17. Kita, Yang Sama-sama Terlalu Buta

350 58 20
                                    

🎬 [17]
Kita, Yang Sama-sama
Terlalu Buta

🎬 [17]Kita, Yang Sama-samaTerlalu Buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua berawal dari telepon pagi itu.

Untuk pertama kalinya, Ino ingin menyangkalnya. Kepekaannya terhadap semua hal tentang Sasuke, Ino ingin sekali menyangkal nya begitu dia mendengar gumaman khas orang bangun tidur yang menyahut dari seberang telepon. Saat matanya memastikan sekali lagi, dia benar-benar menelepon nomor Hinata. Sebuah kernyitan halus kemudian muncul perlahan, bersamaan degup jantung yang tidak karuan. Ino mendadak resah.

Dalam detik-detik Ino melempar tanya, tidak ada lagi sahutan apapun. Hanya keheningan yang memenuhi sambungan pagi itu, menciptakan gelenyar tidak nyaman yang memenuhi dadanya. Lalu begitu sambungan mereka terputus, Ino menggelengkan kepalanya, dan mengigit bibir bawahnya. Iris nya yang hijau mengerjap gelisah, dan panik.

Gumaman ituㅡIno ingin berteriak bahwa rasanya seperti dia mendengar suara Sasuke di dalam kepalanya. Kepekaannya terhadap Sasuke bukanlah hal baru, dia sudah selalu begitu sejak lama, makanya dia selalu berani menyombongkan nya. Tapi untuk kali ini, Ino justru tidak ingin menyombongkan nya. Dia justru ingin menyangkalnya ribuan kaliㅡItu bukan Sasuke. Bukan Sasuke.

Ino tidak punya alasan untuk meyakini kalau itu betul-betul suara Sasuke. Dia juga tidak punya alasan untuk berasumsi. Alasannya sederhana; Sasuke, dan Hinata terdengar terlalu mustahil. Selain karena Hinata adalah teman yang paling dekat dengannya, dia tahu kalau Hinata tidak mungkin punya urusan dengan Sasuke. Jadi dengan helaan napas yang panjang, Ino meyakinkan dirinya kalau dia cuma terlalu sensitif. Mungkin karena akhir-akhir ini Sasuke agak sibuk untuk di hubungi, dia jadi merindukannya.

Bayangan itu kemudian memudar saat Ino menghela napas dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Gelenyar aneh, dan sesak perlahan memenuhi tenggorokannya. Ada sesuatu yang mengganjal disana, sampai Ino sulit untuk menelan ludah. “Nggak, pasti bukan.”

Elo nggak suka sama Hinata, kan, Sas?”

Ino menggeleng, mencoba meyakinkan dirinya bahwa Sasuke tidak mungkin menyukai Hinata. Ino selalu ingat, dan yakin kalau dia jarang membawa Hinata diantara momen nya dengan Sasuke. Hanya sesekali, dan tidak seberapa lama. Tidak ada alasan besar yang memungkinkan untuk Sasuke berpaling darinya pada Hinata. Tidak ada.

Ino ingin terus meyakinkan dirinya, tapi dia sadar bahwa perlahan, dia sulit menerimanya.

Pertanyaan Naruto pada Sasuke siang tadi rasanya seperti melempar Ino pada situasi saat dia menelepon Hinata pagi itu. Logikanya yang rasional sudah berteriak dari pertama kali mendengarnya, menyebutnya dengan yakin kalau gumaman seseorang yang mengangkat telepon Hinata waktu itu adalah suara Sasuke. Logikanya yang rasional, juga kepekaannya yang tinggi sudah meyakini itu. Tapi sisi emosionalnya, perasaannya yang sensitif itu menyangkalnya terus-menerus.

Secret Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang