2. PUNCAK LABON

106 68 7
                                    

Hari untuk melaksanakan ujian praktek bertahan hidup telah tiba. Semua siswa akademi kelas empat atau kelas akhir sedang berbaris di halaman sekolah. Tidak ada dari mereka yang membawa ransel. Dan sebelum berangkat, mereka akan diperiksa terlebih dahulu. Demi menghindari kecurangan.

"Mana proposal kalian?" Pak Palmo bertanya saat berada di depan kelompok Tom, Rachel, dan Nara.

Sebelum menjalankan praktek ini, para siswa akademi memang diwajibkan untuk membuat proposal per-kelompoknya. Kemudian nanti diserahkan kepada wali kelas masing-masing.

Tom menyerahkan sebuah kertas putih yang ia pegang.

Pak Palmo membaca sekilas surat itu. "Kalian akan camping di puncak Labon?"

"Iya, Pak." Tom menjawab.

"Memangnya kenapa, Pak? Anda juga percaya soal rumor palsu monster putih yang diceritakan oleh Tom?" Rachel menyelidik, sambil melirik ke arah Tom.

"Ah, bukan itu maksud ku. Tempat itu kaya akan sumber daya alam. Kalian memilih tempat yang cocok."

"Oh syukurlah, Anda tidak ikutan percaya dengan cerita bohongan itu."

Tom mendengus.

"Kalian kelompok terakhir yang aku periksa." Pak Palmo menatap Tom. "Jaga dirimu baik-baik, Tom. Kau orang yang ceroboh, jangan melukai diri mu sendiri."

Tom tersenyum. "Anda selalu mengkhawatirkan ku. Aku sudah besar, Pak. Sudah kelas akhir."

Pak Palmo balas tersenyum. "Wajar saja aku mengkhawatirkan mu. Kau itu anak yatim piatu. Kau masih butuh dukungan dari orang tua."

Pemuda itu mengangguk. Memahami.

Setelah semua kelompok diperiksa, mereka semua mulai berangkat menggunakan kendaraan masing-masing. Ada yang memakai kendaraan pribadi, ada juga yang memakai kendaraan umum. Dan untuk pemilik kekuatan tertentu, mereka tidak perlu menggunakan kendaraan untuk sampai di tujuan.

Tom, Rachel, dan Nara naik kendaraan umum yang kebetulan terparkir didepan Akademi. Mereka bergegas menaiki kendaraan itu. Menyebutkan tujuan.

Setelah beberapa lama perjalanan, akhirnya mereka bertiga sampai di puncak Labon. Tom lebih dulu turun dari kendaraan umum. Diikuti oleh Rachel dan Nara.

Uang masing-masing mereka diberi pada Tom, untuk membayar ongkos kendaraan umum. Setelah membayar, tiga remaja itu segera berjalan menuju lokasi camping.

"Wah, indah sekali." Tom mendongak, melihat ke sana kemari.

"Banyak sekali pohon-pohon buahnya." Nara juga ikut memperhatikan sekitar.

Rachel tersenyum bangga. "Iya, dong."

Tiga remaja itu berjalan ke tengah padang rumput yang tidak terlalu luas, tapi cukup untuk mereka membangun tenda.

"Disini saja." Rachel menghentikan langkah, begitu juga dengan dua temannya.

"Oke, sekarang apa?" Tom bertanya.

Rachel mendesah, "kita buat video cinematic disini. Ya cari bahan-bahan untuk buat tenda, lah!" Dia berteriak ketus.

"Ya sudah, jangan marah-marah terus!" Tom balas menjawab ketus. "Baiklah aku akan masuk ke hutan untuk mencari bahan-bahan membuat tenda."

"Aku akan mencari makanan." Rachel menoleh pada Nara. "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan membantu mu mencari makanan." Jawab Nara.

"Apa ada diantara kalian ada yang bisa memancing?" Tom mengamati kedua temannya.

Nara mengangkat tangan kanannya. "Aku bisa, Tom. Aku dulu diajari oleh ayahku cara memancing, hingga sampai sekarang aku masih mahir."

Hand and WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang