Kecurigaan Panca

21 6 3
                                    

Halo! sebelumnya maaf jika telat update cerita ini. dikarenakan adanya problem dan situasi yang tidak memungkinkan. kali ini Andri, Panca, dan Andre akan menemani kalian lagi. terima kasih yang sudah mmebaca dan vote cerita mereka bertiga. jangan lupa tinggalkan komentar terbaik kalian. maaf , jika masih ada typo yang beterbaran. eheheh :) 

selamat membaca 

**********************************************************

Panca memutar-mutar pulpen di tangan kanan nya, Pelajaran tengah berlangsung. Seluruh kelas dengan tenang mengikuti mata kuliah. Panca merasa dirinya tidak terlalu fokus, entah mengapa mungkin karena semalam kurang tidur dikarenakan peristiwa tersebut. Berkali-kali ia menguap. Panca masih penasaran siapa yang diluar semalam. Dalam hati ia masih bertanya -tanya.

'Ah, kalau memang itu cuma orang iseng yang ngeronda, masa iya ngeronda sampe jam dua pagi? Mau ngapain juga mereka iseng. Alah, ngga usah dipikirin lah."

Sementara itu di lantai dua Andri duduk di pojok belakang. Ia terkantuk-kantuk lantaran semalam mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan.

"Ndri, andri.," panggil salah satu teman-nya.

"Hem." Hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Andri.

"Jangan tidur, nanti pak Ghofur marah,loh."

"Alah Ghofur kok ditakutin. Aku ngantuk banget, bangunkan aku kalau sudah selesai mata kuliah beliau."

Tanpa sadar pak Ghofur sudah berada di samping Andri yang tengah asyik terlelap. "ANDRIAN PHRAHASTA! BERANI KAMU TIDUR DI KELAS SAYA.?"

Mendengar itu,Andri langsung terjingkat kaget." Ng_ngga, Pak. Ngga." Elak Andri gagap.

"Sekali lagi kamu seperti ini, silahkan tutup pintu dari luar." Ancam beliau. Andri hanya mengangguk dan ijin mencuci muka agar segar Kembali. Tentu, pak Ghofur hanya memberikan anggukkan kepala tanda memberi ijin. Pemuda itu beranjak dari duduknya di Lorong-lorong kelas ia menggerutu sendiri. Mengomel dengan Bahasa yang hanya Andri sendiri yang tahu. Sampai di toilet pemuda berbaju coklat susu itu mematut dirinya di cermin, membenarkan penampilan-nya. Andri pun mencuci mukanya di wastafel, beberapa kali basuhan membuat dirinya segar kembali. Saat mendongak, jantung nya hamper lepas tatkal melihat seseorang di belakangnya. Secepat mungkin Andri menunduk kembali. Ia memastikan bahwa dirinya tak salah lihat. Wanita dengan kebaya kuning gading itu terpat berada di belakangnya saat ini.

'Mengapa ia disini?" tanya dalam hati. Dengan lima belas persen keberanian-nya, Andri mencoba mendongak melihat kearah cermin. Hilang. Tidak ada siapapun disana. matanya mengelilingi setiap sudut kamar mandi.

"Ndri."

"ALLOHU AKBAR!"

Andri hampir saja menendang seseorang yang ternyata Andre. Andri mengelus dada "Ngageti ae kowe." Sungut Andri.

"Kowe ngopo, Ndri?"

"Em_ ngga., ngga enek opo-opo. Aku duluan." Andri langsung pergi meninggalkan sahabatnya yang tengah mengernyitkan dahi melihat tingkah laku Andri.

***

Sorenya, tiga sahabat karib itu tengah asyik nongkrong di warung kopi dekat kampus. Sudah pukul 16.40 tapi entah mengapa mereka masih ogah untuk pulang kerumah masing-masing. Andre yang sibuk dengan tugasnya yang berlembar-lembar dikarenakan mendapat punishment dari bu Nisa karena terlambat masuk kelas. Akibatnya ia disuruh me-resume mata kuliahnya yang di presentasikan hari ini. Panca yang juga tengah menghitung pengeluaran angkringan dan mencatat akan membeli bahan apa saja untuk malam nanti. Hany Andri yang terdiam menatap awan mendung.

"Ada apa, Ndri. Berantem lagi sama kakak mu dirumah?" tanya Panca tanpa memandang Andri.

"Ngga." Jawabnya singkat. "Eh, nanti aku ijin ya ngga bisa masuk tepat waktu." Tambahnya.

"Loh, kenapa. Nanti aku doang lagi yang jaga sendirian. Panca mau nemenin bapaknya berobat, kamu ijin." Kata Andre sedikit tidak setuju.

"ya, nanti aku masuk tapi telat." Ujar Andri.

"Mau kemana, to? Kerjamu ya libur gituloh." tanya Andre penasaran.

"Aku ada urusan dirumah. Ya, pokoknya nanti aku datang, kok."

"Ealah, eh mumpung lagi mendung gimana kalau kita nge-bakso. Andri yang bayar. "

"Aku maneh." Ucap Andri memelas.

"Kamu baru gajian,to. Naah.. ini saat nya kita pesta." Ucap Andre semangat. Andri mengernyitkan dahi. Entah sejak kapan Andre menghitung tanggal gajian nya selama ia bekerja paruh waktu. Pasalnya, ketika tanggal gajian, Andre selalu meminta traktiran.

"Ya sudah ayok." Ucap Andri. Mereka-pun akhirnya beranjak ke warung bakso sebelum hujan turun membasahi tas dan buku-buku mereka. Ketiganya makan dengan tenang disana. gerimis menambah suasana disana semkain dingin. Memang tepat pilihan Andre makan bakso di kala

"Weleh..weleh.. ini 3 perjaka lagi pada ngumpul."

"Eheheh iya mbak Endah, Andri abis gajian tadi trus ngajak saya sama Andre makan bakso." Jawab Panca.

"Oo gitu .." mbk Endah melirik Andri yang sedang menyendok bakso ke mulutnya.
"Ya sudah kalau gitu. Pak, Baksonya tujuh bungkus! Nak Andri yang bayar." Ucap mbk Endah tanpa dosa.

Mendengar itu Andri menyemburkan makanan nya. Ia terbatuk-batuk. Andre yang ada di depan nya segera memberikan tissu.

"Loh Nak Andri kenapa ? Keselek kodok? Makanya kalau makan baca bismillah.."

"Justru mbak Endah yang bikin temen saya Keselek. Ya kira kira wae toh mbak. Tujuh bungkus buat siapa? Lagian juga mbk Endah tinggal sama nindya dan Mas Jarwo aja." Ujar Andre Sewot.

"Stt... diam. Ngga papa kan Nak Andri. Boleh kan , boleh dong , ah pasti boleh kan ?"
Andri hanya tersenyum kecut sambil mengangguk.

"Nah gitu dong... apa kamu lihat -lihat?" Mata mbk Endah berpindah ke arah Andre yang menatapnya benci.

"Idih siapa yang ngeliatin mbak. Pede banget. Jangan dikasih, Ndri. Gaji mu buat kamu sendiri kok malah buat bayarin Mbak Endah. "

"Kenapa..kenapa.. bilang aja iri. Ngga bisa beli bakso tujuh bungkus"

"Yeee siapa juga yang iri..."

"Udah udah , iya mbak nanti saya yang bayar."

Mbak Endah tersenyum manis kearah Andri. Lalu pandangan nya beralih ke Panca.

"Mas Panca kapan mau nyari kerja sendiri? Masa ya ikut terus sama bapak?" Pertanyaan mbk Endah sukses membuat Panca terdiam sejenak.

"Ehehe belum dapet mbak. doain ya."

"Eheheh ya pasti ndak. Kan yang menjalankan takdir bukan saya. Harus nya kamu berdoa buat diri kamu sendiri. Tanya ke diri kamu sendiri. Kan saya orang yang jelas jelas bukan kamu."

"Alah belibet" sahut Andre.

"Tuh dengerin beban keluarga lagi ngomong." Sindir Beliau kepada Andre.

"Trus juga Nak Andri kapan mau nikah. Umur 22 itu sudah matang loh Nak Andri. Jangan cuma bisa nya kerja terus... Ntar kalau udah umur 30 baru terasa. Nak Andre juga , harusnya Nak andre tuh cari kerja jangan bisanya nyawer aja. " sinisnya.

"Mbak, nih gara gara mbak nih saya ngga jadi makan. Lagian ngapain ngga Mbak Endah aja yang nyariin anak Mbak jodoh?"

Panca menyenggol siku Andre berharap teman nya bisa mengerti situasi. Tapi yang ada malah Panca yang terkena omelan dari Mbak Endah.

"Kenapa mas Panca senggol-senggol. Emang di pikir ini warung GGS ?"

"Apa itu mbak GGS ? "tanya Panca.

"Goyang-goyang senggol." Kata Mbak Endah sambil melotot.

"Mbk ini baksonya !" Kata tukang bakso. Mbk Endah pun pergi tanpa mengucap terima kasih pada Andri.

"Tuh liatin maen pergi aja. Alah mbuh.. ndak mood makan aku gara gara orang itu."

"Sabar, ndre." Kata Panca menenangkan.

"Ora iso! Gara gara dia ngga mood makan aku."

JAGADHITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang