##BAB 9

36 31 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Happy reading guys
Typo bertebaran, mohon maklumin ya

Kalian pernah dengar gak kalau ternyata sebelum kita terlahir di dunia ini lebih tepatnya saat kita masih di dalam kandungan, kita ditanya 77 kali oleh malaikat. Apakah kamu benar-benar ingin lahir? Dan kemudian, kita diberitahu cuplikan kehidupan yang akan kita jalani.

Saat kita memilih untuk terlahir di dunia berarti kita tahu bahwa dimasa depan ada sebuah kebahagiaan yang menjadi alasan mengapa kita memilih untuk terlahir. Seperti itulah dasar pemikiran seorang Cakrawala Casildo.

Seberat apapun hidup yang kita jalani, kita harus ingat bahwa kita terlahir untuk mencari kebahagiaan yang malaikat perlihatkan. Tugas kita hanya bertahan dan menunggu saat itu tiba. Seberat apa pun masalah hidup ini, yang Cakra bisa lakukan hanyalah tersenyum. Menunjukan pada dunia bahwa aku kuat dengan senyumku ini, meski terkadang kepalsuan timbul didalamya.

"Sudah berapa kali saya bilang berhenti datang kemari !!" Sebuah vas bunga berukuran sedang melayang mengenai pelipis mata Cakra.

Darah segar mulai merembes menembus sel-sel epidermis kulit menyebabkan rasa perih yang teramat. Namun, bukan itu yang menjadi rasa sakit bagi Cakra. Sakit yang sesungguhnya adalah ketika ia melihat penolakan dari orang tuanya atau hanya papa nya?

"Cakra cuman mau pamitan sama mama sebelum berangkat sekolah pah" ia kembali mencoba mendekatkan diri pada ranjang rumah sakit dimana ibunya terbaring lemah dengan segala alat yang menjadi penopang kehidupannga saat ini.

"BERHENTI !!!" langkah Cakra terhenti saat sebuah teriakan mengintrupsi nya.

"Cakra cuman mau liat mama, pah"

"Saya bilang KELUAR!! Jangan pernah kamu datang ke sini lagi" Cakra bingun, sangat bingung. Apakah dia salah, dia hanya ingin melihat kondisi ibunya saja.

"Kenapa pah? Kenapa Cakra gak boleh nengokin mama? Kenapa?" Cakra mulai lelah dengan usiran yang dilayangkan papa nya.

Salahkah jika seorang putra ingin menengok ibunya yang tengah terbaring koma. Cakra hanya ingin melihat bagaimana kondisi manusia yang sudah mempeetaruhkan nyawa saat melahirkannya.

"Masih berani kamu nanya kenapa. Sudah jelas-jelas kamu yang menyebabkan istri saya terbaring koma seperti ini" Cakra kembali menyendu.

"Itu bukan salah aku pah, itu semua udah takdir"

"Takdir? Seandainya istri saya tidak kekeh untuk mempertahankan kandungannya, andai kamu tidak lahir ke dunia ini mungkin istri saya masih sehat. Seharusnya istri saya tidak perlu mempertaruhkan nyawanya hanya demi anak bedebah seperti kamu" persetan dengan takdir ia hanya ingin istrinya kembali sadar.

Astrum AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang