##BAB 1

84 44 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Di tengah gemuruh hujan yang membasahi malam gelap, terlihat seorang gadis berlari, langkahnya gemetar di jalanan basah.Cahaya bulan menyapu bayangannya yang tercekik ketakutan,Menyulam rintik menahan luka di wajahnya yang letih.

Langkah kaki yang terburu, hatinya tercekat dalam cemas, mata memandang ke depan, meraba langkah dalam keheningan saat segerombol manusia mengejarnya, bayang-bayang yang memburu. Gadis itu terus melangkah, mencari tempat perlindungan.

Setiap tetes hujan menyelipkan doa dalam pelupuk matanya. Memohon bantuan malam yang gelap, merangkulnya dalam keamanan.Lari dari kejaran yang menggigit, di pelukan lembut hujan,gadis itu menari dengan ketabahan, mencari cahaya dibalik mendung.

Kakinya terus melangkah tanpa memperhatikan apa yang ditapakinya hingga sebuah lampu sebuah sepeda motor yang melaju menyilaukan pandangannya.

"Aaaa!!" Teriaknya saat melihat kuda besi itu mulai mendekat namun

Ckittt!! Brruakkk!!

Di bawah hujan deras yang memburai jalanan gelap. Sebuah benturan menggema, menciptakan keheningan mendadak.Seorang gadis terpental dan terjatuh dengan hujan yang meresapi setiap serat tubuhnya. Bayang wajahnya yang terkejut terselip dalam titik-titik air yang jatuh.

Mata gadis itu terbuka sedikit, memandang langit yang kelabu. Dihadapannya, motor itu terhenti, menciptakan ruang dalam kekacauan. Kedua tangannya terulur memegang lambat bagian kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Suara rintik hujan menyusup ke telinganya yang terkejut dan terluka.

Keheningan menyelimuti saat-saat genting itu. Di tengah badai air yang membasahi luka dan kesadaran. Langit masih menangis, menciptakan luka di bumi yang remuk. Sementara gadis itu, terbaring dalam sentuhan dingin hujan yang memeluknya.

Sayup sayup terdengar sebuah suara yang mengetuk pelan gendang telinga si gadis.

"Heii... gue mohon jangan tidur. Tetap buka mata lo okeyy" tangannya bergerak menepuk pelan pipi sang gadis menyadarkannya agar tetap terjaga.

Dengan seragamnya yang basah oleh guyuran air, ia membopong dengan lembut gadis tersebut kedalam pelukannya yang hangat. Membalut tubuhnya dengan mantel penyelamat yang menolong meredakan getaran dingin yang menusuk. Sorot matanya terangkat memandang jauh kedepan, melalui hujan yang masih menari nari, membawa beban dalam setiap rintiknya.

Dengan langkahnya yang jenjang melewati lorong-lorong basah yang berkilauan, membimbing sang gadis menuju cahaya terang yang menanti di rumah sakit terdekat. Dalam pelukannya, gadis itu merasakan hangatnya bantuan yang tulus, merangkulnya dalam perlindungan dari petir yang masih bersitegang di langit yang kelabu. Dengan keberanian dan keteguhan hati, mereka menjelajahi hujan yang masih menceritakan kisahnya, menuju keselamatan yang ditawarkan di balik pintu rumah sakit.

Astrum AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang