"Jen apaan, sih, lepas!" Nathan melepaskan cekalan tangan Jendra pada tangannya. Jendra tengah kesal Nathan dapat melihat dari sorot mata lelaki yang lahir hanya selisih beberapa bulan darinya itu.
"Lo nanya?" Jendra melirik ke arah lain ingin rasanya ia membentak Nathan namun Jendra sangat tahu Nathan bukan tipe lelaki yang akan membalas kata-kata kasarnya, kemungkinan yang akan Nathan lakukan adalah mendiamkannya, Jendra sedikit tak suka itu, "Nat, lain kali jangan gitu, lo bisa di cap yang aneh-aneh sama Karel, sama circlenya juga," Ujar Jendra baik-baik.
"Emang kenapa? Gue gak suka lo deket sama dia, emang gak ada cewek lain di sekolah, apa? Yang deketin lo banyak tapi kenapa harus dia?"
Ingin rasanya Jendra mengatakan jika para gadis di sekolahnya tak bisa dekat dengannya karena Nathan yang akan selalu menjauhkan mereka. Walaupun bukan berarti Jendra ingin di dekati hanya saja Nathan terkadang sering tak ingat dengan kelakuannya sendiri.
"Gue gak deket sama siapapun di sekolah ini, kan lo tau sendiri. Di sekolah gue cuma temenan sama lo, Ikal, sama Rafa. Siapa lagi kalo bukan kalian."
"Terserah, pokoknya sebagai temen lo, enggak, sebagai sahabat-- enggak, enggak, sebagai keluarga lo gue orang yang berhak ngasih masukan mana orang baik dan enggak yang boleh deket sama lo."
Melihat Nathan yang sangat keras kepala tentu saja segala perlawanannya malah akan memperbesar masalah. Maka daripada kepalanya meledak lebih baik ia akhiri saja perdebatan itu.
"Okay, tapi lain kali jangan kaya gini lagi, lo harus tau gue bener-bener care sama lo, Nat, that's why, gue gak mau lo bermasalah sama Karel."
Tak menjawab Nathan hanya berdecak kemudian meninggalkan Jendra sendirian. Intinya Nathan kesal dengan sahabatnya itu.
***
Sepulang sekolah, Jendra beserta ketiga temannya memilih untuk makan di sebuah restauran yang sering di jadikan tujuan para pelajar untuk makan sepulang sekolah. Karena selain harga yang terjangkau wifi gratis juga tersedia membuat si maniak game, Jendra dan Haikal betah. Setelah memesan beberapa makanan dan minuman yang di lakukan oleh Rafa mereka menikmatinya sembari bercengkrama, terkecuali satu orang yang masih diam dengan bibir maju terlihat kesal.
"Hadeuh, kunaon, sih, Nat?" Haikal bertanya lantaran melihat sang sahabat yang tengah badmood.
"Biasa, ngambek dia sama Jendra," Rafa menyahut. Lelaki bertubuh kecil yang tengah memakan mie kornetnya itu sudah tak heran, jika Jendra dan Nathan bertengkar rasanya sudah seperti ada prahara rumah tangga.
"Kenapa lagi, maneh marah-marah mulu. Ntarnya maneh yang marah, maneh juga yang nyesel," Lanjut Haikal membuat Nathan berdecak sembari menaruh sendok dengan kasar di atas piringnya.
"Berisik, deh, kalian harusnya ngerti perasaan gue!"
Jendra yang melihat bagaimana Nathan terus saja ngambek tentu saja lama-lama tak enak juga. Selain karena ia lelah meladeni, Haikal dan Rafa akan terkena imbasnya juga.
"Yaudah, gue minta maaf Na, gue salah. Mulai besok, gue gak akan ladenin Karel lagi."
Mendengar pernyataan Jendra rupanya Haikal tak menyangka hingga mulutnya yang terbuka hendak memasukan sesendok nasi goreng urung, "gila, segitunya?" Haikal menggelengkan kepala heran sementara Rafa tak ikut ia hanya menyimak.
"Janji?" Nathan mengangkat jari kelingkingnya, membuat Jendra terpaksa ikut dan juga menaikan jari kelingkingnya untuk ia satukan dengan milik Nathan.
"Thankyouu Jendraaaa," Ujar Nathan dengan suara centilnya. Sudahlah biarkan Jendra mengalah daripada dunia gonjang-ganjing karena mood jelek Nathan.
Jendra tiba di rumah pada pukul empat sore, bersama Nathan menaiki mobil jemputan milik keluarga Nathan sudah menjadi rutinitas bagi keduanya, berangkat dan pulang sekolah bersama. Nathan melihat sebuah mobil pajero terlihat terparkir di halaman rumah Jendra sementara sang sahabat juga sedang melihat ke arah yang sama. Napas Jendra terlihat begitu berat dan Nathan paham alasannya.
"Mau pulang ke rumah gue aja, gak?" Tawar Nathan. Nathan tentu saja tahu tamu yang datang ke rumah Jendra bukan tamu biasa, itu adalah kekasih dari ibu Jendra yang seringkali datang dan Jendra tak terlalu menyukainya.
"Gak usah, Na, gue mau pulang ke rumah gue aja."
Seusai menjawab Jendra lalu berlalu pergi dan masuk ke dalam rumahnya, Nathan hanya dapat menatap sendu ke arah lelaki itu. Merasa iba akan kehidupan pelik yang Jendra jalani.
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alarm || Lee Jeno, nct dream √
FanfictionRajendra tak pernah bisa menjalani hidupnya sebagai orang normal, setelah orangtuanya bercerai, juga penyakit yang di deritanya sejak lahir. Lunatic Moon 2023