Untuk hari-hari berikutnya, aktivitas pelajar Akadem Pollheirsi tidak ada yang spesial. Hanya bangun, berangkat ke kampus, belajar, istirahat, belajar lagi, pulang ke rumah, nonton kartun, dan kembali tidur agar badan lebih segar untuk melaksanakan aktivitas diatas secara berulang.
Ujian akhir dimulai beberapa hari kemudian. Hari ujian dibagi menjadi enam hari, untuk semua mata pelajaran. Kelas 1 sampai 3 diliburkan.
Ini adalah penentuan akhir bagi kelas 4, apakah mereka akan lulus dari akademi, atau malah sebaliknya. Mereka harus serius dalam menghadapi ujian, agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Setelah selesai ujian. Pelajar kelas 4 akan istirahat selama satu hari. Lalu di hari berikutnya, acara perpisahan akan diadakan. Sebuah acara yang dinanti-nanti oleh semua pelajar kelas 4. Karena saat itulah, momen terakhir bisa melihat guru-guru dan teman-teman mereka.
"Terimakasih, pak." Tom membungkukkan badan sedikit, setelah tali topi toga nya di pindahkan ke sisi kanan. Kemudian, pemuda itu turun dari mimbar.
"Tom, sini!" Rachel melambaikan tangan. Dia sedang duduk berdua dengan Nara.
Tom menoleh. Lalu berjalan menuju bangku yang diduduki oleh dua gadis itu.
"Puh, acara perpisahan yang melelahkan." Tom duduk di sebelah Rachel, sambil membuka topi toga nya.
"Tak disangka ya, perjuangan kita di akademi ini sudah selesai saja." Rachel memperhatikan lapangan, yang dipenuhi oleh siswa-siswi dengan pakaian toga seperti mereka bertiga. "Perasaan baru kemarin aku ikut acara pengenalan lingkungan akademi."
"Mungkin kerjaan mu selama di sini hanya bermalas-malasan, Ra. Itulah sebabnya, kau merasa waktu semakin cepat." Nara menimpali, tersenyum mengejek.
"Ah, yang suka malas-malasan itu kau, Nara." Jawab Rachel tidak mau kalah.
"Aku malas-malasan nya masih ada faedah. Buktinya, aku jadi murid terpintar di kelas. Lah kau?" Nara menunjuk Rachel.
"Iya, princess, iya."
"Oi oi, aku cuma jadi bodyguard ya disini? Tidak kalian ajak ngobrol?" Ujar Tom. Sambil menaruh tangan kanannya di paha.
Rachel dan Nara yang masih tertawa bersama, sontak menoleh. "Eh iya, kau dari tadi hanya jadi nyamuk." Nara.
"Jangan marah dong, Tom." Rachel membujuk, dengan wajah memelas yang dibuat-buat.
Tom sontak membuang muka, namun tetap tersenyum.
"Ngomong-ngomong, kau setelah ini mau kerja apa, Tom?" Rachel mengganti topik.
"Aku ingin bergabung dengan TNN."
"Keren. Sebagai pemilik cincin Zoblad, kau memang cocok untuk menjadi abdi negara."
"Kalau kau, Ra? Mau jadi apa setelah lulus nanti?"
"Aku rencananya ingin kembali ke akademi ini, sebagai guru."
"Begitu, ya. Kalau kau, Nara?"
Bola mata Nara menoleh ke atas, tampak berfikir.
"Emm, untuk sekarang belum tahu, sih."
"Barangkali kau mau menjadi guru seperti Rachel?" Tom memberi saran.
Nara menggeleng. "Aku tidak mau, bisa-bisa kepalaku pusing mengurus anak-anak yang nakal. Terutama yang suka terlambat."
Alis Tom terangkat. "Kau menyindir ku ya, Na?"
Nara tertawa kecil, sambil menutup mulut dengan tangan kanannya.
"Oh ya, Tom." Rachel terpikirkan sesuatu. "Soal buku-buku yang kau baca minggu-minggu kemarin. Apa saja informasi yang kau dapat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hand and Wonders
FantasiSeri pertama dari Hand And Wonders. Semuanya berawal dari pemilihan kelompok untuk melaksanakan ujian praktek bertahan hidup. Pak Palmo, selaku wali kelas di kelas 4 B, memilih Tom, Rachel, dan Nara untuk sekelompok. Awalnya mereka bertiga ingin pro...