Prolog

452 32 22
                                    

Aku yang lagi sendirian di dalam kelas merasa bosan karena ditinggalkan teman-temanku keluar untuk pelajaran olahraga yang kebetulan minggu ini jadwalnya bermain di lapangan.

Kenapa aku gak ikut?

Ini hari pertamaku datang bulan, perutku yang terasa sakit dan gak bisa untuk dipaksa ikut pelajaran olahraga buat aku harus terjebak di dalam kelas ini sendirian. Aku membenamkan kepalaku di atas lipatan kedua tangan yang aku tumpukan di atas meja. Menghalau rasa sakit yang mendera.

Aku sedikit terusik saat mendengar suara-suara berisik yang rasanya sangat jelas berada di sekitarku. Ku angkat kepalaku dan muka Bimo yang mendongak ke arahku dengan posisinya yang berjongkok di samping mejaku nampak jelas di depan mata kepala ini.

Anak laki-laki kurang kerjaan ini malah menyengir lebar, menampakkan deretan giginya yang entah kenapa nampak rapi dan putih.

"Ngapain lo?" tanyaku saat melihat gelagat aneh yang di perbuat oleh si Bimo ini.

Dia gak ngejawab, malah semakin tersenyum lebar. Rasanya senyum yang dia tunjukkan membawa niat yang gak baik.

Benar aja, setelah dia nyengir, hawa dingin tiba-tiba ku rasakan dari bawah mejaku.

ANJING! BIMO ANJING!

Bimo si mulut sampah kurang akal sehat ini malah menyoroti kipas angin ke bawah rok abu-abu ku, membuat rok yang sedang aku pakai ini berkibar mengikuti arah kipas yang dia arahkan.

SIALAN! BIMO ANJING!

CELANA DALAM KU JADINYA TEREKSPOS.

Aku mau marah, mau memaki anak laki-laki dengan dua temannya yang malah tertawa kesenangan setelah menyelesaikan aksi mereka. Tapi, bukannya jadi marah aku malah nangis tanpa perlawanan. Masih bisa kuliat mereka yang puas tertawa sambil keluar dari kelas.

Aku malu, dan itu semakin membuat aku menangis. Aku serasa ditelanjangi di depan Bimo dan kedua temannya itu.

Tepat saat itu, Gea dan Mitha masuk ke kelas. Dua sahabatku itu bermaksud membawakan air mineral yang sebelumnya aku minta titip kalo mereka ke kantin. Langkah kaki mereka berlari tergesa ke arahku setelah melihat aku menangis.

Mitha dan Gea yang nampak khawatir langsung aja menyerangku dengan berbagai pertanyaan, aku pun juga langsung menceritakan apa yang telah Bimo lakukan padaku. Kedua sahabatku ini segera memeluk tubuhku yang masih belum berenti nangis.

Aku merutuki hari sial yang aku alami hari ini. Seandainya aku gak sendirian di kelas hari ini, pasti ini gak akan terjadi.

Ti amo [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang