"Sial! Sial! Sial!" Lagi-lagi kata itu keluar dari mulut seorang pria paruh baya yang saat ini tengah duduk di kursi kebanggaan nya.
Ruangan kerja yang begitu berantakan dengan kertas-kertas yang berserakan dimana-mana.
Ia merasa frustasi karena karena laporan kali ini lagi dan lagi omset perusahaan nya mengalami penurunan. Bukan hanya itu bahkan beberapa investor ada yang menarik sahamnya atau membatalkan kontrak kerja samanya sehingga ia harus membayar pinalti dari pembatalan kontrak tersebut.
Seharusnya mereka yang membayar pinalti tersebut tapi karena bukti yang tertuju padanya membuat dirinya yang harus membayar pinalti tersebut. Ingin marah tapi ia tidak bisa karena mereka yang terlalu berkuasa.
Pusing itulah yang dirasanya saat ini. Dia yang harus mencari investor lain untuk memenuhi pemasukan perusahaan dan customer yang membuat nilai perusahaan meningkat. Dia harus mencari nya.
Belum lagi masalah dari orang rumah karena selalu menemukan pengkhianat di sekitarnya.
Mendapatkan berbagai macam tekanan membuat dirinya stres. Tubuhnya sudah lelah untuk menghadapi nya. Bolehkah ia beristirahat sebentar? Ini merepotkan.
Seandainya boleh memilih ia tidak mau jadi pengusaha ia lebih baik memilih jadi seorang atlet yang mengembangkan hobinya dalam memanah.
Namun apalah daya nya yang menjadi anak sulung yang harus menjalankan kehidupan seperti yang di arahkan oleh kedua orang tuanya. Seakan dirinya tidak diberikan pilihan dalam menjalankan kehidupan.
(☯෴☯)
"Gue hanya ingin membuat penderitaan untuk dia. Bahkan sampai ingin memohon untuk kematian nya."
Itu adalah kata-kata Aishakar beberapa jam yang lalu sebelum mereka kembali ke tempat semula untuk membahas agenda mereka saat ini.
Untuk Quella sendiri di sedang beristirahat di kamar. Itupun dengan paksaan agar gadis tersebut mau beristirahat.
Sedangkan para pemuda mereka sedang mengadakan pertemuan untuk membahas sebuah agenda. Agenda yang akan di bahas merupakan pertemuan rutin para gangster setiap 3 bulan sekali dan pastinya setiap pertemuan membuat kejadian hingga pertumpahan darah.
Di kota yang mereka tempati di bagi menjadi 5 wilayah dan setiap wilayah memiliki satu penguasa.
Timur, selatan, Barat, Utara dan bagian tengah.Timur di kuasai oleh geng Blood Rose, Selatan di kuasai oleh geng Esclovazka, Barat di kuasai oleh geng Ryker, Utara di kuasai oleh Gryzer dan wilayah yang terakhir bagian tengah di pimpin oleh Gold Eye.
Dalam pengelolaan wilayah pun memiliki urutannya sendiri dan itu diraih dari pencapaian yang di lakukan setiap geng sendiri.
Dari geng blood rose yang berhasil menempatkan peringkat pertama 7 bulan lalu. Dengan kerja sama yang begitu baik blood rose mampu mempertahankan peringkat nya hingga saat ini.
Lalu Gold Eye yang menempatkan peringkat keduanya. Walaupun mereka berada di urutan kedua tidak ada yang tau kekuatan tempur geng tersebut.
Duduk di kursi yang sudah di sediakan untuknya, Tenggara memperlihatkan sebuah peta yang sudah di tandai dengan warna yang berbeda-beda untuk membedakan setiap wilayah.
Sedangkan yang lainnya memperhatikan gerak-gerik Tenggara, Arsen sendiri malah terfokus ke arah Aishakar yang kini malah terlihat acuh tak acuh.
Entah apa yang ada di kepalanya sehingga terfokus ke Aishakar, yang jelas sorot matanya menggambarkan makna yang begitu dalam.
Tenggara melanjutkan kegiatannya lalu menggerakkan tangannya ke satu wilayah yang di gambarkan pada peta.
"Wilayah Barat," tekan Tenggara lalu melihat ke sekeliling menatap anggota geng nya yang kini juga menatapnya.
Mendengar apa yang di ucapkan tenggara, dalam garis besar mereka sudah tau apa yang akan di bahas saat pertemuan geng motor.
Wilayah barat, dulunya merupakan daerah yang di pimpin oleh geng motor Ryker. Namun, wilayah tersebut sudah tidak ada lagi penguasanya.
Lalu apa yang terjadi ketika suatu daerah tidak ada penguasa? Tentu saja akan di perebutkan oleh geng motor lain bukan? Tanah tanpa pemilik Begitu menggiurkan untuk didapatkan.
Begitu lah agenda yang di bahas dalam pertemuan geng motor yang akan di adakan sebentar lagi.
Dalam suasana serius, Aishakar hanya memejamkan matanya dengan telinga yang selalu fokus untuk mendengar.
"Apa kita perlu juga memperebutkan wilayah tersebut?" tanya Nevan serius, bahkan sorot matanya tidak ada candaan yang biasanya selalu di perlihatkan.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut, semuanya diam membisu seperti menunggu keputusan.
Dulu, mungkin mereka akan secara gamblang memutuskan suatu permasalahan dengan mengikuti suara terbanyak atau Voting. Namun, karena kemunculan seseorang yang mengklaim ingin menjadi ketua, mau keputusan apapun mereka harus menuruti perintah seorang yang sekarang sudah menjadi ketua dan mereka tidak bisa membantahnya.
Membuka matanya secara perlahan, netra amber itu kini terbuka dengan sorot mata yang tajam. "Untuk sekarang, kita hanya menjadi pengamat. Tidak perlu berpartisipasi dalam perebutkan wilayah."
Begitu perintah itu keluar dengan mantap semuanya menganggukkan kepala setuju. Mereka paham dengan kalimat tersebut yang berarti di masa depan mereka bisa merebut wilayah itu dan sekarang mereka sedang menyiapkan sebuah rencana. Itulah kalimat yang di gambarkan semuanya tidak lupa sebuah senyuman terpatri diwajah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
AISHAKAR : [Transmigrasi Boy]
Science FictionKesempurnaan akan membawa bencana dalam hidupmu-Nakula Aishakar Agnibrata [PART TER-ACAK]