6. Keseriusan Gus Khalid

2.2K 162 22
                                    

"Saya tidak bisa mencintai Ning Syifa seratus persen, karena cinta terbesar saya ada pada Sang Pencipta."
~Khalid Khairul Umam~

💐💐💐

Begitu Ning Syifa mengangkat telepon dari Gus Khalid, ekspresi perempuan itu berubah karena mendengar suara lain di seberang telepon.

"Bang siapa calon istrinya?"

"Udah tahu kan."

"Ish! Dasar sebutin siapa gak?!"

"Ning Syifa."

"Jawabnya sambil berseri-seri coba, mukanya datar banget sih."

Ning Syifa sedikit menahan tawa mendengar obrolan diseberang telepon. Walau tidak melihat wajah, ia mengenali 2 suara itu adalah milik Nadhifa dan Gus Khalid. Kakak beradik itu memang benar-benar memiliki kepribadian yang bertolak belakang.

"Ekhm, assalamualaikum? Kenapa telepon?"

"Eh, waalaikumsalam, Kak. Ini Abang katanya mau pesen roti di toko kakak,"

"Nadhifa!" Terdengar nada dingin yang sarat akan protesan di seberang telepon.

"Dih katanya suka, Abang kan sampe penasaran gue beli dimana. Ya ini gue dengan baik hati ngasih tahu."

Tak lama setelahnya suara berisik terdengar dari seberang telepon. Bahkan sepertinya ada teriakan melengking dari Nadhifa.

"Gus?" panggil Ning Syifa memastikan karena ia hanya mendengar suara napas tak teratur laki-laki itu.

"Afwan, adik saya...."

"Tidak apa-apa, nanti saya kirimkan daftar varian rotinya."

"Iya, Ning."

"Bisa saya minta tolong, Gus?"

"Ya, silakan."

"Jangan telepon tiba-tiba kecuali urgent."

Sungguh jauh didasar hati Ning Syifa berusaha menahan debaran yang menggila. Perempuan itu merasa takut, ia takut tanpa sadar larut dalam perasaan cintanya. Karena saat ini status keduanya belum benar-benar halal.

Khalid berdehem. "Besok saya ke toko."

💐💐💐

"Ning Syifa?" 

Suara bernada dingin itu membuat Ning Syifa menghentikan langkahnya. Kepala yang semula menunduk langsung mendongak untuk memastikan siapa orang yang memanggilnya.

Begitu tatapannya beradu pandang dengan sipemanggil, Ning Syifa berusaha sebisa mungkin untuk menjaga ekspresinya. "Gus Khalid? Ada urusan apa di sini?"

"Mengunjungi Nadhifa," jawab Gus Khalid singkat dan terkesan kaku.

Ning Syifa mengangguk pelan. "Nadhifa mondok juga di sini?" tanya perempuan itu memastikan, karena yang ia tahu MA Cendikia ini termasuk sekolah berbasis boarding school.

EKSPEKTASI RASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang