17. Ohh

897 71 0
                                    




















Bakri terlihat menarik napas sebelum mulai berbicara, ia melihat sorot penasaran Jendra yang sangat kentara, "waktu hari pertama lo di bawa ke rumah sakit, Nathan ikut dan nungguin lo di sana. Gue pikir Nathan gak akan masuk sekolah buat beberapa hari, tapi ternyata gue salah. Besoknya, Nathan masuk sekolah tapi gak sendiri, dia bawa bokapnya ke ruang BK dan ngelaporin semua kejadian yang nimpa lo," Bakri diam sejenak sembari mengingat-ingat dengan baik bagaimana kejadian yang di dengarnya baik dari dirinya sendiri maupun cerita dari sang ayah, "hari itu juga semua CCTV sekolah di cek, juga Randi sama gengnya di panggil ke ruang BK, kayanya sekitaran tiga sampe empat jam Randi sama gengnya di tanya-tanya yang keluar dari mulut Randi bikin Nathan hampir ngamuk."

"Apa, apa yang Randi bilang?"

"Katanya, lo yang mulai duluan, lo marah karena Randi bawa-bawa Nathan sama keluarganya."

Jendra terdiam ia memikirkan berbagai hal, menyambungkan benang-benang yang menjadi alasan bagaimana Randi bisa di drop out dengan mudah, apakah dugaannya benar jika Nathan lagi-lagi menggunakan nama ayah dan keluarganya untuk membuat Randi keluar dari sekolah.

"Jadi maksud lo, Randi keluar dari sekolah ada hubungannya sama keluarganya?"

"Yah, bisa di bilang gitu. Lo tau, kan, kalo keluarga Nathan kaya gimana. Power mereka di sekolah ini besar."

Ya, benar, selain seorang tentara, keluarga Nathan banyak melakukan kontribusi terhadap sekolah seperti memberikan berhektar tanah milik keluarga besarnya untuk pembangunan sekolah bertahun-tahun lalu.

"Dan satu hal lagi yang bikin Nathan marah, adalah lo yang belain dia sampe babak belur dia marah banget dan dari mulut Nathan yang langsung minta Randi di keluarin dari sekolah, karena dia gak mau ada yang ganggu lo lagi selama lo sekolah di sini."

Mendengar penjelasan terakhir Bakri, Jendra merasa dadanya di pukul dengan begitu kencang. Kepalanya mendadak pening dan napasnya menjadi cepat lantaran emosi yang menguasai dirinya. Bagaimana bisa Nathan berbuat sejauh itu hanya untuk membela dirinya, tak tahukah Nathan jika semua siswa di sekolah membencinya karena di anggap nepotisme.

"Lo gak apa-apa Jen? Muka lo pucet," Tanya Bakri karena melihat raut wajah Jendra berubah.

"Lo tolong rahasiain ini dari siapapun ya, Kri, jangan sampe anak-anak tau apa yang Nathan lakuin."

Bakri mengangguk, "tentulah, gue gak mau terjadi apa-apa sama gue maupun bokap gue."

Jendra mengangguk lalu bangun dari posisi duduknya, "makasih, gue jamin gak akan terjadi apa-apa sama lo maupun bokap lo. Gue ke kelas dulu."



















***


















"Rajendra! Lo dari mana aja, gue nyari lo keliling sekolah!!" Nathan mengomel saat Jendra terlihat datang menghampiri bangku mereka.

Namun bukannya menjawab Jendra malah membereskan buku dan mengambil tasnya, dengan tanpa bicara apapun Jendra pergi lalu meminta seorang anak lain yang duduk di kursi paling belakang untuk bertukar tempat duduk dengannya.

Nathan tentu saja merasa heran dengan apa yang Jendra lakukan, apakah dirinya membuat kesalahan apakah Jendra kerasukan hantu penunggu sekolah, entahlah.

Tapi bukan Nathan namanya jika hanya tinggal diam melihat sikap Jendra yang aneh, remaja itu berjalan ke arah kursi di mana Jendra duduk menghampirinya dengan wajah keheranan, sementara Rafa dan Haikal hanya memperhatikan tingkah dua sahabatnya itu.

"Jen, lo kenapa, sih, perasaan sebelum jam istirahat lo gak kenapa-napa?"

Namun Jendra hanya meliriknya sekilas lalu kembali sibuk mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas, "gue bosen duduk sama lo," Jawab Jendra dingin tentu saja menusuk hati Nathan, tiba-tiba saja?

"L-lo, kenapa?" Tanya Nathan, matanya sudah berkaca-kaca. Hampir saja Nathan berteriak dan menangis karena perkataan Jendra yang sangat kasar.

Namun sebelum Jendra menjawab, guru sudah terlebih dahulu datang memasuki kelas membuat Nathan mau tak mau kembali ke bangkunya. Nathan hanya melihat Jendra yang acuh padanya, entah apa yang Jendra pikirkan hingga tiba-tiba mengatakan hal yang tak masuk akal.

























Tbc ...

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang