20. Perasaan Gus Khalid

1.6K 123 13
                                    

“Berusahalah untuk tetap istiqamah pada jalan-Nya. Meski kamu merasa sekarang tantangan dan bangkitnya lebih sulit dari sebelumnya.”
~Khalid Khairul Umam~

-EKSPEKTASI RASA-

Masa rehabilitasi intensif Gus Faqih pasca koma diperkirakan sekitar 6 minggu lamanya. Hal tersebut sesuai dengan pertimbangan seberapa parah cedera trauma kepala yang dialami laki-laki itu akibat kecelakaan mobil. Selama itu pula kedua orang tua Faqih, mertuanya sampai teman-teman terdekat Gus Faqih seperti Gus Khalid dan Ning Syifa rutin menjenguk. Melihat bagaimana perkembangan kesembuhan Gus Faqih. 

Tak terasa kini sudah minggu kedua rehabilitasi intensif, yang meliputi stimulasi multisensori lebih intens, evaluasi neurologis lanjutan, terapi fisik lanjutan dan pengelolaan nutrisi. 

Pagi ini Shafira kembali duduk di samping brankar suaminya. "Ayo makan, Mas."

"Bosen," jawab Gus Faqih ketika melihat makanan yang dipegang istrinya lagi-lagi bubur.

Shafira meletakkan kembali mangkuk berisi bubur ke nakas. Perempuan itu lantas mengeluarkan kotak bekal membuat Gus Faqih memperhatikan dengan penasaran.

Shafira membuka kotak bekal itu. "Ini aku bikin kentang yang dihalusin karena mas gak boleh makan yang keras harus yang lunak."

Gus Faqih tampak diam sebentar.

"Mas gak mau makan masakan aku?" tanya Shafira entah kenapa terlihat lucu di mata Gus Faqih.

Gus Faqih terkekeh pelan. "Mau."

Senyum Shafira mengembang. Perempuan itu mulai menyuapi suaminya dengan telaten. 

Selama disuapi istrinya, Gus Faqih tak henti tersenyum. Sebenarnya laki-laki itu tak tahan untuk menggoda istrinya. Tapi, karena ia belum sepenuhnya pulih. Jadi, belum bisa berbicara terlalu panjang lebar.

"Mas hari ini saya mau izin ke Wonogiri."

"Mau apa?" tanya Gus Faqih menatap serius istrinya.

"Mas ingat aku pernah bilang, kalau aku ditawarin ngajar di Ponpes Al-Mutawally. Aku mau kasih jawaban, udah lama juga gak sowan. Rasanya gak enak mas."

"Yasudah hati-hati."

 Shafira mengangguk. "Mas terima apapun keputusan aku?"

Tangan Gus Faqih yang dilengkapi dengan infus mengusap pipi sang istri yang tersembunyi di balik cadarnya. "Iya, Sayang."

Setelah selesai menyuapi Gus Faqih. Shafira tampak diam sambil memandangi suaminya. 

"Kenapa?" tanya Gus Faqih heran.

Shafira menggeleng. 

Tangan Shafira menggenggam pelan tangan suaminya. "Mas cepet sembuh ya."

"Ututu ... kangen ya?" goda Gus Faqih.

"Iya, Mas."

Gus Faqih langsung memalingkan wajah. Laki-laki itu tak berekspektasi istrinya akan menjawab begitu. Padahal ia mengira Shafira akan menyangkal. Ah, jawaban singkat itu membuat jantung Gus Faqih berdebar. Ia jadi semangat ingin cepat-cepat sembuh.

EKSPEKTASI RASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang