Bab 19

13.7K 746 59
                                    

Aku menjemput Laras di rumah besar. Setelahnya aku melajukan mobilku ke rumah mama untuk pulang.

"Awas Mas!" Teriakan Laras menyadarkanku dari lamunan. Mobil yang aku kendarai ternyata sudah masuk ke jalur berlawanan. Di depan mobilku sudah ada truk tronton yang siap menabrak kami. Otomatis aku langsung membanting stir ke arah kiri lalu melakukan pengereman mendadak.

Kepala Laras terbentur dashbor mobil karena perempuan itu tidak mengenakan sabuk pengaman.

"Au..." keluhnya sambil menutupi area kening yang tadi menerima benturan.

Aku menyingkirkan tangan Laras dari area kening untuk memeriksa kondisi lukanya. Kening Laras terlihat memar dengan warna ungu dan kemerahan.

"Keningmu memar. Kita ke rumah sakit dulu ya" Ucapku khawatir.

Laras mengiyakan ucapanku dengan anggukan kecil. Setelah mendapat persetujuan Laras, aku memutar kemudi untuk mencari pertolongan di rumah sakit terdekat.

"Maaf ya... Ras, tadi aku melamun jadi kurang fokus mengemudi" Aku menyesalkan kecerobohanku sampai membuat Laras celaka.

"Ga papa mas. Mungkin mas kecapekan karena seharian bekerja. Ditambah lagi harus mampir ke rumah besar buat jemput aku" Ucap perempuan itu mencoba mengerti kondisiku.

Untungnya Laras memiliki sifat yang pengertian dan tidak mudah marah. Mungkin sebenarnya aku menjadi laki-laki yang beruntung mendapatkan wanita sepenyabar dan sepengertian Laras, namun sayangnya aku tidak menyadarinya.

Tiba di rumah sakit Laras mendapatkan pertolongan di IGD. Luka Laras dibersihkan, kemudian diberikan obat lalu ditutup dengan plester.

Setelahnya aku mengajak Laras untuk makan malam di luar. Kami memutuskan untuk makan bakso di warung yang tidak jauh dari rumah sakit.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah terlalu larut jika harus makan malam di rumah. Lagian aku merasa kasian dengan si Mbok yang harus menyiapkan makan malam untuk kami selarut ini.

Selesai makan, aku dan Laras bergegas pulang. Kali ini aku lebih berhati-hati lagi saat mengendarai mobil. Aku lebih fokus, tak membiarkan masalah tentang Wilu tadi menyita pikirannku. Aku tak ingin mencelakakan diriku sendiri dan juga Laras.

Tiba di rumah, aku melihat mama yang masih asyik menonton televisi di ruang tengah. Sepertinya beliau sedang menonton film barat yang berjudul 'P.S I Love You'. Film drama yang menceritakan tentang seorang istri yang tidak bisa move on karena kematian suaminya, namun sang suami menyiapkan semuanya untuk sang istri agar ia bisa melanjutkan hidupnya setelah laki-laki itu tiada.

Aku hafal jalan ceritanya karena mama sering menonton film itu berulang-ulang. Mungkin saja film itu mengingatkan kisah cinta mama dengan almarhum Papa.

"Mama kok belum tidur?" Aku mencium punggung tangan mama diikuti dengan Laras yang melakukan hal yang sama sepertiku.

"Belum ngantuk" Mama hanya menjawab singkat kemudian melanjutkan menonton film favoritnya.

"Kamu mandi aja dulu Ras" Pintaku pada Laras yang disetujui oleh perempuan itu.

Aku mengambil duduk di samping mama sambil menyandarkan kepalaku ke bahu wanita yang melahirkanku itu.

"Ada apa lagi?" Tanyanya tanpa mengurangi fokus pada film yang masih setia ia tonton.

Beliau tahu kalau aku sedang tidak baik-baik saja.

Aku tahu jika mama sebenarnya peduli namun ia hanya masih marah kepadaku sehingga ia terlihat sangat tak acuh sekarang.

"Mama benar, aku terlalu gegabah mengambil keputusan..."

Serpihan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang