6. Pameran

1.3K 109 0
                                    




















Tak seperti hari biasanya, Jendra yang selalu pulang sekolah bersama dengan Nathan diam-diam pergi meninggalkan sahabatnya itu. Ia bahkan mematikan ponselnya dan pergi sendiri menuju sebuah tempat pameran, ya, ada sebuah pameran mobil yang ingin sekali ia datangi.

Jendra memiliki cita-cita menjadi designer mobil dan itu pula yang mendasari keinginan Jendra datang melihat pameran setelah beberapa bulan lalu ia menabung untuk membeli tiket yang harganya cukup lumayan untuk kantong pelajar.

Dengan satu cup lemon tea di tangannya Jendra berjalan-jalan di sekitaran studio pameran ia hanya dapat melihat orang-orang dewasa dan sepertinya hanya dirinyalah sendiri pelajar yang berada di sana. Ohya, Jendra bahkan tak mengganti seragam sekolahnya.

"Masih sisa dua puluh menit," Jendra bicara sendiri, langkahnya membawa Jendra pergi ke sebuah tempat duduk di bawah pohon cukup rindang, angin sepoi menimpa wajah tampannya, mata Jendra sibuk menelisik ke segala arah. Hingga tak sengaja matanya melihat ke arah pelataran, Jendra melihat lelaki paruh baya yang terasa familiar di ingatannya.

Tiba-tiba saja, memori masa kecil yang samar terlintas di kepalanya, Jendra terdiam beberapa sekon hingga ingatannya menangkap sosok terpenting yang membuat Jendra segera beranjak sedikit berlari hendak menghampiri.

"Pap--"

Tinn ... Tinn ...

Namun tanpa di duga dan secara kebetulan sebuah mobil nyaris membuat Jendra tertabrak,  "maaf, Dek, kamu gak apa-apa?" Tanya si pengemudi yang telah membuka kaca jendela mobilnya, ternyata seorang wanita.

Jendra yang masih terkejut hanya mengangguk, sejujurnya hal-hal sepele seperti keterkejutan mendadak adalah sebuah masalah besar jika saja Jendra tak pandai menenangkan diri.

"Gak apa-apa, Bu," Ujar Jendra hingga akhirnya mobil itu pergi sementara Jendra kehilangan sosok yang ia pikir adalah sang ayah.

Jendra merasa sangat kecewa, kesempatan yang mungkin saja terjadi akhirnya pupus sudah. Meskipun sosok itu hanyalah sebuah perkiraan tapi bukannya tak mungkin jika penglihatannya tepat.


















Harusnya Jendra merasa senang sekembalinya ia dari pameran yang sangat ia dambakan, namun entah mengapa ia malah merasa gelisah. Ia sudah mencari sosok lelaki yang ia pikir adalah sang ayah namun nihil, sosok itu seperti hantu yang tak berada di manapun membuat Jendra berpikir jika ia hanya berkhayal.

Jendra berjalan ke arah rumahnya setelah ojek online yang ia sengaja minta berhenti beberapa meter dari halaman rumahnya agar tak membuat kegaduhan. Ia takut Nathan akan mengamuk karena telah meninggalkannya. Namun semua trik yang Jendra lakukan seakan sia-sia karena tanpa Jendra duga Nathan tengah duduk di kursi halaman rumahnya dengan mata yang memerah, tidak, Jendra melihat air mata pada pipi gembil Nathan.

"LO DARIMANA AJA BANGSAT!"

Ya, Nathan marah, lelaki yang jarang sekali mengumpat itu terlihat mengamuk. Nathan sudah mengangkat tinjunya bersiap menghajar Jendra. Jendra sendiri sudah memejamkan mata bersiap dengan kemungkinan ia akan tersungkur dan tentu saja ia tak mungkin melawan.

Namun ternyata pemikirannya salah saat tinju Nathan berubah menjadi pukulan pelan di dadanya, "brengsek, gue nyariin lo sama Pak Dayat keliling Jakarta, gue nyariin lo, gue takut lo ilang, gue takut lo ngelakuin hal bodoh Jendra ... " Nathan kemudian terisak.

Jendra yang merasa bersalah menarik Nathan ke dalam pelukannya, "sorry, gue abis liat pameran tadi," Jawab Jendra pelan. Ia tak ingin membuat Nathan semakin kesal.

"Hp lo mati, lo gak bilang ke Ikal atau Rafa, lo abis berantem sama Mama lo, apa yang bisa gue pikirin selain lo ngelakuin hal bodoh, lo sakit, hidup lo gak baik-baik aja. Kalo gak ada gue yang sayang sama lo, siapa lagi yang mau sayang sama orang yang malang kaya lo!"

Memang ucapan Nathan terdengar seperti sebuah cacian dan hinaan, namun Jendra tahu betul fakta jika Nathan sangat menyayanginya dan semua yang Nathan lakukan hanyalah manifestasi dari rasa takut dan kesalnya pada Jendra.

"I know, maafin gue."

"Brengsek, jangan sampe lo begini lagi atau gue pukul lo beneran sampe lo masuk rumah sakit!" Ancam Nathan membuat Jendra tersenyum lalu mengangguk.

"Iya, gak lagi-lagi."




























Tbc ...

Aku update semau aku ya, bisa triple up double up jadi stay tune aja wkwk

Alarm || Lee Jeno, nct dream √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang