16. mencari tahu

936 82 0
                                    



















Bel istirahat berdering, semua siswa segera berhamburan keluar dari kelas masing-masing, Haikal dan Rafa segera menghampiri meja Jendra dan Nathan dengan Haikal yang membawa sekotak bekal dengan isi buah-buahan segar. Ibu Haikal memanglah seorang ahli gizi profesional oleh karena itu seringkali sang ibu membawakannya berbagai jenis makanan sehat walaupun sering Haikal protes Mama Linda panggilan akrab sang ibu tetap bersikeras membawakannya.

"Kebetulan Mama Linda bekelin gue buah-buahan. Lo aja yang makan nih, Jen gue udah muak," Haikal menaruh kotak bekal tersebut di hadapan Jendra.

"Gue lagi gak nafsu, Rafa sama Nathan aja yang makan."

"Mana ada begitu, lo kan yang sakit--"

"Jendra gak sakit, dia udah sembuh!" Protes Nathan tak terima.

Sudah cukup, rasanya gendang telinga Jendra akan pecah mendengar ocehan ketiga sahabatnya, "kalian mau ke kantin?" Sela Jendra.

"Iya, ayok, gue laper pengen jajan indomie sama gorengannya Buk Hanah," Kata Haikal bersemangat.

"Lo di omelin Mama Linda tau rasa!" Rafa mencubit perut gembul Haikal tanpa dosa.

"Aw anjing, Raf, but who cares Mama Linda gak tau, udah ayok," Haikal hendak menarik Jendra dan Rafa namun Jendra segera melepaskan tangan Haikal darinya.

"Kal, lo, Rafa sama Nathan aja yang pergi duluan, gue di panggil Pak Braga buat ngomongin ujian susulan--"

"Kita temenin ya, Jen?" Sela Nathan, tentu saja Nathan masih memilik trauma atas kejadian tempo hari.

Namun dengan sigap Jendra menolak, "Na, gak apa-apa, gue bisa sendiri. Mending lo ke kantin, ya sama Ikal sama Rafa. Lo bilang lo belum sarapan, kan?" Ucap Jendra lembut dengan penuh perhatian.

Nathan, Rafa dan Haikal yang melihat kejadian langka tersebut tak ayal hanya melongo, mereka seperti tengah melihat Jendra kerasukan karena sikap lembutnya itu sama sekali tidak seperti Jendra yang biasanya.

"Jen ... "

"Please? Selama ini lo udah care sama gue, sekarang lo juga harus care sama diri lo sendiri, okay?"

Baiklah cukup, mungkin dirinya tengah bersikap berlebihan pada Jendra pikir Nathan. Lagipula Randi dan gengnya sudah tidak lagi bersekolah bersama dengan mereka jadi Nathan tak perlu terlalu khawatir.

"Okay, kalo lo ngerasa gak enak badan lo--"

"Udah, Kal, Raf, bawa Nathan, pening kepala gue," Ujar Jendra sembari mendorong tubuh Nathan yang duduk di sisinya.

Jendra dapat mendengar suara decakan dari bibir Nathan juga gunjingan Rafa yang mengatai dirinya aneh. Namun jika tidak begitu Jendra tak akan memiliki kesempatan untuk memuaskan rasa keingintahuannya.




















"Bakri!" Jendra berjalan cepat ke arah lelaki yang tengah membawa beberapa buku paket menuju perpustakaan. Ya, Bakri, teman sekelas sekaligus ketua osis juga anak dari guru bimbingan konseling di sekolahnyalah yang menjadi target utama Jendra. Bakripun menjadi alasan mengapa Jendra bersikeras ingin pergi ke sekolah hari itu.

"Oh, Jen, kenapa?" Tanya lelaki berkacamata tebal itu.

"Hmm ... Gue mau ngomong sama lo tapi bisa gak kita ngomong di tempat sepi?" Tanya Jendra karena khawatir ada oranglain yang mengganggu jika mereka bicara di jalan seperti itu.

"Oh, boleh, lo mau ngobrol di ruang osis aja? Mumpung kosong."

Jendra segera menyetujui, sangat bagus ruangan osis adalah tempat ideal karena dapat di pastikan Nathan dan dua temannya yang lain cukup alergi dengan ruangan itu.

Jendra dan Bakri akhirnya tiba di ruangan osis setelah Jendra berinisiatif membantu Bakri membawa buku ke dalam perpustakaan. Keduanya duduk bersisian di kursi yang berada di tengah ruangan.

"Ada apa Jen?" Tanya Bakri penasaran.

"Mmm begini gue langsung aja ya, gue mau tau soal kronologi Randi sama gengnya keluar dari sekolah, apa beneran alesannya cuma karena gue? Lo pasti tau, kan, entah karena lo ketua osis yang kemungkinan besar tau insiden yang gue alamin atau dari Pak Guntur," Tanya Jendra to the point.

Bakri terlihat terdiam dan Jendra tangkap sebagai tanda jika sesuatu yang lain telah terjadi di luar insiden pengeroyokan atas dirinya.

"Gue minta tolong, gue janji gak akan terjadi apapun sama lo," Jendra sedikit memohon.

"Jen ... Gue takut sama Nathan, gue takut sama bokapnya," Sebuah kalimat yang keluar dari bibir Bakri membuat Jendra mengernyitkan dahinya bingung.

"Maksud lo?"

"Lo janji gak akan bawa-bawa nama gue di depan Nathan, kan, kalo gue cerita?"

Jendra dengan yakin mengangguk, "gak, sekarang lo ceritain aja semuanya, apapun yang lo tau, gue yang jamin baik Nathan ataupun bokapnya gak bakal lakuin apapun sama lo."































Tbc ...

Aku cut di sini soalnya kepanjangan heuheu maaf teman-teman 🥲🥲

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang