First Court

962 46 19
                                    

Wanita dengan suara lantang itu tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan. Membuat Salsa yang baru saja akan meneguk tehnya sedikit terkejut.

"Anjrit. Lu kagak bisa ketuk pintu dulu ya, Nop?" ucap Salsa, mencibir kelakuan teman baiknya yang menyongsong pagi dengan brutal.

"Biarin." jawab Novia disela-sela senyum jahilnya. "Nih!"

Wanita batak itu menaruh sebungkus bubur ayam, di atas meja, dengan tatapan yang tidak kalah jahilnya.

"Tumben." cibir Salsa, heran.

"Bukan dari gue." ucap Novia singkat. Wanita itu lantas bergerak menuju ke pojok ruangan, mengambil sebotol lemon tea dingin dari dalam kulkas.

Sementara pemilik ruangan hanya mengernyit dengan tatapan menyelidik. 

"Terus dari siapa?"

"Si tampan." ucap Novia terkekeh, sebelum menjatuhkan tubuhnya di sofa. Memutar tutup botol itu ke kanan, hingga terdengar bunyi 'klek' kecil.

Wanita itu menuntut penjelasan dari sorot mata di balik kacamatanya, membuat Novia kembali terkekeh setelah ia meneguk lemon tea itu sebanyak dua kali.

"Gue ketemu dia di lobby." Wanita yang hari ini rambutnya ia gerai itu mulai menjelaskan.

 "Hubungan kalian tuh sejauh mana, sih? Kata Renjana lu lagi ngambek. Kalian temenan gaya apaan, sih, pakai ada ngambeknya segala?"

Salsa memutar bola matanya malas. Heran dengan kelakuan lelaki itu yang selalu membuat orang-orang berakhir menggodanya.

"Itu cowok suka halu. Nggak usah lu dengerin." ucap Salsa asal.

"Masa, sih?" Novia mengamati sahabatnya dari keajuhan, mengedipkan matanya berulang. Membuat Salsa bersiap untuk melempar pulpen ke arahnya.

"Lu inget cewek cantik di kafe Lacassa waktu kita kasih surprise Anggis?" Wanita berkacamata itu mengganti obrolan, membuat Novia memasanag wajah serius.

"Inget. Kenapa?"

"Waktu itu gue bilang ke lu, kalau wajahnya nggak asing. Ternyata gue emang pernah ketemu sama dia di bioskop."

Novia mengernyit. Menuntut penjelasan lebih pada wanita yang masih duduk di kursi kerjanya.

"Dia sama Renjana."

Bola mata wanita batak itu membulat. Memberi ekspresi terkejut. "Oke. Then?"

Salsa mengedikkan bahunya singkat. "Kemarin sore gue ketemu lagi sama cewek itu, di lobby, pas gue sama Renjana udah janjian mau pergi bareng."

Novia masih sabar menunggu kelanjutan cerita sahabatnya, antusias.

"Dia ternyata nungguin Renjana. Ngajakin makan bareng."

"Jadi lu bete gara-gara ada cewek nyamper dan lu nggak jadi pergi sama Renjana?" tembak Novia.

Wanita itu mengedikkan bahunya lagi.

"Ini bukan masalah nggak jadi perginya. Tapi karena Renjana gagu, dia bingung nggak bisa mutusin mau pergi sama siapa, padahal jelas-jelas dia udah ada janji sama gue duluan."

Novia lantas terkekeh. "Kurang ajar juga ya si tampan ini."

Salsa mengangguk. "He was born to be a player."

"Untung cakep." balas Novia. "Tapi dia ada usaha minta maaf nggak ke lu?"

"Sampai sekarang gue masih males angkat telfon dan bales chatnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang