16. Kebimbangan Gus Khalid

1.8K 138 65
                                    

“Masalah hati bukan perkara yang mudah, salah langkah bisa goyah dan patah. Karena itulah perlu adanya pegangan yang kuat, pada-Nya Sang Pemilik semesta.”
~Khalid Khairul Umam~

-EKSPEKTASI RASA-

Kondisi Gus Faqih masih dalam keadaan koma, bahkan setelah hampir dua minggu berlalu. Yang paling sedih tentu saja keluarga besar dari Gus Faqih. Kiai Wafa yang merupakan Abi dari Gus Faqih rutin berdoa baik kala sendirian di sepertiga malam, maupun meminta doa dari para santrinya.

Hari ini yang berjaga di rumah sakit ada Nyai Afifah, Umi dari Gus Faqih. Sebenarnya Shafira ingin terus berjaga di sana. Sayangnya, baik dari keluarga sang mertua maupun dari keluarganya kompak memintanya untuk istirahat sejenak.

Saat ini Shafira berada di Shafira's Store, usaha pakaian muslimah yang ia dirikan sejak 3 tahun yang lalu. Perempuan itu berada di ruang kerjanya. Menatap layar komputer sejak tadi, memperhatikan setiap laporan yang masuk terkait usahanya.

Helaan nafas lelah keluar dari bibir Shafira. Ia menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangan. Meski belum sepenuhnya mencintai Gus Faqih, perempuan itu tetap saja merasa sedih terhadap kecelakaan naas yang menimpa suaminya. Apalagi mendengar laporan dari pihak kepolisian mengenai TKP kecelakaan itu.

Mas Faqih beliin aku puding matcha.


Ketukan di pintu terdengar membuat Shafira mendongak. Ia mendapati Rania, salah satu teman kecilnya sekaligus asistennya memasuki ruangan. "Ra, ada tamu."

Shafira mengernyit, merasa aneh dengan sikap Rania yang tidak seperti biasanya. "Siapa tamunya?"

"Kayaknya lo gak perlu nemuin, biar gue suruh pulang aja orangnya."

Shafira beranjak dari tempat duduknya, perempuan itu berjalan melewati Rania. "Biar saya temui."

"Itu ... Gus Khalid."

Shafira yang baru akan memegang kenop pintu langsung membeku. Langkahnya sempat terhenti. Masih dengan posisi membelakangi Rania.

"Gue usir aja."

Shafira beristigfar dalam hati, perempuan menghela napas. Lalu tanpa ragu membuka pintu ruang kerjanya. Melangkah menuju ruang depan tempat biasanya penerimaan tamu.

Shafira langsung duduk di kursi single yang berhadapan dengan Khalid. "Ada perlu apa?"

"Saya hanya meminta maaf mengenai kecelakaan Faqih."

Shafira menahan diri untuk tidak terbawa emosi masa lalu. "Bukan sepenuhnya salah, Gus."

Khalid mengangguk. 

"Sudah izin dengan Ning Syifa terkait pertemuan ini?" Entah keberanian dari mana, Shafira menanyakan hal seperti ini.

"Ya, sudah."

"Baiklah, gus boleh pergi." Tak ada keramahan dalam tutur kata Shafira, perempuan itu hanya tak ingin membuat peluang konyol soal perasaan masa lalu.

"Gus Faqih menitipkan pesan."

"Apa?"

"Gus Faqih sudah mengetahui mengenai masa lalu kita. Tapi, tak sedikit pun ia merasa ragu ketika melamar Ustadzah Shafira."

EKSPEKTASI RASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang