Nomor Asing

316 36 7
                                    

Wanita itu sedang asyik menggulir-gulirkan layar ponselnya, menikmati video-video lucu di Tiktok yang sedikit merefresh otaknya dari seluruh pertemuannya dengan klien dan dan beberapa berkas-berkas yang masih menggunung di atas meja kerjanya. Sesekali ia juga menyeruput Mango Squash yang ia dapatkan dari Novia, pemerhati nomer satu bagi wanita itu selama di Jakarta.

Saat wanita sedang asyik terpingkal karena sebuah video kucing yang berkokok, ia dikagetkan dengan sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal. Sebuah nomor asing tanpa foto pada profilnya. Salsa Kembali terkejut, ketika nomor itu mengiriminya pesan, untuk kedua kalinya.

"Ini gue, Renjana."

**

Wanita berkacamata itu memutar kemudinya ke kiri, menepikan mobilnya dan memarkirnya di depan sebuah coffe shop. Ia tidak langsung turun dari mobilnya, masih duduk di kursi kemudi, sambil melihat-lihat langit yang sekarang sudah gelap sempurna. Hanya ada titik-titik cahaya bintang yang tidak begitu terang, melingkari bulan sabit yang sedang tertidur di atas sana. Andai saja ia ditakdirkan menjadi bulan, ia tentu tak akan pernah mengenal apa itu ditinggalkan. Seperih ditinggalkan oleh semua bintang-bintangnya.

Setelah puas melamun, ia lantas memasuki Igor Coffee dengan sedikit gontai. Mungkin karena hari ini ia ekstra sibuk dengan klien yang luar biasa banyak, tidak seperti hari biasanya. Alih-alih segera pulang dan istirahat, ia justru memilih untuk mampir ke tempat favoritnya itu, dan memesan dua gelas matcha latte sekaligus untuk mengembalikan seluruh energinya yang telah terkuras habis.

"Ini pesanannya kak." Waiter itu meletakkan dua cangkir matcha latte hangat di atas meja, dan satu buah Pie Berry yang saus berry nya meleleh tumpah ruah, membuat wanita itu merasa lapar tiba-tiba.

"Terima kasih." Salsa tersenyum singkat, sebelum waiter itu berbalik dan meninggalkannya kembali sendiri di pojok ruangan berwarna mint itu.

Tepat setelah Salsa menghabiskan cangkir pertamanya, seorang lelaki dengan bucket hat hitam di kepalanya memasuki coffee shop. Ia terlihat memesan beberapa menu, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Pandangan teduhnya berhenti saat ia telah menemukan apa yang sedang ia cari.

"Hey, madam." suara serak Renjana membuat Salsa benar-benar terkejut.

"Kok lu ada di sini?" mata Salsa masih penuh ketidakpercayaan memperhatikan lelaki yang baru saja mengiriminya pesan, sekarang sudah berada tepat di hadapannya, duduk bersamanya di Igor Coffee.

"Kan lu sendiri yang bilang lagi di sini."

Salsa mengernyit. "Tapi kan gue nggak ada ngajakin lu."

Wajah Renjana seketika berubah muram. "Nggak di room chat, enggak di sini lu jutek amat sih. Yaudah, gue cabut."

Salsa hanya diam mepmerhatikan tingkah aneh orang yang baru dikenalnya beberapa hari lalu itu.

"Kok lu nggak nahan gue?" Renjana berhenti melangkahkan kakinya, dan berbalik kearah Salsa.

Salsa mengernyit untuk kedua kalinya. "Sumpah! Lu tuh aneh."

Renjana kembali duduk, bersamaan dengan segelas cocktail yang baru saja tiba di meja mereka.
"Lu ngapain sih Ren nyusul kesini?" tanya Salsa, sambil melahap Pie Berry nya secuil demi secuil.

"Nggak ada. Gue cuman gabut aja. Anak kantor lagi ada kerjaan, sementara gue masih baru buat ikut tim. Masih perlu waktu." jelas Renjana, sambil mengaduk minumannya, memastikan seluruh komposisinya larut menjadi satu.

"Tapi lu kan lulusan luar negeri. Pasti dipertimbangin dong."

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang