Alunan alat musik terdengar dari panggung sana. Seperti suara seruling, gitar, piano, dan kolintang. Setelah itu disusul dengan munculnya beberapa orang dari balik tirai. Tampaknya para pemeran drama. Mereka memakai pakaian tradisional berupa kimono khas negara Louan dengan desain dan warna yang berbeda-beda. Mulai dari warna hitam, biru, jingga, dan terakhir hijau. Mencerminkan perbedaan etnis di negara ini.
Drama berlangsung dengan cerita yang menegangkan. Setiap etnis ditampilkan dengan masalah konflik. Mereka saling melakukan tindakan rasis, saling membunuh, saling merusak, dan tindakan-tindakan buruk lainnya.
Salah satu etnis merasa bahwa mereka lebih baik dari segi manapun. Baik pengetahuan, budaya, ataupun adat istiadat. Sementara etnis yang lain juga merasa demikian. Setiap etnis berusaha untuk berada di tingkat paling atas, dan menjatuhkan saudara sebangsanya.
"Ngeri ya, Ra," ucap Nara seraya bergidik, matanya menatap lurus ke arah panggung.
Rachel mengangguk, "hm. Tidak ku sangka, saudara setanah air diperlakukan seperti itu."
Saat itu juga, ada seorang kakek dengan kimono hijau dan penutup kepala abu-abu berjalan didepan tiga remaja itu. Wajahnya penuh keriput, badannya bungkuk, serta jalan yang terkesan lambat. Kakek itu tampaknya terlambat datang. Dia terus berjalan tanpa menoleh ke arah tiga remaja disamping kirinya.
Tom, Rachel, dan Nara memerhatikan kakek tersebut dalam beberapa detik, lalu kembali fokus pada drama.
Konflik internal itu terus berlangsung selama ratusan tahun, selalu berlanjut dari generasi ke generasi. Itu sudah seperti sebuah ajaran dari orang tua kepada anaknya. Bahwa mereka di didik untuk menciptakan etnis yang kuat, serta menyingkirkan etnis lain.
Sampai suatu ketika, ada seseorang yang membocorkan informasi rahasia kepada negara musuh di perang dunia kedua. Empat puluh satu tahun yang lalu.
Hal itu menyebabkan musuh bergerak menyerang Louan. Itu adalah peristiwa yang sangat genting. Belum selesai konflik internal, malah muncul konflik eksternal. Meskipun begitu, peristiwa penyerangan yang dilakukan musuh membuat semua etnis di Louan menjadi bersatu. Mereka bahu-membahu, saling tolong menolong dan bekerja sama, demi melindungi negaranya agar tidak dikuasai oleh musuh.
Etnis-etnis yang awalnya saling berselisih paham pada akhirnya menjadi sepaham. Pasukan musuh berhasil dipukul mundur, mereka tak kuasa menghadapi pasukan Louan yang memiliki teknik bela diri mengagumkan.
Peristiwa besar itu berakhir bersamaan dengan selesainya perang dunia kedua. Louan akhirnya menjadi negara yang damai. Tidak ada lagi permusuhan antar etnis, semuanya menjadi teman. Itu semua berkat keterpaksaan mereka untuk kerja sama melindungi bangsa dan negara.
Drama ditutup dengan berkumpulnya semua orang yang telah berpartisipasi. Mereka berbaris di atas panggung, menghadap para penonton. Sutradara menyampaikan kata-kata penutup, suara musik dimatikan, mengucapkan salam, lantas mereka semua membungkuk.
Ruangan besar itu kemudian dipenuhi suara tepuk tangan dan sorakan. Disusul dengan berjalannya anggota partisipasi drama menuju tirai panggung. Drama telah selesai.
***
"Ahh, badan ku terasa penggal sekali." Tom meregangkan badan. Dia dan dua temannya sedang duduk-duduk di bangku pinggir jalan dekat gerai street food. Di depan bangunan auditorium.
Meskipun sudah larut, tapi jalan raya tidak pernah sepi kendaraan. Selalu saja ada mobil maupun motor yang berlalu lalang, memberi kesan yang terang di malam yang gelap.
"Apa rencana kita selanjutnya, Tom?" Nara bertanya, tidak mempedulikan keluhan Tom. Mulutnya penuh dengan makanan yang mereka beli barusan dari gerai street food didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hand and Wonders
FantasySeri pertama dari Hand And Wonders. Semuanya berawal dari pemilihan kelompok untuk melaksanakan ujian praktek bertahan hidup. Pak Palmo, selaku wali kelas di kelas 4 B, memilih Tom, Rachel, dan Nara untuk sekelompok. Awalnya mereka bertiga ingin pro...