14. Pulang

1K 82 2
                                    




















"Mas Jendra di anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas berat, memakan makanan yang sehat seperti buah dan sayur, juga menjauhi asap yang dapat menimbulkan hal buruk bagi pernafasan. Itu saja untuk sementara, saya resepkan obat-obatan yang bisa di tebus di apotek rumah sakit."

Nadine mengangguk setelah mendengarkan petuah panjang lebar dari dokter yang menangani Jendra. Setelah hampir dua minggu Jendra menginap di rumah sakit remaja itu akhirnya di perbolehkan pulang dengan berbagai catatan yang harus di patuhi.

Pada dasarnya Jendra bukan orang yang senang membangkang maka dirinya akan menurut ia tak ingin memperpendek umurnya, masih banyak hal yang ingin dirinya ketahui tentang apa yang terjadi dalam hidupnya. Terkhusus bagaimana sang ibu bisa berakhir bercerai dengan sang ayah yang entah berada di mana.

"Kamu denger, kan, Sayang?" Tanya Nadine yang di angguki Jendra.

"Terimakasih udah rawat saya dokter."

Ucapan Jendra membuat sang dokter tertawa gemas, "itu sudah kewajiban saya dan petugas lain Mas Jendra. Mas Jendra cuma harus terus jaga kesehatan biar kita gak ketemu lagi."

Jendra tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan ruang rawat untuk bergegas pulang.



















"Mama libur kerja lagi?" Tanya Jendra pada sang ibu yang tengah duduk di sampingnya, mereka dalam perjalanan pulang menggunakan sebuah taksi online. Nadine meraih jemari Jendra lalu sesekali mengusapinya lembut.

"Mama ambil cuti dua hari, tapi sampe akhir tahun Mama gak bisa ambil cuti lagi, jadi jaga kesehatan kamu minimal sampe tahun depan."

"Maafin Jendra, ya, Ma."

Mendengar ucapan maaf penuh rasa bersalah dari sang putra Nadine menggelengkan kepalanya ribut, "bukan salah kamu, jangan minta maaf Sayang. Mama yang salah kurang perhatian sama kamu."

Seketika hening, Jendra tak menjawab. Remaja itu tengah merasakan kecamuk dalam benaknya, Jendra merasa bersalah namun masih menyimpan sedikit marah dalam hatinya yang belum sepenuhnya reda.

"Mama, bisa gak jangan deketin cowok itu lagi?"

Pertanyaan tiba-tiba Jendra membuat Nadine terdiam, Nadine jelas tahu siapa yang Jendra maksud, namun dirinya tak dapat berkata apapun Nadine tidak tahu bagaimana menanggapi pertanyaan Jendra karena sejujurnya ia memang mencintai Dion.

"Mama dia masih punya istri, kan?"

"Nak, kita bahas nanti aja, kamu baru aja sembuh gak boleh kepikiran yang macem-macem."

"Tapi, Ma--"

"Rajendra!"

Seruan Nadine membuat Jendra berdecih lalu mengalihkan kepalanya ke arah luar jendela. Mana mau Nadine mengalah, jika memang Nadine memiliki sifat itu bisa saja tak akan ada perceraian juga perpisahan yang membuat hidup Jendra menjadi sulit.

Memang tidak semua orangtua bisa mengerti perasaan seorang anak dan begitupun sebaliknya. Jadi tak heran jika seringkai Jendra dan sang ibu berselisih.

Ketika tiba di rumah Jendra segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Nadine di ruangan lain, Jendra menutup pintu dan menguncinya, dirinya malas berinteraksi dengan perempuan itu mengapa sulit sekali setidaknya sedikit saja untuk memahami keinginan Jendra. Lagipula siapa juga anak yang mau jika ibunya menjadi simpanan seorang lelaki beristri. Di tambah umur Nadine jauh lebih tua daripada lelaki itu.

Jendra memutuskan untuk pergi ke alam mimpi setelah menyetel alarm jadwal minum obat. Memastikan tak terlambat mengkonsumsinya adalah sebuah cara untuk memperpanjang harapan hidup seorang Rajendra. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap hidup hingga segala tujuannya tercapai.




















"Jendraaa, Jennnn .... Ini gue Nathannnn!" Suara ketukan pintu yang brutal membuat Jendra terbangun. Dengan sedikit terseok Jendra beranjak dari tempat tidur, Jendra membuka kunci kamarnya dan mendapati sosok Nathan berdiri sembari tersenyum lebar di hadapannya.

"Kenapa?" Tanya Jendra dengan suara serak juga rambut sedikit berantakan.

"Mami bikin opor kita makan bareng yuk?" Ujar Nathan sembari mengangkat sebuah kotak bekal seperti biasanya.

"Mama gue ada?"

"Ck kebiasaan banget Tante Nadine, dia gak bilang mau pergi ke lo? Tadi gue liat dia pergi sama cowok itu."

Jendra tak tahu harus berkata apa, hanya helaan napas kasar yang dapat dirinya lakukan. Ibunya benar-benar menyepelekan kata-katanya dan itu sangat menyebalkan. Jujur saja penyebab utama penyakit jantungnya kambuh mungkin adalah ibunya.

"Masuk, makan di kamar gue aja," Ujar Jendra lalu membiarkan Nathan kembali menginvasi kamarnya.

























Tbc ...

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang