5. Fakta Yang Baru Kutahu

123 19 81
                                    

Hallo, Yeorobun ...

Ketemu lagi sama Diandra dan Aleandro.
Terima kasih yang udah baca cerita kedua ku ini sampai bab ini.

Yuk, ngobrol-ngobrol di kolom komentar ^^

Happy reading :)


≈Ti amo≈


kalau aku bermimpi menerima pengakuan cinta darimu,

jujur, untuk saat ini aku tidak ingin dibangunkan oleh kenyataan,

kenyataan kalau kamu hanya khayalan bagiku

≈Ti amo≈


Hari ini terhitung hampir dua minggu aku belajar bahasa isyarat dari youtube, dan juga belajar dari Jean. Aku harus berterima kasih kepada anak nyebelin itu karena sudah mau aku repotkan belajar bahasa isyarat melalui video call yang sengaja Gea sambungkan tiga.

Kenapa Gea?

Karena Gea adalah orang yang berhasil bujuk Jean untuk mengajarkanku, yang ternyata mereka sudah dekat selama hampir sebulan ini yang sebelumnya memang sudah saling kenal. Aku juga baru tahu akhir-akhir ini, padahal kalau ada yang ingat Gea juga orang yang nentang aku buat dekat dengan Aleandro.

Tapi entah kenapa, dia malah yang paling semangat mendukungku untuk belajar bahasa isyarat. Mungkin biar bisa double date kali, ya.

Esok harinya aku, Mitha, Gea, dan Jean berada di salah satu cafe kawasan Kemang, cafe hits bagi anak-anak remaja kayak kami. Gaya cafe yang mengusung tema instagramable dipilih Mitha si anak yang suka foto-foto sebagai alasan. Mitha dan Gea sudah sibuk berfoto-foto ria saat berada di sini, semua spot foto yang berada di tiap sudut cafe gak mereka lewatkan.

Sementara aku dan Jean sibuk memperdalam bahasa isyaratku agar bisa cepat-cepat komunikasi sama Aleandro tanpa menulis dibuku atau mengetik di hape lagi.

"Ini lo beneran suka sama sahabat gue?"

Kata tanya Jean di tengah-tengah sesi belajarku sontak membuat fokusku terpecah. Jean ini apa gak bisa lihat? Kalau aku gak beneran suka sama sahabatnya, ngapain capek-capek belajar bahasa isyarat kayak gini. Mending ikut Gea dan Mitha foto-foto cantik.

Ku lihat raut mukanya yang memang serius menanyakan itu ke aku. Kayaknya dia beneran khawatir sama sahabatnya.

"Kalau gak suka beneran, gue males sih belajar ini," jawabku ketus. Pandanganku masih fokus sama layar laptop yang lagi nunjukin percakapan dua teman tuli.

Ini Jean yang suruh aku nonton, katanya biar tahu gimana cara komunikasi dengan bahasa isyarat yang baik. Bahasa isyarat membutuhkan fokus dari dua orang yang saling berkomunikasi. Gerakan tangan yang diayunkan dan mata yang fokus kunci dari komunikasi ini. Kalau salah satunya gak dalam fokus yang baik, maka arti yang ditangkap dalam gerakan jari lawan bicaranya akan ditangkap berbeda.

Itu yang Jean bilang, kalau aku cuma nganguk-ngangguk aja, karena masih baru di dunia yang ditinggali Aleandro selama ini.

"Ada satu hal yang harus lo tahu dari Andro," katanya lagi saat aku telah berhasil memasukkan laptop ke dalam tas. Sesi belajar kami terpaksa aku akhiri karena hari udah semakin sore. Dan juga Bang Fadhil yang berkali-kali nelfon, nanyain aku yang mau dijemput atau tidak.

"Andro?" aku mengerutkan dahi karena tidak mengenal nama yang disebutkan oleh Jean.

"Iya, gue manggil Aleandro dengan sebutan Andro, dari SMP panggilan itu udah gue pakek."

Ti amo [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang