36. Berganti

775 66 1
                                    



















Bulan demi bulan berlalu, rumput di pemakaman Jendra sudah berkali-kali tumbuh silih berganti semua berjalan cukup normal meski tak semua orang sembuh dari trauma, trauma akan kehilangan sosok yang mereka cintai.

Bayangan Jendra yang meski jarang tersenyum memiliki simpati besar yang di tunjukan secara diam-diam, bayangan Jendra yang selalu memahami keadaan di sekitarnya, bayangan Jendra yang selalu memerhatikan walaupun tidak terang-terangan masih amat membekas di hati orang-orang di sekitarnya.

Salah satu dari orang paling berduka adalah Nathan, remaja yang waktunya terhenti sejak enam bulan lamanya sosok yang sangat terpukul akan kepergian Jendra setelah Nadine, bahkan hingga detik itu hidupnya belum dapat kembali normal.

"Na, makan dulu Sayang," Suara Yulia membawakan sepiring makanan juga segelas susu dingin kesukaannya kini tak lagi menarik perhatian.

"Nana gak laper Mi," Ujarnya sembari terus memandangi luar jendela yang terlihat basah karena hujan turun sore itu. Batinnya terus bertanya mengapa ia selalu di tinggalkan dan alasan mengapa harus kehilangan sosok yang sangat ia sayangi dalam hidupnya, apa salahnya dan mengapa harus dirinya.

"Kamu gak bisa terus begini Sayang, Jendra pasti sedih liatnya."

Nathan tersenyum miris, ia terkadang membenci Jendra karena meninggalkannya begitu saja, "Jendra jahat, ya, Mi, Jendra ninggalin Nana kaya gini, kenapa sih, Mi, kenapa dia tega?"

Yulia yang mendengar keputusasaan dalam nada bicara putranya sontak memeluk Nathan dengan erat, "Jendra pasti punya alasan, gak mungkin dia begitu aja ninggalin kita."

"Tapi apa? Kenapa Nathan gak di kasih penjelasan apa-apa Mi."

Yulia hanya dapat diam membisu, ia tak dapat menjawab lantaran memanh benar jika Jendra tak meninggalkan pesan apapun untuk putranya. Yulia hanya dapat mendekapnya dengan erat berharap luka dalam hati sang putra akan segera pulih.






















***























Suara bel berbunyi beberapa kali, Yulia yang kebetulan tengah menonton televisi di ruang keluarga segera bergegas menghampiri pintu utama, malam itu hujan terdengar masih belum reda suaminya belum kembali dari bekerja sementara Nathan masih mengurung diri dalam kamarnya.

Saat membuka pintu yang pertama kali Yulia lihat adalah eksistensi sosok perempuan yang baru kembali Yulia lihat setelah tiga bulan lamanya memutuskan untuk berpindah rumah entah ke mana. Namun malam itu Yulia merasa sangat senang melihat kehadirannya apalagi perempuan itu terlihat baik-baik saja.

"Mbak," Ujarnya sembari mengulas senyum tipis.

"Astaga Nadine, masuk-masuk," Ujar Yulia meminta sang puan untuk masuk ke dalam rumah, "mau minum apa, kamu kehujanan yah?"

Nadine mengangguk, "sedikit, Mbak. Apa aja saya minum."

Yulia lalu mengangguk, kemudian berjalan ke arah dapur untuk membuatkan tetangga dekatnya itu segelas teh hangat.

"Di minum Nad, kamu kok basah kuyup begini saya ambilkan baju ganti, yah?"

Namun Nadine dengan segera menolak dengan meraih pergelangan tangan Yulia, "gak usah, Mbak, saya gak lama. Saya ke sini cuma mau ngasih ini," Nadine kemudian menyodorkan sebuah amplop putih kecil, "buat Nathan."

Yulia menatap Nadine dengan tatap penuh tanya,"apa ini?"

"Maaf saya baru berani ngasih itu buat Nathan, saya udah cukup ngerasa bersalah selama ini atas keadaan Nathan, Mbak, saya sempat berpikir buat gak pernah ngasih surat ini, tapi saya akhirnya sadar, Jendra mau kasih surat ini demi kebahagiaan Nathan sendiri. Jadi Mbak, saya minta tolong buat kasih surat ini ke Nathan, saya gak tau surat ini bisa bantu Nathan buat sembuh atau enggak, tapi saya benar-benar berharap Nathan bisa ngerasa lebih baik. Ini amanat terakhir Jendra buat saya dan saya mau Nathan baca ini."

Yulia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengerti apa yang di inginkan Jendra dan Nadine, Yulia memahami jika surat itu mungkin akan menjadi sebuah penjelasan bagi rasa penasaran Nathan dan mungkin saja itu akan membuat Nathan lega dan dapat menjalani hidup seperti biasanya.

"Baik, Nad, saya bakalan kasih surat ini ke Nathan, makasih buat keberanian kamu," Yulia kemudian memeluk Nadine yang menangis haru.






















Tbc ...

Satu chapter lagi kita end ya ...

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang