##BAB 4

61 39 4
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
Selamat membaca

Mentari telah menunjukan hilalnya di ufuk timur pertanda malam telah selesai melaksanakan tugasnya. Sunyinya malam berganti dengan siang yang menyibukan jiwa.

Sama halnya dengan jiwa-jiwa yang lainnya. Kini Senja tengah sibuk mempersiap keperluannya. Kalian tau hari ini hari apa? Hari ini adalah hari dimana Senja akan bersekolah kembali. Ya, bundanya telah memasukan Senja ke sekolah favorit di kota ini.

Tangan Senja terangkat membenahi posisi pita berwarna biru muda miliknya yang menghiasi surai indah itu.

"Perfect.."ujarnya sembari memutar tubuhnya di depan cermin.

Senja terus memandangi sosoknya dibalik kaca sampai sebuah suara menyadarkannya.

"Ngacaa terosss"ledek Langit yang berdiri didepan pintu kamar.

"Biarin wlee.." balas Senja sembali memeletkan lidahnya.

"Udahan sih ngacanya udah siang nih ntar telat nangess" Langit kembali melayangkan ledekan kepada Senja.

Sepertinya bagi Langit kurang afdhol jika belum meledek adiknya itu.

Senja mendengus pelan, sudah biasa baginya yqng selalu mendapatkan ledekan dari Langit. Dari pada meladeni kakaknya Senja lebih memilih menuruni tangga meninggalkan Langit yang masih dikamarnya.

"Bunda Senja nggak sarapan ya, soalnya udah siang nih Senja takut telat" katanya sembari memasukan sebuah kotak bekal ke dalam tas ranselnya.

"Yaudah nggak papa tapi ntar bekalnya dimakan ya" ucap Evelyn mengingatkan.

"Iya bun" jawabnya.

Tak lama setelah itu Langit muncul, tentu saja dengan senyum cerianya "Langit juga berangkat ya bun" pamitnya sembari mencium telapak tangan sang bunda.

"Anterin Senja dulu baru berangkat ke kampus" suruhnya yang diangguki oleh Langit.

Seperti yang diperintahkan oleh sang ibunda. Langit mengantarkan Senja terlebih dahulu menuju sekolahnya yang kebetulan memang searah dengan jalan ke kampusnya. Sebenarnya Senja hanya terpaut sekitar tiga tahun saja dengan Langit. Senja yang berada di angka 16 sedangkan Langit sudah menginjak usia 19 tahun.

Keduanya begitu asik bertukar candaan diatas kuda besi yang tengah mereka tumpangi itu hingga tak terasa kini keduanya sudah berada tepat didepan gerbang bertuliskan 'Casildo High school' sebuah sekolah menengah atas terkemuka dengan kualitas pendidikan yang menjanjikan.

"Dah nyampe nih, bisa turun gak lo cil" tanya Langit.

"Kak wira kira Senja gak bisa turun sendiri. Iya, emang gak bisa. Bantuin" rengeknya.

Langit yang mendengarnya pun terkekeh geli melihat kelakuan sang adik. Dengan perlahan Langit menurunkan tubuh mungil Senja. Jangan membayangkan bahwa Langit menurunkan Senja ala-ala princes disney karena kenyataannya Langit malah menyeweng ketiak Senja.

Astrum AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang