1. Aleandro

317 28 83
                                    

─jika aku mulai tenggelam dalam senyum mu

siapa yang harus ku salahkan?

apakah kamu, si pemilik senyum manis itu?

atau malah aku, yang tanpa sengaja menyelam begitu jauh hingga tidak tahu jalan kembali?

≈Ti amo≈

Senin pagi di awal bulan Mei menjadi saksi bisu betapa malasnya aku untuk melakukan kegiatan upacara pagi ini. Selain sinar matahari yang sangat menyilaukan seperti membakar wajahku, juga petuah dari Kepala Sekolah yang sedang berdiri di atas podium menuturkan kalimat demi kalimat yang tidak ku mengerti isinya apa menambah rasa bosan dan capek yang kurasakan.

Setelahnya tepuk tangan yang bergemuruh memenuhi lapangan luas ini sekaligus menyadarkanku dari rasa bosan yang mendera. Ku lihat seorang anak laki-laki berseragam lengkap dengan topi berwarna abu-abunya berjalan ke arah podium. Anak lelaki itu lalu mengambil sikap berdiri tegak tepat di depan Kepala Sekolah dan menunduk hormat setelahnya.

"Murid kebanggaan sekolah kita, Aleandro Ragasta Mahendra."

Tepuk tangan dari seluruh siswa yang hadir pada pagi ini kembali menggema setelah Kepala Sekolah menyebutkan nama seorang siswa, aku juga ikut bertepuk tangan walaupun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Anak laki-laki itu kembali ke dalam barisannya dengan membawa satu buah piala dan selembar benda persegi panjang di laminating yang ku yakini sebuah sertifikat.

"Heh! dia menang lomba apaan?" tanyaku pada Mitha yang berdiri tepat di sampingku.

Mitha adalah teman sebangku sekaligus sahabatku sejak kelas 1 SMA. Entah takdir apa yang membawa kita kembali bersama saat pembagian jurusan minat bakat di kelas 2, tapi aku senang. Setidaknya aku mempunyai teman yang awet saat di SMA ini.

"Lomba olimpiade matematika. Lo, gak tau siapa dia?"

Aku menggeleng pelan. Siapa dia? Harus gitu aku kenal?

"Dia, Aleandro. Anak Ipa 1, kelas unggulan. Memang sih, anaknya jarang keluar kelas, tapi, anak kelas 2 setingkat kita gak ada yang gak kenal Aleandro, Di. Selain pintar dan jadi kebanggan sekolah, dia juga terkenal cowok yang gak pernah ngomong. Kata orang-orang cowok cool."

Mitha menjelaskan panjang lebar, aku hanya menganggukkan kepala tanda mengerti, tidak sepenuhnya mengerti juga hanya sebagai formalitas saja agar Mitha tidak melayangkan pukulannya di kepalaku.

Dijuluki cowok cool? Dih, bilang aja cowok sombong!

Aku harus mencari tahu nama itu nanti, siapa tadi? Aleandro?

Akan aku cari tahu sendiri nanti, dia memang tidak banyak ngomong atau hanya sombong.

Detik demi detik berlalu, akhirnya bel penanda pulang sekolah berbunyi. Aku yang sudah tidak sabar segera mengemaskan seluruh peralatan sekolahku ke dalam tas dan melesat keluar kelas.

Ku dengar suara Mitha yang samar-samar memanggilku, aku tidak peduli dan tetap melanjutkan langkah kaki ini. Ah, paling dia hanya ingin memintaku untuk menemaninya mencari buku-buku cerita fiksi remaja di toko buku yang tidak jauh dari sekolah. Biarlah, lebih baik ku abaikan saja Mitha kali ini dan kembali pada tujuanku.

Pulang sekolah ini aku sengaja menunggu anak laki-laki bernama Aleandro di gerbang sekolah samping. Mitha bilang saat kami berada di kantin tadi siang, kalau Aleandro akan lewat gerbang samping ini jika pulang sekolah karena lebih dekat dengan halte busnya.

Tadi saat di kantin, aku juga sudah coba menunggunya. Tapi aku tidak dapat apa-apa, hanya dapat capeknya saja karena terlalu lama berdiri menunggu anak laki-laki itu yang tidak menampakkan batang hidungnya.

Ti amo [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang