15. Sekolah

984 84 0
                                    





















Keesokan harinya Jendra benar-benar hanya tidur berdua bersama Nathan di rumah itu, Nadine sungguhan tidak pulang dan ponselnya tak di aktifkan tentu saja membuat Jendra sangat kesal. Bukan apa, hanya saja Jendra merasa tak di perhatikan bahkan akhir-akhir ini kelakuan Nadine malah semakin parah, mana ada seorang ibu yang membiarkan anaknya berada sendirian di rumah dalam kondisi pemulihan.

"Lo mau ngapain?" Tanya Nathan saat melihat Jendra telah rapih sehabis mandi di jam 6 pagi. Dirinya saja yang akan bersekolah masih bergelung di bawah selimut di kamar sang empunya.

"Sekolah," Jawab Jendra cuek.

"Gila lo ya, enggak enggak! Apaan sih," Nathan bangun dari posisi tidurnya lalu menarik baju sekolah yang akan Jendra kenakan.

"Apasih, gue mau sekolah!" Seru Jendra tak mau kalah.

"Enggak, Jen, lo masih sakit, masih harus istirahat!" Nathan tak kalah ngotot. Namun dengan sekuat tenaga Jendra menarik seragam sekolahnya dari tangan Nathan yang membuat remaja itu nyaris jatuh tersungkur.

Melihat hal tersebut Jendra terkejut dan buru-buru berjongkok menahan tubuh limbung Nathan, "sorry, lo gak apa-apa?" Tanya Jendra khawatir.

"Apa gak sekalian aja lo dorong gue sampe jatoh beneran sampe jidat gue bocor?" Tanya Nathan dengan kesal.

"Maaf gue gak sengaja," Jendra meraih pundak Nathan lalu mendudukannya dengan benar.

"Lo mau nurut apa gue tempelin lo di sekolah seharian kaya lintah, hah?"

Memikirkan bagaimana Nathan akan menempelinya seperti lintah membuat pemikiran Jendra sedikit berubah. Rasanya mungkin akan buruk mengingat betapa merepotkannya Nathan jika sedang merasa khawatir padanya.

"Gue cuma gak mau sendirian di rumah."

Pernyataan Jendra membuat Nathan tertegun, ia menjadi merasa kasihan karena benar jika dirinya pergi ke sekolah Jendra akan sendirian dan belum lagi jika Jendra merasa kesakitan tiba-tiba tanpa di ketahui siapapun Nathan bergidik ngeri memikirkannya.

"Tante Nadine belum ada kabarnya?"

Jendra menggelengkan kepala, karena memang Nadine mengabaikannya. Nathan terdiam beberapa saat, mungkin benar lebih baik Jendra bersekolah agar dirinya dapat terus melihat Jendra dalam pandangannya. Nathan paranoid.

"Yaudah, pake seragam lo, gue mau pulang dulu mau mandi. Nanti berangkat bareng gue."

Setelah bicara Nathan keluar dari kamar Jendra untuk pulang ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari kediaman Jendra.
























***




















Pagi itu Nathan dan Jendra berangkat ke sekolah di antarkan oleh sopir keluarga Nathan, kedatangan Jendra di sekolah sontak membuat seisi kelas terkejut karena kabarnya Jendra mengalami sakit yang cukup parah hingga menyebabkan si pembully alias Randi dan gengnya di drop out dari sekolah. Di sisi lain juga Jendra si anak pintar kebanggaan sekolah juga melewatkan berbagai ujian yang tentu saja siapapun akan mengira jika Jendra mengalami luka yang fatal. Melihat Jendra sudah masuk sekolah tanpa luka luar sedikitpun tentunya menjadi sebuah tanda tanya bagi teman-temannya.

"RAJENDRA!" Suara cempreng Haikal yang pertama kali menyapa membuat Jendra merasa akan tuli. Kemudian di susul Rafa yang juga berjalan menghampiri saat Jendra dan Nathan memasuki ruang kelas.

"Lo udah sembuh, Jen? Bukannya lo baru aja keluar dari rs?" Tanya Rafa yang keheranan.

"Tau, tuh. Batu," Sahut Nathan sembari melirik sinis Jendra.

"Gabut di rumah, lagian gue harus nyusul ujian."

"Gara-gara Rafa, ya, lo pasti kepikiran sama kata-kata Rafa waktu itu, kan?" Ujar Haikal membuat Rafa mencubit lengan Haikal sewot.


"Lo jangan guilty trip gue ya Haikal setan!"

"Eh anak siluman, udah jangan ribut Jendra pusing sama congor lo bedua, ayo Jen kita duduk aja," Nathan menarik Jendra ke arah bangku mereka yang memang duduk bersebelahan.

"Berisik banget temen lo," Protes Jendra setelah keduanya duduk.

"Iyakan, Rafa sama Ikal itu bacot banget, bedalah sama gue yang pendiem," Nathan menunjukan cengiran lebarnya.

"Sama aja lo bertiga."

"Dihhh."

Sementara tanpa sepengetahuan Nathan Jendra diam-diam melirik ke arah kursi seseorang yang kemungkinan mengetahui alasan mengapa Randi dan gengnya hingga bisa di keluarkan dari sekolah.





























Tbc ...




















Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang