Jendra berjalan, pergi kemana saja yang penting tak berada di sana. Bagaimana mungkin setelah menghilang dan meninggalkannya tanpa kabar di saat kondisinya sedang tidak baik Nadine pulang dan melakukan adegan tak senonoh di siang bolong, memang gila.
Jendra tak tahu apa yang harus dirinya lakukan, haruskah ia mengutuk sang ibu karena kelakuannya ataukah ia merajuk pada Tuhan karena memberikannya kenyataan yang begitu pahit.
"Sialan," Jendra mengumpat, kakinya yang sudah lelah berjalan hingga ke depan perkomplekan semakin membuat amarahnya memuncak. Dadanya mulai terasa sesak namun Jendra bicara pada dirinya sendiri untuk tetap sadar, karena pingsan di jalanan merupakan sebuah pilihan yang sangat amat buruk.
Berpikir sejenak harus pergi ke mana, Jendra bahkan tak memiliki uang banyak dalam sakunya itupun hanya uang yang ia tabung dari uang jajan pemberian sang ibu. Haruskah ia berdesakan menaiki angkutan umum, namun rasanya itu akan menjadi hal yang buruk. Jendra kemungkinan akan pingsan karena harus berdesakan.
"Terus udah ini apa?" Tanyanya pada diri sendiri.
Dentingan pesan masuk pada ponsel Jendra membuat remaja itu sontak memeriksa isi pesan tersebut, rupanya seorang teman dekat saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertamanyalah yang mengirimkan pesan singkat. Isi pesannya membuat Jendra akhirnya memiliki harapan, saat Nathan tak bisa dia andalkan tentu saja Tuhan mengirimkan oranglain untuk membantunya.
"Oy Jen!" Suara seseorang menyapa saat Jendra menunggui di depan rumah mewah di sebuah komplek tak terlalu jauh dari rumahnya.
"Rik!" Balas Jendra kemudian mereka melakukan tos. Rasanya sudah beberapa bulan ke belakang mereka tak bertemu karena Enriko bersekolah di luar negeri bersama sang kakak, tepatnya di Australia dan hanya pulang ke Indonesia saat tengah berlibur.
"Ayo masuk dulu, panas, tar lo pingsan," Enriko berkelakar. Kemudian keduanya masuk ke dalam rumah mewah itu dan Enriko membawa Jendra ke kamarnya yang berada di lantai tiga rumah itu. Ya, tak salah, rumah Enriko memiliki tiga lantai bahkan mereka harus menaiki lift untuk sampai ke sana.
Setibanya di kamar Enriko yang besarnya bukan main itu Jendra tanpa di persilahkan segera merebahkan tubuhnya. Ia lelah, tubuhnya rupanya tak terlalu pandai mengelola tenaga hingga berjalan sedikit saja membuat Jendra sangat kelelahan.
"Lo naik taksi online ke sini?" Tanya Enriko.
"Nope, gue naik ojol. "
Enriko mengangguk, sang sahabat terlihat lebih kurus di banding saat terakhir kali mereka bersua membuat remaja itu penasaran, "so, gimana soal keadaan lo? Semuanya baik-baik aja, kan?"
"Yah, begitulah." Jawab Jendrs tak berminat.
"Tante Nadine, gimana kabarnya, baik kan?"
"I dont wanna talk about her," Jendra kemudian menutup matanya dengan sebelah tangan.
"Masih aja, yah, Jen, nyokap lo?"
"Lo taulah," Jendra kemudian bangkit. Dirinya merasa harus berbincang dengan Enriko untuk mendistraksi pikirannya, "kalo lo gimana di Aussie?"
"Yah, begitulah, ada beberapa yang rasis karena lo taulah gimana pandangan orang bule ke orang Asia. Tapi lebih banyak hal baik jadi gue gak terlalu peduli."
Jendra mengangguk, matanya memperhatikan sekeliling karena kamar Enriko terlihat memiliki perubahan interior di banding saat terakhir kali Jendra mengunjunginya. Saat melihat sebuah meja yang berada di sudut ruangan yang terpajang beberapa figura membuat Jendra penasaran karena terlihat banyak sekali foto teman baru Enriko di dalam figura tersebut.
Jendra bangkit lalu berjalan ke arah meja itu, matanya memerhatikan satu-persatu foto yang menampilkan berbagai kejadian menyenangkan yang Enriko jalani di Australia. Hingga kemudian Mata Jendra tetiba saja menangkap sebuah foto yang sangat menarik perhatian ketika pertama kali terlihat. Foto tiga orang lelaki yang satu di antaranya Jendra tak kenali namun terasa familiar, lelaki itu terlihat merangkul Enriko dan kakaknya dengan senyum yang sangat lebar.
"Ini foto lo sama siapa?" Tanya Jendra sembari menunjuk figura tersebut.
"Kak Sam," Jawab Enriko santai sembari memakan snack kentang di tangannya.
"Kak Sam gue tau, tapi ini, cowok yang di tengah?" Tanya Jendra semakin penasaran.
"Oh, itu Kak Matthew, dia orang Indo yang kuliah di Aussie juga, satu jurusan sama abang gue."
Jendra kemudian hanya dapat diam tercengang, Matthew yang terlihat tak asing itu, tidak mungkinkan adalah Matthew yang sama yang ia kenali?
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alarm || Lee Jeno, nct dream √
FanfictionRajendra tak pernah bisa menjalani hidupnya sebagai orang normal, setelah orangtuanya bercerai, juga penyakit yang di deritanya sejak lahir. Lunatic Moon 2023