18. Memasrahkan Pada-Nya

1.6K 122 29
                                    

“Menjaga hati terlihat sepele. Tapi, tak semua orang bisa melakukannya.”
~Khalid Khairul Umam~

-EKSPEKTASI RASA-


Hening selama beberapa saat. Perdebatan antara Shafira dan Khalid membuat suasana jadi tegang. Terlebih lagi dari awal Shafira tak ingin terlalu dekat lagi dengan laki-laki itu. Mengingat masa lalu yang pernah mereka alami. Tapi, sayangnya siapa sangka takdir mempertemukan keduanya. Sesimple ia menikah dengan sahabat dari Khalid. 

"Saya penasaran mengenai masa lalu."

Perkataan dari Khalid membuat Shafira refleks menoleh. Ia sempat memperhatikan ekspresi Ning Syifa yang duduk disebelahnya mengangguk dengan senyuman.

"Mas Khalid udah izin soal pembahasan ini," kata Ning Syifa angkat bicara karena tampaknya Shafira terlihat ragu dan tak enak hati.

"Haruskah?" tanya Shafira, perempuan itu menunduk, menatap tangannya yang terkepal di atas paha.

"Saya hanya ingin memastikan."

"Bukankah sudah selesai?" tanya Shafira berusaha sebisa mungkin menahan diri agar tak meledakkan emosi.

"Kesalahpahaman akan terus berlanjut jika tak ada penjelasan."

Shafira menghela napas. "Maaf, tapi saya tidak bisa."

"Kenapa, Ra?" tanya Ning Syifa.

"Saya menunggu Mas Faqih sadar. Akan lebih baik jika semua orang yang terlibat dan harus tahu hadir. Agar tidak menjelaskan dua kali."

Khalid mengangguk paham. "Baiklah."

"Mengenai pesan Faqih...."

"Sampai kapan pun saya tak ingin, Gus," lirih Shafira.

Ning Syifa menggenggam tangan Shafira. Berusaha menguatkan. 

Shafira menatap tangannya yang digenggam sang sahabat. Ia menatap Ning Syifa sedih. "Saya tidak bisa. Terlepas dari kita pernah sedekat itu, bukan berarti saya masih mengharapkan. Ingatlah, gus ... lupakan segala kenangan masa lalu dan bangunlah lembaran baru. Perasaan saya sudah mati ketika gus menghilang tanpa kabar. Mari berdamai dan jangan ingat kembali."

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Khalid mendengar lagi kalimat panjang yang terlontar bibir Shafira. Dulu mungkin sering, hanya saja sekarang situasi keduanya sudah berbeda. 

Mungkin akan ada banyak orang yang membenci  Khalid ketika tahu bagaimana masa lalunya.  Mengatainya bodoh karena masih saja menyimpan rasa pada perempuan di masa lalu? Padahal ia sudah menikah dengan perempuan yang tak kalah luar biasa. Tapi, jujur saja menjadi Khalid juga tak mudah. Melupakan seseorang yang teramat dicintai tidak semudah itu. Karena lagi-lagi bukannya Khalid tidak berusaha melupa Shafira dan mencintai Ning Syifa. Memang benar, semakin berusaha menjadi taat dan lurus di jalan-Nya akan ada banyak rintangan yang akan menguji. Apakah akan tetap istiqamah pada jalan-Nya atau justru terbawa arus dan berakhir jatuh?

"Saya mengerti, Ustadzah."

-EKSPEKTASI RASA-

"Habibati," panggil Khalid kala keduanya sampai di rumah dan perempuan itu hendak ke kamar.

Ning Syifa berbalik. "Kenapa, Mas?"

EKSPEKTASI RASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang