AISHAKAR [11]

1.4K 99 0
                                    

HAPPY READING

Di kediaman Adiyahsa saat ini begitu mencekam. Mendengar kabar yang tidak terduga membuat mereka terpukul.

Anak mereka Sabiru Anantasya Adiyahsa harus pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Belum lagi anak mereka yang pergi meninggalkan buah hatinya sendirian.

Memikirkan Sabiru yang hidup sendirian dalam keadaan berbadan dua, membuat tangisan mutiara semakin menjadi-jadi.

Gumaman-gumanan kecil terus terdengar di Indra pendengaran. Sambil memeluk sebingkai foto Sabiru, ia terus menatap kosong lingkungan sekitarnya.

Razevan selaku sebagai orang tua dan suami, menganggap dirinya sangat tidak berguna. Bukan hanya tidak bisa melindungi keluarga, bahkan saat ini ia tidak bisa mendapatkan hak asuh atas buah hati yang di tinggalkan sang anak.

Setiak kali ingin merebut hak asuh dari keluarga Oberion, mereka selalu mengatakan 'kami sudah tidak memilikinya. Anak itu bahkan sudah tidak tinggal disini lagi' itu yang selalu mereka katakan kepadanya.

Berulang kali dirinya bertanya bahkan sampai menyudutkan keluarga tersebut tapi jawabannya selalu sama bahkan tidak berubah sedikit pun.

Menghela nafas gusar, ia meninggalkan sang istri dikamar. Melangkah menuruni tangga, Ia langsung terduduk saat sampai di ruang tamu.

Hutton yang juga berada di sana hanya memandang nya prihatin. Bukannya membaik keluarga ini semakin memburuk seiring berjalannya waktu.

"Bagaimana nih pah?" tanya Razevan sambil menatap sayu sang ayah.

Netra hitam legam itu yang memancarkan kelelahan, putus asa dan juga kesedihan. Ya, Hutton dapat melihat semua itu saat sang putra menatapnya. Rasanya ia ikut tenggelam bersama arusnya saat menatap netra hitam itu.

Menunggu dengan tenang, Razevan menatap sang ayah intens. Berharap sang ayah dapat memberikan jawaban atas pertanyaannya.

"Apa kau sudah ke sekolahnya?" jawab Hutton yang malah memberikan pertanyaan balik.

Terdiam beberapa saat, Razevan menunduk kan kepalanya sambil berucap, "sudah."

"Tidak bisa berjumpa saat pulang sekolah, aku pernah langsung ke kelasnya di saat jam belajar," lanjut Razevan dengan keadaan yang sama.

"Lalu?"

"Nihil. Seperti ada yang menghalangi kami untuk bertemu, gadis itu selalu sulit untuk di jumpai."

"Hm," jawab Hutton yang hanyut dalam pikirannya karena mendengar penjelasan putranya. Hanya ada satu pemuda yang terlintas dalam benak Hutton saat ini, yang sangat mungkin bisa melakukan hal tersebut.

"Bagaimana membawanya dengan paksa?" usul Hutton, mendengar itu Razevan langsung beralih menatap sang ayah.

"Huft ... " Menghela nafas berat, bibir Razevan keluh untuk berucap.

"Sebelum membawanya pergi, mereka sudah dikalahkan terlebih dahulu."

Hening, ruangan tersebut langsung sunyi. Tidak ada suara pun terdengar bahkan pergerakan dari keduanya pun tidak ada.

Hutton tau maksud dari perkataan itu, secara tidak langsung ada yang melindungi gadis itu dari jauh.

Sudah pasti, Hutton yakin dengan tebakannya kalau pemuda itu pelaku nya. Mungkin saja selama ini cicit nya tinggal bersamanya.

Tinggal bersama? Tidak!! Memikirkan itu seketika emosi Hutton meluap-luap. Razevan langsung terkejut melihat perubahan emosi ayah nya.

Hutton tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia ingin menghalangi nya agar itu tidak terjadi tapi masalahnya pemuda itu cukup sulit untuk di jangkau.  Entah kekuatan apa yang ada di genggamannya sehingga sangat sulit untuk di sentuh.

AISHAKAR : [Transmigrasi Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang