20. Akhirnya

991 86 5
                                    


























"Kenapa, dia kenalan lo?" Tanya Enriko melihat Jendra yang terus saja menancapkan atensi pada figura tersebut.

"Gue gak tau cuma mukanya familiar, lo tau latar belakang keluarganya?" Jendra ingin memastikan satu hal. Sejujurnya karena Jendra sangat ingin bertemu dengan orang lain yang bernama Matthew yang di kenalnya namun tak tahu harus mencari kemana.

"Setau gue, dia itu udah dari SMA di Aussie, karena bokapnya sibuk kerja jadi gak ada yang urus dia."

"Ibunya?" Tanya Jendra semakin penasaran.

"Bilangnya ke Kak Sam, udah gak ada, udah meninggal."

Sedikit harapan tiba-tiba saja menjadi sebuah rasa kecewa, mana mungkin Matthew yang tak lain sang kakak tega mengatakan jika ibunya telah meninggal padahal jelas-jelas sang mama masih hidup.

"Kenapa muka lo begitu? Lo beneran kenal sama Bang Matt?" Tanya Enriko melihat raut kecewa yang Jendra tunjukan.

Jendra menggeleng, "kayanya beda orang, kalo dia beneran abang gue, gak mungkin dia bilang nyokapnya udah meninggal."

Enriko terkejut, setahunya Jendra merupakan anak tunggal yang di besarkan oleh single parent, "lo punya abang?"

Jendra mengangguk, remaja itu kemudian kembali duduk di atas ranjang, ia masih memperhatikan bagaimana raut sosok Matthew itu memiliki beberapa kemiripan yang tersisa dalam ingatannya.

"Coba ceritain lagi soal abang lo, siapa tau Bang Matt beneran abang lo?"

"Gak mungkin, jelas dia bilang nyokapnya udah meninggal."

Melihat betapa kecewa sang kawan Enriko akhirnya berinisiatif melakukan sesuatu  seingatnya Matthew pernah memposting foto kecilnya di instagram dan kebetulan Enriko memfollow akunnya, "Coba deh gue cari aja di instagramnya, seinget gue Bang Matt pernah posting foto kecilnya."

Mendengar itu Jendra kemudian berpindah tempat duduk mendekat ke arah Enriko untuk ikut melihat ponsel lelaki itu. Meskipun rasanya tak mungkin Jendra masih ingin memastikan siapa sosok Matthew itu.

Setelah beberapa saat menggulir halaman instagram milik Matthew yang kebanyakan memajang foto-foto saat dirinya bersenang-senang, liburan atau foto yang terlihat bagus saat berada di kampus bersama teman-temannya, akhirnya mereka tiba juga pada sebuah foto berisi sosok kecil yang terlihat tersenyum lebar di atas pangkuan sosok lelaki yang hanya separuh. Jendra dapat memastikan jika Matthew memotong tubuh orang itu sebelum mempostingnya.

Tak bisa Jendra pungkiri tubuhnya gemetar saat melihat gambar tersebut, bagaimana sosok lelaki itu sangat persis dengan sosok Matthew yang dirinya kenali saat kecil. Sosok ayah dan sang kakak masih tersimpan rapih dalam ingatannya karena Jendra ingat ia menangis keras saat sang ibu membawanya pergi dari rumah kala itu.

Mata Jendra tanpa di sadarinya mulai berembun bibirnya terkatup rapat namun detak jantungnya begitu cepat, akhirnya pencariannya selama bertahun-tahun sedikit mendapat titik terang dari hal yang tak terduga.

"Beneran dia abang lo?" Tanya Enriko melihat reaksi Jendra yang emosional.

"Harusnya," Jendra mengangguk pelan, "harusnya dia beneran abang gue, gue udah nyari dia sama bokap selama bertahun-tahun, Rik, harusnya emang dia."

"Kalo emang dia, lo bisa temuin dia Jen, kata Kak Sam, Bang Matt bakal balik ke Indo akhir bulan ini."

"Gimana gue bisa temuin dia, gue aja gak tau dia tinggal di mana sekarang."

Sepertinya kawan seperjuangannya itu benar-benar bernasib tak beruntung, bagaimana tidak, ibunya kurang peduli padanya, orangtuanya bercerai lalu Jendra bahkan kesulitan hanya untuk menghubungi sang Kakak.

"Kayaknya ini udah takdir lo, Jen, buat ketemu abang sama bokap lo. Sekarang Matthew sama bokap lo tinggal di Surabaya. Kalo lo mau, lo bisa samper mereka, biar gue yang bayarin tiket lo."

Jendra sudah tak tahu harus bagaimana mengungkapkan rasa syukurnya, untuk pertama kali dalam hidupnya Jendra sangat ingin sekali memeluk seseorang karena merasa sangat berterima kasih, lalu dengan satu tarikan Jendra memeluk Enriko lalu menepuk punggung Enriko, "Rik, makasih banget, gue hari ini lagi ada di situasi yang jelek, kalo bukan karena lo bawa kabar ini, gue pasti udah mikir buat mati aja."

"Anjing, Jen, jangan gitulah, life still going on, Bro. Mati gak nyelesain masalah."

Kemudian Jendra melepaskan pelukannya, sedari tadi air matanya memang sedikit menetes, ia mengusap matanya. Enriko menepuk bahu Jendra beberapa kali.

"Gue berharap lo bisa ketemu abang dan bokap lo segera. Nanti gue kasih tau kapan Matt balik ke Indo, biar lo bisa langsung berangkat."

"Thanks Bro."























Tbc ...

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang