar lagi masuk tau," ucap Winna.

"Ini kita mau masuk ke kelas." Adit sedikit tersenyum.

Rangga membuang napas kasar dan berlalu pergi ntah kmha.Bukannya ke arah naik tangga yang dimana kelasnya ada di lantai dua,tapi dia malah berjalan lurus tanpa mengatakan apapun pada Winna dan Adit.

"Lu mau kemana?" Winna sedikit berteriak pada Rangga dan heran kenapa Rangga tidak mengatakan apapun.

Winna terus merhatiin langkah Rangga yang sedikit pincang seperti menahan sakit.

"Kenapa?" tanya Adit.

"Kalian gak berantem kan?"

"Gak ada yang berantem."

"Yakin? Kamu gak liat Rangga jalannya kaya gitu kaya lagi nahan sakit dia"

"Udah biarin ... Ayok ke kelas."

Adit mendahului langkah menaiki tangga yang kemudian di susul Winna.





Saat istirahat Winna duduk sendirian dikantin dengan batagor dan lemon tea didepannya.Elsa dan Adit sedang sibuk-sibuk nya OSIS karena banyak persiapan untuk persami minggu ini.

True love    (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang