𝟏𝟐 : Past (2); Trauma yang menghantui

285 33 12
                                    

╍╍━━✶━━╍╍

Bel pulang berbunyi, yang tersisa di kelas hanya mereka berdua karena jadwal piket mereka yang bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang berbunyi, yang tersisa di kelas hanya mereka berdua karena jadwal piket mereka yang bersamaan. Jika kalian bertanya dimana murid yang piket di jadwal yang sama dengan keduanya, mereka sudah pulang terlebih dahulu.

Mikhayla menatap (Y/n) yang sedang memasukkan peralatannya ke dalam tas dengan wajah yang datar serta mata indahnya yang tidak seperti biasanya. Mikhayla benar-benar merasa iba kepada (Y/n).

Mikhayla yang ingin menghancurkan kecanggungan yang sedari tadi melanda pun mulai mengangkat suara.

"(Y/n). Kalau kau mau, ayo kita pulang bersama-"

"Mikha, biarkan aku pulang sendiri untuk saat ini. Lagipula kau ingin ekskul kan?" harapan Mikhayla hancur saat (Y/n) memotong kalimatnya.

"Eh? B-benar sih."

"Kalau bagitu sampai jumpa." tanpa berkata lagi, (Y/n) berjalan ingin keluar kelas. Tetapi baru beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya. Dan menolah menatap Mikhayla. Mikhayla yang di tatap pun memiringkan kepalanya.

"Satu lagi, mungkin ini pertemuan terakhir kita di sekolah ini, Mikha."

"Eh?" tanya Mikhayla kebingungan.

"Jadi, jangan lupakan aku untuk kedepannya ya?" Mikhayla melebarkan matanya saat melihat raut wajah (Y/n). Raut wajah yang begitu lelah, manik yang biasanya selalu terang menjadi kosong, dan senyuman yang terlihat palsu. Dirinya sangat hancur saat ini. Mungkin itu yang ada dalam pikiran Mikhayla sekarang.

"Sampai jumpa, Mikha." setelah itu (Y/n) berjalan keluar kelas, sedangkan Mikhayla yang masih membeku karena melihat raut wajah (Y/n) yang baru ia lihat saat ini.

Mikhayla tidak pernah menduga (Y/n) akan menjadi seperti itu. Tapi setelah ia melihat raut wajah (Y/n) tadi, ia menjadi yakin bahwa (Y/n) begitu lelah dan terlihat sangat tertekan. Ia juga membayangkan bagaimana rasa nya jika ia yang menjadi (Y/n) saat ini. Pasti ia tidak akan kuat mengatasi semuanya.

Di sisi (Y/n), ia berjalan di lorong kelas dengan kepala yang tertunduk. Murid lainnya yang melihat (Y/n) juga menjauh dan mengatakan (Y/n) 'Monster kecil'. Dan itu membuatnya semakin menundukkan kepalanya dan semakin mempercepat langkahnya.

Saat sudah di luar sekolah, ia ditarik oleh seseorang menuju suatu tempat.

"Hei, lepaskan!" tetapi seseorang yang menariknya tidak menggubris perkataan nya dan tetap lanjut menariknya hingga menghempaskan nya dengan kasar.

*Brukk

"Berani nya kau mengabaikan surat yang ku kirim kan untuk ke rooftop! Aku menjadi menunggu lama dengan sia-sia, tahu!" (Y/n) mendongakkan kepalanya. Walaupun ia tidak mendongakkan kepalanya, ia pasti sudah tau siapa yang menyeretnya saat ini.

'Dia lagi.'

"Apa? Mengapa kau menatap ku dengan tatapan bintang bodoh mu itu? Apa kau pikir aku akan takut dengan tatapan mu itu, hah?" Ucapnya, sementara kedua temannya terkekeh.

【 𝐒𝐓𝐀𝐑 𝐄𝐘𝐄𝐒 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang