Bet

388 35 5
                                    

Wanita tinggi semampai itu mengedarkan pandangannya di area basement kantor, mencari sedan hitam milik Paul, yang sesaat kemudian dapat ia temukan. Salsa kemudian berjalan mendekat menuju mobil yang sudah terdengar deru mesinnya itu, sesaat sebelum ia membuka pintu belakang mobil dan menjerembabkan dirinya ke dalam. Hanya dalam hitungan detik saja, ia langsung dikagetkan bahwa bukan Paul lah yang ada di balik kemudi.

"Loh, Paul mana?" tanyanya pada lelaki kulit putih yang selaras dengan warna kemejanya hari ini.

"Tadi ada disini, tapi barusan mendadak dipanggil Pak Ali. Dia balik lagi ke atas." Dengan santainya, lelaki itu kemudian memutar lagu 'I dont wanna miss a thing' milik Aerosmith, sambil menunggu sahabatnya itu kembali.

"Oh, oke." ucap Salsa lalu berinisiatif mengambil ponselnya. Membuka beberapa pesan yang baru saja dikirim Paul, yang menyuruhnya untuk pulang lebih dulu bersama Renjana.

"Eh, coba lu cek hp lu deh. Paul ada kirim chat nggak ke lu?" tanya wanita itu sekaligus memberi perintah.

Renjana menurut. Ia dengan segera mengecek ponselnya, sesaaat sebelum ia menempelkannya pada telinga, memastikan beberapa pesan masuk yang dikirim oleh bule jangkung itu.

"Halo Pol, ini gue masih nungguin di mobil lu."
"Anjir."
"Yaudah, gue bawa. Entar malem gue jemput lagi, kita cari tempat, kabarin aja Daniel sama Bang Nayl, Diman juga."
"Iya, tenang anjing gue nggak bakal macem-macem sama temen lu."

Lelaki berparas tampan itu kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku kargo warna coklat mudanya, memakai seatbelt lalu perlahan melepas handrem mobil. "Gue anter lu pulang."

"Paul gimana?"

"Gampang, urusan gue nanti." Renjana lalu melihat Salsa dari kaca spion, menunggu gadis itu menyadari sesuatu.

Menyadari bahwa ia sedang diperhatikan dari balik kaca, wanita itu menjadi sedikit was-was. "Kenapa?"

"Lu yakin mau jadiin gue supir?"

Wanita itu hanya nyengir, lalu tertawa bodoh sebelum akhirnya ia berpindah di kursi samping kemudi. "Sorry."

"Jadi, menurut lu enak tinggal di Aussie atau di Jakarta?" Salsa meneguk air dari dalam botol minumnya, sembari memperhatikan jalanan macet di depannya.

"Gue suka disini. But Aussie also good enough.". Lelaki itu ikut mengamati jalanan Jakarta yang tak ada sepinya. "Lu udah lama ngantor di Bhumi?"

"Tiga tahunan lah. Lulus kuliah gue langsung apply, magang dan langsung dapet tempat disitu bareng Paul sama Novia, cewek yang tadi siang lu traktir nasi bebek." ucap Salsa, menceritakan perjalanan karirnya sendiri. 

"By the way, thanks buat bebeknya.

Lelaki itu tertawa kecil. "Its okay. Anyway Lu kenal Paul darimana? Sekampus? Kok gue nggak pernah ketemu ya sama lu."

"Nope, kita beda kampus. Gue sama Paul udah kenal dari SMP, tetanggaan satu komplek." Pandangan wanita itu sedikit terganggu dengan beberapa debu kecil yang menempel pada kacamatanya. Ia melepas benda bening itu dari wajahnya, mengelapnya sebentar lalu memakainya kembali.

Lelaki di sampingnya mengangguk-angguk. "Oh pantesan."

Salsa lantas tertawa. "Dia sering jual nama gue, ya? Pasti cerita yang enggak-enggak."

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang