26 Drama

6.6K 439 58
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Siapa yang udah kangen Kaivan sama Mega????

Pas banget setelah 300 votes dari kalian semua, author up lagi deh. Makasih 300 votesnya 👍👍

Oke, Author mau ingatin buat yang ikut PO STML jangan lupa diselesaikan ya, dan yang belum ikut PO ayo join sebelum habis waktunya, cuma sampe tanggal 20 ini ya.

Nah oke, sekarang langsung aja kita masuk ke ceritanya, hope you guys enjoy it, let's check this out...

Enjoy and happy reading...

*
*
*

Mega menatap Kaivan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu memang tidak pulang ke rumahnya, melainkan menginap di rumah sakit bersama Mega.

Melihat Kaivan yang keluar hanya menggunakan kaus longgar dan celana pendek serta rambut yang basah membuat jiwa nakal Mega mulai memberontak.

"Apa?" tanya Kaivan yang melihat tatapan aneh Mega.

"Kamu mau ngulang malam pertama kita di sini?" tanya Mega frontal.

"Nggak usah ngaco deh." jawab Kaivan cuek sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Ck. Nggak usah sok nolak deh. Paling juga kalo aku pancing kamu yang gak bisa berhenti." cibir Mega.

"Kalo gitu nggak usah mancing-mancing." balas Kaivan.

Mega menatap Kaivan malas. Sudah jelas-jelas justru Kaivan yang sedang menggodanya. Untuk apa bersikap seolah sangat keren seperti itu di depannya?

"Van, sini deh duduk sini." pinta Mega menepuk ranjang di sebelahnya.

"Ngapain?" tanya Kaivan.

"Sini dulu." pinta Mega lagi.

Kaivan akhirnya mendekati Mega dan duduk di sampingnya. Pria itu menatap istrinya bingung.

"Apa?" tanya Kaivan.

"iPad aku mana Van?" tanya Mega selembut mungkin.

"Kenapa nyariin itu?" Kaivan balik bertanya dengan kening berkerut.

"Ada yang harus aku kerjain Van. Penting." jawab Mega hati-hati.

"Nggak." tolak Kaivan mentah-mentah.

Mega langsung membuang wajah lembutnya. Ia kembali dengan wajah kesalnya.

"Van, serius ini aku ada kerjaan penting." ucap Mega.

"Nggak ada kerja sebelum kamu keluar dari rumah sakit." tolak Kaivan pongah.

"Van! Gavin gak bisa ngerjain ini sendiri, harus aku yang pegang." protes Mega.

"Yaudah besok aja kalo udah keluar dari rumah sakit." ujar Kaivan datar.

"Kaivan kamu nyebelin banget sih." kesal Mega.

Mega benar-benar kesal menatap Kaivan yang justru terlihat sibuk dengan ponselnya. Pria itu melarangnya bekerja tapi sekarang sibuk dengan ponselnya sendiri. Sungguh tidak adil.

Tidak bisa dibiarkan. Mega harus mencari cara agar Kaivan mau mengizinkannya bekerja. Kalau bukan karena Gavin meneleponnya saat Kaivan mandi tadi, Mega juga malas bekerja.

Perlahan Mega mendekati Kaivan. Memeluk lengannya dan meletakkan kepalanya di bahu Kaivan. Sambil mendongak ia menatap Kaivan dengan tatapan terimut yang ia punya.

"Van ~ , kalo aku gak kerja nanti aku bangkrut loh, uangku bakal pergi, terus kita bakal gimana nantinya?" rayu Mega dengan suara diimut-imutkan.

Kaivan menatap Mega dengan wajah speechless. Bisa-bisanya Mega bertingkah seperti ini.

"Ya nggak gimana-gimana lah." jawab Kaivan cuek.

"Aku nggak bakal punya aset buat masa depan kita Van, nanti tabungan aku bakal habis, terus nanti gimana kalo mau ke salon? Kalo ada high heels keluaran terbaru gimana?" Mega semakin dramatis.

"Ya nggak usah ke salon, pake sandal jepit aja." jawab Kaivan semakin memperparah kekhawatiran Mega.

"Kaivan! Mana bisa aku begitu! Kamu jangan ngada-ngada deh." kesal Mega.

"Kamu sendiri yang ngada-ngada mikir aneh-aneh." balas Kaivan.

"Ck. Van aku beneran harus kerja." ucap Mega yang sudah malas berdebat.

"Kalo gitu cepet keluar dari rumah sakit." ujar Kaivan ringan.

"Kan kamu sendiri yang nggak ngijinin aku buat keluar dari sini?" protes Mega.

"Kalo kamu bandel kamu bakal lama keluar. Tapi kalo nurut bakal keluar cepet." ujar Kaivan akhirnya.

"Van ~" rayu Mega lagi.

"Udah ya, nggak usah kebanyakan drama. Kalo kamu bangkrut sekalipun, aku masih mampu nanggung hidup kamu ke depannya." ujar Kaivan menyudahi drama Mega.

Mega yang mendengarnya pun tersenyum senang. Yah, setidaknya Kaivan melakukan ini karena mencemaskannya. Oh Gavin, maafkanlah bosmu ini. Tunggulah sebentar lagi.

"Yaudah deh. Tapi aku nggak mau hidup miskin." ujar Mega akhirnya.

"Tergantung, kalo kamu nurut kamu bisa hidup enak, kalo bandel yaudah jadi tukang bersih-bersih rumah aja." balas Kaivan.

"Eh enak aja. Seorang Mega Sanjaya kamu suruh jadi pembantu gitu? Mending aku nikah sama yang lain aja. Meski aku janda sekalipun, pasti masih banyak pengusaha kaya raya yang mau nikahin dan jadiin aku sebagai ratu dalam hidup mereka." sahut Mega percaya diri.

"Yang bilang mau ceraiin kamu siapa?" tanya Kaivan ringan.

"Ya kalo kamu nggak mau ceraiin aku biar aku yang ceraiin kamu." jawab Mega enteng.

"Kalo aku gak mau juga?" tantang Kaivan.

"Yaudah kamu terima aja dimadu." jawab Mega tertawa geli.

Kaivan mencubit kedua pipi Mega hingga membuat bibirnya maju seperti ikan. Ia sangat gemas dengan istri nakalnya ini.

"Dasar nakal. Berani mau maduin aku?" gemas Kaivan.

"Kenapa nggak?" tantang Mega.

"Kamu sama aku aja sampe masuk rumah sakit, gimana kalo punya 2 suami coba? Emang kuat?" Kaivan balik menantang.

Seketika Mega tertawa keras mendengar pertanyaan Kaivan. Bisa-bisanya Kaivan bertanya seperti itu.

"Hahaha...," Mega tertawa keras sambil menepuk-nepuk perutnya.

"Udah deh, nggak usah ketawa terus. Sini minum obatnya." ujar Kaivan sambil mengambil sebotol obat dan satu butir kapsul.

"Van, kayaknya aku gak sanggup kerja deh kalo punya 2 suami," ucap Mega setelah tawanya reda.

"Makanya gak usah mimpi punya 2 suami segala, buka mulutnya," balas Kaivan sambil menuangkan obat di sendok dan mengarahkan pada mulut Mega.

Mega meminum obatnya dan langsung meringis setelahnya. Sungguh obat ini sangat pahit, seperti kisah hidupnya Gavin.

"Pait banget." keluh Mega.

"Namanya juga obat, yang manis namanya permen." ujar Kaivan sambil kembali menyuapkan sebutir kapsul untuk Mega dan menyodorkan air putih.

Mega meminum obatnya dengan cepat dan menghabiskan segelas air sekaligus. Ia menatap Kaivan dengan wajah kusut.

"Pak Dokter, bisa gak obatnya diganti sama yang manis aja?" tanya Mega cemberut.

"Kamu gak inget umur? Kamu pikir kamu anak 2 taun?" sinis Kaivan.

"Ish, dasar gak romantis." cibir Mega sebelum langsung merebahkan badannya memunggungi Kaivan.

"Kamu baru minum air, jangan langsung baring Mega." ujar Kaivan mengangkat kembali tubuh Mega agar duduk.

"Gak usah pegang-pegang!" ketus Mega menepis tangan Kaivan.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

My Powerful Wife (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang