28. Merelakan

1.4K 140 4
                                    



















Nadine setuju, mungkin itu adalah cara terakhir untuk melepaskan segala belenggu jiwanya. Di tengah keputus asaan yang melanda, di saat hatinya hancur berkeping-keping, di saat sanubarinya di hantui penyesalan mungkin hanya ada satu cara yang akan Nadine lakukan demi dapat hidup dengan tenang. Sejujurnya ia tak memiliki banyak harap atas kesehatan Jendra maka dari itu ia akan mencoba, mencoba meski tak sedikitpun tau bagaimana ucapannya akan memengaruhi sosok Jendra yang terbaring tak berdaya di atas ranjang tepat di hadapannya.

Nadine dengan tangan gemetar juga tangis yang menyesakan meraih tangan pucat Jendra perlahan, ia tak sanggup, satu kata belum sempat terucap namun air mata telah lebih dulu berlinang membasahi pipinya.

"Sayang, anak Mama," Ujarnya dengan suara pilu, "ini salah Mama, Nak, salah Mama sayang," Nadine mengecupi sayang punggung tangan lemah remaja itu, "Jendra jagoan Mama, jagoan Papa juga, pasti Papa bilang sesuatu yang nyakitin kamu sampai begini kan, Sayang? Itu salah Mama dan Papa sebagai orangtua. Kamu anak Mama dan Papa sayang, kamu anak yang kita sayang, Mama sayang sama kamu."

Nadine menghela napasnya lalu kembali mengecupi punggung tangan Jendra meskipun bibirnya gemetar saat harus di paksa mengingat berbagai hal tak menyenangkan yang pernah di alaminya di masa lalu, "Mama itu, bukan perempuan baik-baik, Mama itu pernah merebut suami dari perempuan baik yang melahirkan Matthew Kakak kamu, ya, Matthew Kakak kamu Sayang, walaupun berbeda ibu kalian tetap saudara," Nadine melempar jauh kenangan saat bagaimana dirinya melakukan berbagai hal gila terhadap perempuan yang merupakan istri sah dari sang mantan suami, "karena itu Mama gak bisa bawa Matthew sama kita Sayang, karena dia ... Dia bukan anak kandung Mama, Nak."

Nadine kembali tergugu, dirinya ingat bagaimana saat kecil anak itu begitu manja padanya tanpa tahu apa yang Nadine lakukan terhadap ibu kandungnya, "Mama yang salah, Mama yang bikin keluarga itu hancur, sampai suatu hari Mama akhirnya dapat karma yang Mama tuai dari perbuatan Mama dan itu hal yang juga harus kamu tanggung, Papa kamu ... Dia gak percaya kamu anaknya dan selalu minta Mama buat tes DNA. Mama gak tahu alasannya apa, tapi Mama yakin itu ulah Nenek kamu, dia gak pernah suka sama Mama ... " Nadine terisak kuat saat mengingat bagaimana mertuanya dahulu memperlakukannya dengan kasar dan tak menerima kehadirannya bahkan kehadiran Jendra sekalipun.

"Dia nuduh Mama berhubungan sama oranglain Nak, itu alasan Mama akhirnya milih keluar dari rumah karena Mama udah gak tahan sama perlakuan Papa kamu dan Nenek kamu yang membedakan kamu dan Matthew. Kamu mungkin gak ingat tapi Mama ... Mama ingat setiap detil yang mereka lakuin ke kita berdua. Mama ingat semuanya .... " Nadine memejamkan mata, menarik napasnya dalam sebelum menuju akhir dari apa yang akan dirinya ucapkan pada sang putra, "Nathan bilang kamu bisa denger Mama walaupun kamu lagi berbaring di sini dan Mama juga yakin, yakin Jendra anak Mama, jagoan Mama, satu-satunya hal terpenting yang Mama punya, satu-satunya alasan Mama buat terus berjuang pasti denger Mama."

Dengan berat hati Nadine melihat monitor berdecit yang selalu berhasil menyakiti perasaannya itu, lalu pandangannya beralih pada sosok sang putra yang tengah terpejam dengan selang yang memasuki mulutnya juga kabel-kabel yang malang melintang pada tubuh sang putra.

"Mama ... " Nadine menggenggam erat tangan Jendra, "Mama gak akan minta Jendra buat terus berjuang, Mama tau Jendra kuat tapi Mama juga tau seberapa menderitanya Jendra selama hidup sama Mama. Kalo Jendra ngerasa sakit, Jendra ... Jendra boleh pergi ninggalin Mama, Mama relain semuanya asal Jendra bahagia sayang ... yang harus Jendra tau Mama sayang Jendra lebih ... Lebih dari segala isi di dunia ini."






















Tbc ...

Ada yang nangis gak abis baca chp ini??

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang