Bab 10

14.5K 634 13
                                    

"Mas, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Aku meminta waktumu sebentar saja. Ayo kita bicara"    Pintaku dengan mengiba.

Rajendra membuang napas lelah. Aku tahu ia sangat enggan berbicara denganku terlihat dari raut muka malasnya yang begitu kentara.

Rajendra melangkahkan kakinya ke ruang tengah, ia duduk di sofa singgle dan aku mengambil duduk berjarak dengan dia. Aku tidak mau Rajendra muak denganku jika aku mengambil duduk berdekatan dengan dia.

"Perempuan tadi apa benar bernama Laras?" Tanyaku meminta penjelasan pada Rajendra.

"Hem.." Dehemannya dengan nada malas.

Aku menyambung pertanyaanku kembali "Mas pacaran sama Laras?"

Rajendra diam, nampak memikirkan jawaban yang menurutnya tepat. Jantungku berdegup teramat kencang serasa akan meloncat dari rongga dada hanya karena menunggu jawaban dari Rajendra yang terjeda lama.

"Kamu bisa berhubungan dengan Djati di belakangku. Aku pun sama, aku bisa jalan dengan Laras di belakangmu"

Aku terkesiap mendengar jawaban dari Rajendra. "Mas ingin balas dendam?" Tanyaku menuntut namun Rajendra hanya diam tidak mengiyakan ucapanku.

"Aku ga pernah selingkuh sama Djati. Jika mas mau, aku akan mempertemukan mas dengan Djati dan tunangannya" Ucapku menggebu. Kali ini aku sudah tidak bisa mengatasinya sendiri. Biarlah aib rumah tanggaku diketahui beberapa orang asalkan masalah ini cepat selesai.

Ucapanku ditanggapi oleh Rajendra dengan senyuman rameh. "Untuk apa aku bertemu Djati? Kalian pikir, aku akan percaya dengan cerita karangan kalian? Kalian ingin membodohiku untuk merawat anak haram kalian dan memberi nama Ahmodjo di belakang namanya?"

"Jangan mimpi Lu!" Rajendra menekan kalimatnya dengan tatapan tajam.

"Tapi aku memang ga pernah selingkuh sama Djati" Aku mengulang-ulang kalimatku lagi dan lagi, meskipun kalimat ini tidak akan pernah bisa mematahkan tuduhan Rajendra. Tapi setidaknya ia harus tahu bahwa aku mengatakan yang sesungguhnya.

"Bukti-bukti itu!..... foto-foto itu dan anak haram di dalam kandunganmu tidak akan pernah ada jika kamu ga selingkuh sama Djati. Bahkan aku sendiri yang memergokimu masuk ke dalam hotel bersama laki-laki brengsek itu. Seberapa kuat kamu mengelak dan menolak kamu tidak bisa menghapus jejak perselingkuhanmu itu" Suara Rajendra mulai meninggi.

"Tolong Mas, jangan sebut anak di dalam kandunganku anak haram. Meskipun kamu tidak mau mengakuinya. Dia bayi yang suci dan belum memiliki dosa" Hatiku seperti ditusuk duri saat ayah kandungnya justru menyebut bayi di dalam kandunganku anak haram.

"Dan tolong jauhi Laras terlebih dahulu sebelum kita resmi bercerai. Kamu masih sah sebagai suamiku di mata hukum dan agama. Aku pun sama, aku tidak akan berhubungan dengan laki-laki lain"

"Permisi" Aku memilih pamit dan naik ke lantai dua untuk mengakhiri perdebatan kami.

Rajendra tidak menjawab. Melihatku meninggalkan duduk, ia ikut serta melangkah pergi dan memasuki kamar tamu.

Aku mengeluarkan tangisku saat berada di ujung anak tangga teratas. Dari lantai dua aku melihat punggung Rajendra yang menghilang ditelan daun pintu yang tertutup.

Ingin rasanya aku menyerah dengan pernikahanku karena rasanya sulit sekali meyakinkan Rajendra bahwa tuduhannya tidak benar. Pernikahanku seperti telur di ujung tanduk. Kapan saja telur itu bisa pecah karena jatuh.

Tapi aku tidak boleh menyerah secepat itu. Selain karena cintaku kepada Rajendra juga masih sangat besar,  ada anak di dalam kandunganku yang masih membutuhkan sosok ayah di kehidupannya kelak.

Serpihan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang