9. Talk to You

2.1K 161 11
                                    

“Salahnya kita adalah terlalu mengharapkan dia yang jelas-jelas hanya manusia, bukannya mengharapkan apa-apa pada Sang Pemilik Semesta.”
~Syifatunnisa Az-Zahra~


💐💐💐

Bukannya membangunkan Khalid untuk segera bersiap shalat subuh di masjid, Ning Syifa yang bangun duluan justru sibuk memandangi wajah suaminya yang masih terlelap tidur. Dulu sebelum menikah, perempuan itu tak berani memandang wajah Khalid karena takut berdosa lewat zina mata. Tapi sekarang tak ada dosa jika menatap lama-lama, justru berpahala karena keduanya sudah halal dalam ikatan pernikahan.

"Maasya Allah, begini ya  ... rasanya memandangi laki-laki yang dicintai dari dekat. Pengen peluk, tapi ... takutnya Gus Khalid gak nyam...."

"Habibati?"

Ning Syifa pura-pura menguap juga. "Eh, Mas aku juga baru bangun tidur. Ayo siap-siap buat shalat subuh."

Ning Syifa buru-buru bangkit dari kasur. Perempuan itu sampai berlari untuk mengambil wudhu terlebih dahulu. Padahal sebenarnya Ning Syifa sedang menghindar. Hati perempuan itu rasanya tak kuat jika berdekatan terus dengan suaminya. Dulu saat sebelum menikah Ning Syifa masih bisa mempertahankan ekspresi cueknya. Tapi, sekarang sungguh tidak bisa.

"Sudah?"

Ning Syifa yang baru saja keluar dari tempat khusus wudhu sontak mendongak dan berhenti melangkah. Perempuan itu refleks mundur selangkah karena kaget melihat Khalid sudah berdiri di hadapannya.

"Ngapain berdiri di sini?"

"Mau wudhu."

"Oh, iya."

Sumpah pertanyaan konyol abis. Kenapa semenjak jadi istrinya saya jadi kayak malu-maluin diri sendiri.

"Mas emang udah mandi ya?"

"Sudah."

"Kok cepet."

"Sepuluh menit."

Hanya dengan dua kata itu saja Ning Syifa sudah paham, bahwa ternyata ia sudah terlalu lama di tempat wudhu.

"Mas udah nunggu lama?"

Khalid menggeleng.

"Saya bantu siapkan sajadah ya, Mas."

"Bolehh," jawab Khalid lembut sebelum laki-laki itu masuk ke tempat khusus wudhu.

Ning Syifa melangkah cepat menuju kamar, perempuan itu segera mengambilkan sajadah di dalam lemari. Kemudian ia meletakkannya di atas kasur. 

Sembari menunggu suaminya selesai berwudhu, Ning Syifa mengenakan mukena dan menggelar sajadah di ruang shalat. Perempuan itu mengambil al-quran dan mulai murajaah hafalan seperti rutinitasnya setiap hari.

"Saya berangkat ke masjid dulu."

Ning Syifa berhenti murajaah. Perempuan itu menoleh melihat suaminya yang sudah rapi, bahkan sajadah yang ia siapkan tadi sudah dipegang. 

Senyum Ning syifa terukir. "Hati-hati, Mas."

Khalid mengangguk. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

💐💐💐

"Assalamualaikum." Khalid memasuki rumah setelah shalat subuh di masjid.

Tak lama Ning Syifa datang menghampiri masih berbalut mukena. "Waalaikusalam."

"Masih murajaah?" tanya Khalid.

EKSPEKTASI RASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang