"Saya memang mencintainya. Jika memang kita ditakdirkan bersama saya bersyukur. Jika sebaliknya, artinya saya diminta bersabar."
~Syifatunnisa Az-Zahra~💐💐💐
Saat ini Ning Syifa benar-benar hanya duduk sambil menatap ke arah lain. Perempuan itu tak menyangka akibat salah kirim pesan semalam, besoknya Khalid benar-benar datang sowan ke ndalem.
Jujur, Ning Syifa merasa malu. Sejauh ini yang tahu ia menyukai Khalid hanya Sang Pencipta saja. Tak ada yang tahu.
"Jadi, bagaimana?" tanya Kiai Hasan.
Mata Khalid sempat melirik Ning Syifa yang duduk tepat bersebrangan dengannya. Sampai, Ning Syifa lebih dulu menundukkan pandangan.
Khalid yang saat ini duduk di antara Abi dan umminya hanya bisa diam sesaat. Barulah ketika sang umi menyenggolnya pelan. Khalid baru menatap Kiai Hasan lagi.
"Bismillah, Kiai saya sudah mengikhtiarkannya, dan jawabannya saya benar-benar serius untuk mengkhitbah Ning Syifa."
Kiai Hasan tersenyum. Lantas beralih menatap putri semata wayangnya yang sejak tadi selalu menatap ke arah lain. "Nak bagaimana jawabanmu?"
Ning Syifa diam sebentar. Isi kepala perempuan itu teramat riuh. Merasa bahwa perkataan Khalid terdengar seperti mimpi.
Dengan tekad yang ada, Ning Syifa mendongak. Menatap sesaat iris mata dingin milik Gus Khalid. "Bismillah, saya menerima."
Ruang tamu ndalem saat itu riuh. Ucapan syukur teralun dari bibir kedua orang tua Khalid dan Ning Syifa. Begitu pula dengan Khalid dan Ning Syifa yang sama-sama mengucap syukur dalam diam.
Acara selanjutnya adalah proses tukar cincin. Di situasi ini Khalid hanya menyodorkan kotak beludru ke hadapan Ning Syifa yang kemudian cincin itu dipasangkan oleh Kiai Hasan. Begitu pula sebaliknya. Hal tersebut untuk menghindari sentuhan tak disengaja karena sejatinya mereka berdua masih belum dalam ikatan halal.
"Setelah ini makan dulu ya sebelum pulang," kata Nyai Farah, Umi-nya Ning Syifa.
Khalid mengangguk pelan. "Nggih, Nyai."
Kiai Daiyan dan istrinya pun turut mengangguk, menyanggupi permintaan makan bersama tersebut.
Ning Syifa tiba-tiba berdiri. Membuat atensi semua orang tertuju padanya. "Syifa, izin keluar sebentar."
Kiai Hasan mengangguk. "Jangan terlalu lama, ya."
Ning Syifa mengangguk, kemudian berlalu pergi setelah pamit pada semua orang yang ada di ruang tamu sebagai bentuk kesopanan.
"Ya Allah, kuatkan hati ini," gumam Ning Syifa sembari mengatur nafasnya pelan-pelan ketika kakinya sudah sampai di teras luar ndalem. Jujur saja berada diruangan yang sama dengan Khalid tak aman untuk jantungnya.
"Ning."
Ning Syifa berbalik dan terperanjat melihat sosok Khalid yang sudah berada di belakangnya. "Astaghfirullah, Gus."
"Soal semalam...."
"Lupakan, kalau Gus Khalid berniat melamar hanya karena pesan singkat semalam. Seharusnya tidak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
EKSPEKTASI RASA [TAMAT]
RomanceBagaimana jadinya ketika Gus Khalid harus memilih antara dua perempuan? Antara Ning Syifa atau Ustadzah Shafira? Khalid benar-benar berada dititik bimbang yang sesungguhnya. Siapakah yang harus Khalid pilih? Memilih Ning Syifa berarti harus merelaka...