Pagi harinya, matahari menyinari bangunan-bangunan tinggi. Burung-burung beterbangan. Aktivitas warga di kota Gakort kembali terlaksana seperti biasa. Ada yang pergi kerja, pergi sekolah, ataupun melakukan aktivitas lainnya.
Tom sedang duduk di tangga rumahnya. Menunggu Rachel dan Nara datang. Sekarang adalah hari dimana mereka bertiga akan melakukan perjalanan untuk mengelilingi dunia.
"Kapan sih, mereka berdua sampainya? Lama sekali." Keluh Tom sambil bermain handphone.
Wush! Tiba-tiba saja, Rachel dan Nara sudah muncul di halaman rumah Tom. Mereka berdua tampaknya menggunakan teknik teleportasi. Mereka membawa tas ransel di punggungnya, lalu masing-masing memegang kantong besar berisi makanan maupun bahan makanan.
"Akhirnya kalian sampai juga." Tom berdiri. "Bagaimana dengan izin orang tua kalian?"
"Orang tua ku mengizinkan." Jawab Nara.
"Kau, Rachel?"
Mata Rachel melirik ke arah kanan bawah. Kemudian, berpindah ke arah kiri atas. Dia ragu-ragu. "Eh... orang tua ku juga mengizinkan."
Tom mengangkat satu alis. "Kau serius? Raut wajah mu tampak tidak meyakinkan."
"Ah sudahlah, ayo cepat kita siap-siap, Tom!"
"Oke-oke. Ku anggap kau memang diizinkan orang tua, Ra." Tom mengeluarkan sebuah buku kecil dengan sampul biru dari saku celananya. "Kalian tidak lupa passport, kan?"
Dua gadis itu lalu mengeluarkan passport mereka, memperlihatkannya pada Tom.
"Bagaimana perbekalan kalian, apakah cukup untuk beberapa minggu?"
"Mama ku menyuruh membawa semua masakan, Tom. Jadi aman." Ucap Nara.
"Aku juga mengosongkan semua isi kulkas ku." Rachel juga memberitahu.
"Bagus sekali." Tom mengangguk. "Aku juga membawa semua persediaan makanan."
"Soal uang bagaimana, Tom?"
"Tenang saja, Ra. Gaji ku per bulannya bisa dibilang tinggi. Tabungan ku pun juga cukup banyak. Aku membawa persiapan uang yang bisa untuk kita bertahan hidup selama di luar negeri."
"Gaji? Aku tidak tahu kau bekerja."
"Hei, tentu saja aku bekerja!" Tom agak kesal, raut wajahnya berubah. "Dengan diriku yang tinggal sendiri disini, tidak mungkin aku hanya mengharapkan bantuan pemerintah!"
"Kau bekerja di restoran bintang lima ternama di Narais kan, Tom? Aku pernah melihatmu saat makan disana." Ucap Nara.
"Wah, keren juga." Rachel tersenyum, kagum. "Pantas saja gaji mu tinggi, Tom. Kau bekerja di tempat mewah rupanya."
"Sudah-sudah, lebih baik kita fokus perjalanan saja sekarang." Tom menghentikan pujian dari kedua temannya.
"Emm, kalau untuk masalah kendaraan bagaimana?"
Pemuda rambut coklat itu menyeringai. "Ini yang ingin aku pamerkan pada kalian." Dia lalu berjalan menuju garasi di samping rumah.
Rachel dan Nara saling tatap, kemudian mengikuti langkah Tom.
Pintu garasi rumah Tom terbuka. Dari dalam terlihat sebuah mobil van dengan warna biru muda di bagian tengah dan belakang, serta warna putih di bagian depan. Bagian tengah dan belakang mobil van ini tampak lebih lebar daripada bagian depannya.
"Kita melakukan perjalanan dengan mobil van Apordios." Tom memperhatikan mobil miliknya dengan bangga sambil menaruh kedua telapak tangannya di pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hand and Wonders
FantasySeri pertama dari Hand And Wonders. Semuanya berawal dari pemilihan kelompok untuk melaksanakan ujian praktek bertahan hidup. Pak Palmo, selaku wali kelas di kelas 4 B, memilih Tom, Rachel, dan Nara untuk sekelompok. Awalnya mereka bertiga ingin pro...