Malam yang begitu menenangkan bagi Nabila sekarang. Skripsi yang hampir saja selesai, bisnis yang berkembang pesat, meskipun sekarang Nabila tidak terlalu banyak job menyanyi, Nabila gak tau mungkin karir di dunia entertainmentnya meredup atau apa yang jelas bulan nanti tidak ada sama sekali jadwal perform.
"Kayanya aku bisa lulus lebih cepet kalau gini caranya" Ucap Nabila membanggakan diri sendiri.
"Ko Abang gak chat aku yang dari pagi" Ucap Nabila mengecek handphone kesayangannya.
"Kakak lagi dimana?? Turun dulu yukk Abi mau ngomong" Teriakan Uma dari lantai bawah.
"Bentar Mah" Jawab Nabila yang langsung menyimpan handphonenya kembali.
Tidak ada hal yang Nabila curigai tentunya, dia berjalan dengan senyuman di bibirnya karna kabar baik dari skripsinya.
"Apasi yang buat anak Abi ini senyum-senyum gini hmmm?? " Tanya Abi yang sudah di hadapan Nabila.
"Dikit lagi skripsi kaka beres Biii" Ucap Nabila langsung memeluk sang Ayah.
"Wihhhhh hebat banget anak Abi, sukses selalu yah buat pendidikannya, buat karirnya, buat-
" Buat hubungannya, buat percintaannya juga kan Biiii. Semuanya harus sukses pokoknya " Ucap Nabila langsung menyerobot ucapan Abi.
"Iya iya iya, aamiin ya ka yahh"
"Ngomong-ngomong Abi mau bicara apa sama kaka kaya serius gini. Ada Mamah lagi"
"Ada apa si?? " Tanya Nabila penasaran.
Abi dan Uma terdiam, entah kalimat apa yang harus mereka ucapkan agar tidak menyakiti hati anaknya, tapi mau tidak mau mereka harus menyampaikan agar semua masalah yang sedang dihadapinya agar segera selesai.
"Kakkk"
"Iya Bi" Jawab Nabila.
"Kaka taukan seorang ayah, seorang ibu, orang tua pasti mereka menginginkan yang terbaik untuk anaknya"
"Iyakan kak?? " Tanya Abi.
"Iya Bi" Jawab Nabila yang sudah tidak enak hati dan tentunya di sangat yakin arah pembicaraan akan kemana.
"Kak, mungkin tugas orang tua bagi anak perempuan itu sampai anaknya menikah. Mereka udah gak bisa ngatur-ngatur lagi anaknya, karna anak perempuannya harus patuh, nurut sama suaminya. Abi udah gak berhak kak buat ngatur kaka, nyuruh-nyuruh kaka, Abi udah gak berhak" Ucap Abi mengelus punggung Nabila dengan lembut.
Uma yang sedari tadi mendengar, melihat suami dan anaknya tengah berbicara serius memalingkan matanya ke atas agar air matanya tidak turun lebih cepat.
"Ko Abi ngomong gitu, Abi, Mamah, tetep jadi orang tua kaka. Mau kaka udah nikah ataupun belum Abi masih punya hak akan kaka. Kaka kan anak Abi sana Mamah, jangan ngomong gitu dong"
"Iya Nak, kaka akan selalu jadi anak Abi sama Uma. Kaka akan tetep jadi putri kecil Abi sama Uma, meskipun kaka anak paling gede di sini" Ucap Abi menarik nafas kembali karna tujuan pembicaraan belum tersampaikan.
"Kak"
"Kaka mungkin akan tetep jadi anak Abi, putri Abi, tapi kaka tau kan kalau udah terjadi ijab qobul nanti siapa yang mesti Kaka patuhi?? Suami kan?? Bukan Abi lagi"
"Abi cuma mau sebelum waktunya tiba, sebelum benar-benar Kaka menikah nanti, Abi minta agar kaka nurut sama Abi dan Uma"
"Abi sama Uma cuma pengen yang terbaik sama kamu nak, meskipun Abi sendiri tau apa yang terbaik untuk kamu, tapi Abi takut kamu terluka nantinya kalau kamu nikah sama beda agama" Ucap Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amin Yang Sama (Kalah Start Season II)
Ficção Adolescente,18 Desember 2023 Cerita Fiksi Aku tidak pernah berfikir untuk menjatuhkan hatiku secepat mungkin, sampai bertemu dengan laki-laki yang pada pandangan pertama saja sudah kukatakan salah. Karna dengan jelas perbedaan kita sangat tampak nyata, aku yan...