##BAB 7

41 33 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.
Happy reading guys

Akhir akhir ini hujan turun dengan intensitas yang begitu sering. Hampir setiap harinya kota akan diguyur oleh air, berita tentang banjir pun datang dari berbagai sudut kota. Rasanya begitu menjengkelkan saat hujan telah usai dan meninggalkan genangannya dan membuat jalanan menjadi becek.

Seperti malam ini, lihatlah padahal tadi siang cuaca begitu panas menyengat, tapi saat malam datang langit berubah 180 derajat. Langit mulai menggelap membawa aura yang mencekam ditambah dengan angin malam yang berhembus dengan kencang.

Rintik hujan mulai turun dengan derasnya, membuat suara yang keras saat berbenturan dengan atap-atap rumah. Kilat dan guntur bersahut-sahutan seolah-olah sedang bertengkar guna melihat siapa yang lebih kuat. Saat guntur berbunyi kilat akan menyambar sesuatu yang dilaluinya.

Di tengah hujan deras yang sedang melanda kota, Senja sedang tertidur di ranjangnya. Tunggu, ada yang aneh dari tidur Senja. Kepalanya bergerak gelisah, menggeleng ke kanan kiri dengan tangan yang sudah meremas rambutnya yang terurai.

Ia terus bergerak gelisah diatas ranjang dengan mulut yang sudah entah merancau apa. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, badannya gemetar dan terjebak dalam ketakukan.

Gubrak!!

Senja terjatuh dari tempat dimana ia tidur. Tubuhnya kini sudah dibanjiri oleh keringat dingin. Kepalanya berdenyut nyeri, memutar sesuatu entah apa itu bagaikan kaset rusak yang berjalan.

"Cil, selimut gue masih. Senja lo kenapa anjirr?" Langit menjadi panik sendiri saat melihat Senja jatuh dari ranjang.

Tangannya tergerak untuk memeluk tubuh bergetar milik Senja. Memberi sedikit kehangatan di tengah malam yang dingin.

"Bu-bukan aku yang salah" suara Senja terdengar parau.

"Aku benci kalian. Aku benci semuanya"

"Bukan aku yang salah" suaranya semakin memelan.

Senja terus saja mengatakan hal yang sama berulang-ulang kali seolah tengah membela dirinya yang tidak bersalah. Langit terus mengelus pelan punggung bergetar Senja berharap bisa memberi ketenangan walau hanya sedikit. Baju bagian depan Langit basah saat Senja mulai terisak pelan di dadanya dengan mulut yang terus saja mengigau.

Langit sedikit merenggangkan pelukannga guna melihat wajah sang adik. Namun, saat pelukan direnggangkan Senja malah kembali mengertkannya.

"Jangan pergi aku mohon, jangan tinggalin Aku sendiri"

"Nggak kok gue disini. Lo tenang dulu okayy" Langit berusaha menenangkan Senja.

Setelah dirasa Senja yang sudah mulai tenang dan isakan pun sudah tak terdengar kembali. Dengan perlahan Langit membawa tubuh Senja agar kembali berbaring di ranjangnya. Suara dengkuran harus menyelusup masuk mengetuk pelan gendang telinga milik Langig pertanda bahwa gadis yang berada didekapannya itu sudah kembali tertidur lelap.

Astrum AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang