Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!
Siapa yang udah kangen nungguin Kaivan dan Mega???
Sebenernya author gak berencana update sebelum votes sampe di angka 300, tapi karena temen kita tanziaaaa selalu nagih tiap hari ke author jadi sekarang up nih. Kalian harus bilang makasih buat temen kita satu itu yg gak ada capeknya nagih up tiap hari.
Jadi guys.. Author up itu gak pake jadwal ya. Jadi bukan berati minggu kemaren up hari rabu trus minggu ini bakal up rabu juga. Author up itu pake target. Kalo target udh trcapai kita up, kalo yg baca aja males malesan vote ya authornya juga males malesan up lah 😂
Sampe sini ngerti? Jadi saling menghargai aja ya. Author nulis itu butuh ide lo. Kalian gak author minta bayar per chapter sekarang, cukup vote aja sbagai bentuk penghargaan.
Cukup ya. Skarang kita masuk ke kisahnya Kaivan dan Mega. Hope you guys enjoy it, let's check this out...
Enjoy and happy reading...
*
*
*Mega menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Kaivan.
"Suami. Bukannya suami seharusnya bikin istrinya bahagia?" gumam Mega kecil.
"Tapi kamu malah bikin saya marah." lanjut Mega mengalihkan pandangannya menatap Kaivan yang masih setia memandanginya.
"Makanya bilang sama saya, apa yang bikin kamu marah sama saya Mega." ujar Kaivan lembut.
"Dengan kamu yang bahkan nggak tau apa kesalahan kamu justru bikin saya makin marah." ujar Mega lirih.
Kaivan segera beranjak dari duduknya. Ia segera berlutut di sebelah ranjang Mega. Masih menggenggam tangan perempuan itu. Mendongak untuk menatap wajah Mega yang masih menatap genggaman tangan mereka.
"Lihat aku Mega." pinta Kaivan sambil meraih wajah Mega untuk menatap ke arahnya.
Mendengar ucapan Kaivan sontak membuat Mega yang sedang terdiam langsung mengedipkan mata. Apa ia tidak salah mendengar? Kaivan baru saja mengatakannya?
Kaivan membawa wajah Mega untuk menatap ke arahnya.
"Kamu bilang sekarang, aku ngapain sampe kamu marah sampe nggak mau ngomong gini? Sampe kamu nggak nganggap aku di sini. Kenapa hm?" tanya Kaivan terdengar putus asa.
"Apa kamu terganggu kalo saya marah?" tanya Mega yang masih menggunakan bahasa formalnya.
"Sangat." jawab Kaivan setengah berbisik.
Mega masih menatap Kaivan yang juga tengah menatapnya langsung menembus kedua matanya.
"Kamu buat aku nggak fokus ngapain aja. Kamu buat aku kecewa karena kamu lebih milih Gavin buat kamu andelin, lebih milih Dokter Lia buat rawat kamu. Kamu buat aku ngerasa nggak berguna sebagai suami kamu." ujar Kaivan mengutarakan isi hatinya.
Mega mendengarnya dengan seksama. Jadi karena rasa tanggung jawab sebagai suami saja?
"Dan yang paling ganggu aku, kenapa rasanya sakit waktu kamu bilang semua yang terjadi malam itu nggak ada artinya buat kamu? Apa cuma aku yang ngerasain itu Mega? Apa cuma aku yang nggak bisa lupain malam itu?" tanya Kaivan melanjutkan.
Jantung Mega sudah berdebar kencang mendengar semua pengakuan Kaivan. Oh Tuhan kenapa Kaivan harus mengatakannya sejelas itu?
Kaivan menatap Mega dengan tatapan terlembut yang ia miliki.
"Tapi aku sadar, aku yang bukan siapa-siapa nggak punya hak harapin perasaan kamu. Kamu istri aku, tapi kamu jauh dari jangkauan aku. Kamu bisa ngelakuin segalanya." ucap Kaivan.
"Aku nggak akan nyerah sama perasaan aku. Aku sayang sama kamu Mega." lanjut Kaivan serius.
Jantung Mega sejak tadi sudah berdebar lebih dari detakan normal. Ia menatap Kaivan dengan tatapan tak percayanya.
Kaivan mendekati wajah Mega. Menyatukan kening mereka.
"Aku sayang kamu." ujar Kaivan lagi setengah berbisik.
Mega masih mencerna semua yang Kaivan katakan ketika pria itu sudah menyatukan bibir mereka. Menciumnya dengan penuh kelembutan.
Kaivan melepaskan ciumannya sebentar sebelum tersenyum kecil dan tulus untuk Mega. Kaivan merasa begitu bahagia setelah menyampaikan seluruh perasaan yang membebaninya selama ini.
Cup.
Kaivan kembali mencium istrinya dengan lembut. Tidak ada perasaan damai yang lebih damai dari ini. Kaivan sangat menyukai perasaan ini.
Sampai akhirnya Kaivan kembali melepaskan ciumannya dan menatap Mega dengan penuh cinta.
"Jadi kamu udah tau apa kesalahan kamu Kaivan?" tanya Mega.
Mendengar pertanyaan Mega Kaivan tidak langsung menjawab. Pria itu justru tersenyum senang. Ia menggeleng sebelum membawa tubuh Mega ke dalam pelukannya.
"Aku nggak tau apa kesalahan aku, tapi denger kamu udah ngomong gitu aku udah seneng." Jawab Kaivan tersenyum cerah. Nada bicara Mega sudah tidak terdengar dingin lagi di telinganya.
Mega yang mendengarnya hanya bisa tersenyum geli. Apa benar hati seorang Kaivan Prawira bisa luluh semudah ini? Maksudnya bukan dalam artian pria murahan, melainkan Kaivan begitu mudah melupakan insiden pertengkaran mereka dan sudah memeluknya dengan penuh senyuman saat ini.
Ditambah lagi Kaivan juga menyatakan perasaannya. Itu berarti bukan hanya Mega saja yang merasakannya, melainkan Kaivan juga. Mega tersenyum kecil sembari mengangkat sebelah tangannya dan membalas pelukan Kaivan. Mengelus punggungnya pelan.
***
"Kamu sendiri yang masak ini?" tanya Mega saat Kaivan sedang menyuapinya makan.
"Bukan. Aku nggak sempet pulang dan masak, ini beli jadi." jawab Kaivan.
Mega yang mendengarnya tersenyum senang. Kaivan sudah mulai mengganti cara bicaranya. Pria itu benar-benar manis jika sedang begini.
"Kenapa?" tanya Kaivan yang melihat senyuman Mega.
"Nggak ada apa-apa." jawab Mega mengangkat bahunya.
"Kapan saya bisa pulang?" tanya Mega setelah menghabiskan semua makanannya.
"Nanti kalo badan kamu udah fit." Jawab Kaivan sambil membereskan semua peralatan makan.
"Saya udah fit sekarang." ujar Mega dengan yakin.
"Kamu baru sehari dirawat di sini. 2 hari lagi baru boleh pulang." balas Kaivan.
Mega melotot. "Saya punya banyak kerjaan Kaivan! Jangan aneh-aneh deh." Protesnya.
"Aku itu dokter kamu Mega. Aku tau gimana kondisi kamu. Udah deh kamu nurut aja." ucap Kaivan tak mendengarkan protesan Mega.
"Ck. Tapi saya bosen di sini. Nggak ada yang bisa dilakuin." Protes Mega lagi. Tentu saja karena ia adalah orang dengan kesibukan padat setiap harinya. Jika tiba-tiba tidak melakukan apapun pasti akan merasa sangat bosan.
"Mega." panggil Kaivan. Ia duduk di ranjang Mega, menatap istrinya yang masih menampilkan wajah penuh protes.
"Bisa nggak kamu bicara lebih santai? Aku, maksudnya..." Kaivan bingung bagaimana cara menyampaikannya.
Mega yang mengetahui maksud Kaivan segera tertawa. Membuat Kaivan yang melihatnya keheranan.
"Kamu pasti ngerasa nggak suka kan? Kalo saya masih pake saya-kamu?" tanya Mega dengan wajah mengejeknya.
Kaivan hanya menatap Mega tanpa menjawabnya.
"Itulah yang bikin saya marah sama kamu dari kemaren." ujar Mega akhirnya.
"Maksudnya?" tanya Kaivan dengan kening berkerut.
[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]
KAMU SEDANG MEMBACA
My Powerful Wife (COMPLETED)
RomanceMenjadi suami kontrak nona kaya yang sombong? Kenapa tidak? Kaivanlah orangnya. Kisah Kaivan Prawira, seorang dokter bedah saraf yang harus menikah kontrak dengan CEO muda yang ambisius bernama Mega Sanjaya demi membayar hutang peninggalan adiknya...