"Kalian tunggu di sini" Gilang meminta Rajendra, Bayu, dan Bara untuk menunggu di kursi teras. Gilang tidak mengijinkan mereka masuk karena Wilu belum mengetahui jika Rajendra ingin bertemu dengan perempuan itu. Gilang hanya tidak ingin Wilu kaget atau terpaksa bertemu dengan Rajendra-suaminya jikalau sebenarnya Wilu masih merasa enggan.
Kehamilan rentan, dibuang oleh keluarga, dan tidak membawa uang sepeserpun membuat hati Gilang merasa iba saat pertama kali ia menemukan Wilu. Perempuan itu bahkan sampai pingsan karena kelelahan dan dehidrasi.
Meskipun Rajendra sudah mengatakan jika dia menyesali tindakannya tapi ada rasa tak rela jika Wilu harus krmbali kepada laki-laki breng*** semacam Rajendra. Gilang hanya ingin memberikan perlindungan kepada Wilu agar perempuan itu tidak terluka lagi untuk yang kedua kalinya.
"Lu..... Wilu..." Dari arah depan Gilang menyerukan nama perempuan yang sedang dicarinya.
"Aku di dapur Mas Gilang. Baru buat bolu kukus" Wilu menyahut ucapan Gilang dari area belakang rumah.
Sebenarnya Gilang sudah menebak jika Wilu sedang ada di dapur tanpa perlu repot-repot memanggil namanya. Dari wangi bolu kukus beraroma pandan yang di buat Wilu, pasti perempuan itu sedang asyik berjibaku dengan adonan roti.
"Mas Gilang perlu sesuatu?" Wilu yang melihat Gilang sudah berdiri di area dapur langsung menodongnya dengan pertanyaan.
Gilang mengangguk kecil. Kemudian laki-laki itu ikut duduk bersila di dekat Wilu yang sedang duduk menggunakan dingklik. Perempuan itu menjeda kegiatannya yang sedang memasukkan adonan ke dalam cup-cup kecil lalu beralih memperhatikan laki-laki yang duduk di sampingnya.
"Loh Mas Gilang kok ikut duduk di lantai. Ayo.. duduk di kursi" Wilu bangkit dengan supah payah karena terganjal perutnya yang sudah membesar. Gilang yang tahu Wilu kepayahan mengulurkan tangannya untuk membantu Wilu berdiri.
"Lain kali jangan duduk di bawah lagi Lu.... Kamu bakalan kesusahan buat bangunnya" Gilang mengimbangi bobot tubuh Wilu yang tengah berdiri mengandalkan tangan Gilang sebagai tumpuan.
Usai mendudukkan Wilu di kursi, Gilang menyambung kalimatnya kembali "Terus ngapain juga kamu repot-repot bikin roti kayak gini? Yang ada kamu bisa pendarahan lagi kalau kecapekan. Apa kamu ga kasihan sama si dedek bayi?"
"Iya Mas maaf. Soalnya sisa donasi tepung sama telur kemarin masih banyak banget. Sayangkan kalau sampai terbuang. Ya udah... aku inisiatif bikin roti bolu aja, kan bisa dibagi-bagi sama penghuni rumah singgah disini"
Berulang kali Gilang menasehati namun kenyataanya Wilu tetap saja tak acuh. Mengenal perempuan itu selama empat bulan di rumah singgah ini membuat Gilang banyak tahu tentang watak perempuan itu. Satu hal yang Gilang pahami jika perempuan itu merasa sangat sungkan apabila mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarnya secara cuma-cuma. Wilu akan berusaha sebisa mungkin untuk membalas kebaikan orang-otang yang telah menolongnya.
"Iya Lu.... Saya tahu. Tapi kamu bisa minta bantuan penghuni lain daripada kamu kerjain sendiri. Kasiankan dedek bayi di perut kamu itu"
"Iya Mas Gilang. Lain kali ga gitu lagi deh. Oh iya, kok kita jadi berdebat sih. Tadi Mas Gilang ada perlu apa sama aku?"
Gilang menelan ludahnya kasar. Ada keraguan di dalam dirinya untuk memberi tahu Wilu jika suaminya sudah menunggu di teras depan. Namun laki-laki itu tak punya pilihan lain. Mau tidak mau ia harus menyampaikan hal ini kepada perempuan itu.
"Lu, tadi malam saya ketemu dengan suami kamu- Rajendra" Gilang memperhatikan raut wajah Wilu dengan seksama setelah mengucapkan nama laki-laki yang menjadi suami Wilu itu di akhir kalimatnya.
Mendengar nama Rajendra disebut oleh Gilang membuat mata Wilu memancarkan riak sendu yang begitu kentara.
Kemudian Gilang melanjutkan kalimatnya meskipun tak ada tanggapan dari lawan bicaranya. "Rajendra ada di depan. Dia menunggumu di teras. Dia ingin ketemu sama kamu buat menyelesaikan masalah kalian"
Seketika tubuh Wilu melemas. Wilu yang merasa terkejut dengan kehadiran Rajendra yang tiba-tiba, memilih menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi agar tidak roboh.
Sudah empat bulan ini ia tidak bertemu dengan sosok laki-laki yang tega memadunya itu. Hidupnya sudah tenang, meski tanpa keluarga disampingnya. Mengapa pria itu tiba-tiba datang, lalu mengusik kehidupannya kembali? Ada apa Rajendra sampai repot-repot mencari dirinya? Harusnya Rajendra sudah hidup bahagia dengan istri barunya itu tanpa lagi mengusik kehidupannya.
Melihat Wilu yang hanya diam tak menjawab membuat Gilang berucap kembali "Jika kamu tak ingin menemuinya, saya akan menolak kehadirannya Lu. Kamu bisa bertemu dengan dia lagi kalau kamu sudah merasa siap"
Wilu nampak mengulas segaris senyum paksa untuk menyamarkan kegalauan di hatinya "Aku akan menemuinya Mas. Aku sudah tahu untuk apa dia mencariku. Aku harus segera menyelesaikan masalahku dengan mantan suamiku. Semakin cepat semakin baik"
"Aku akan ganti baju sebentar. Tidak sopan rasanya menemui tamu hanya menggunakan daster" Wilu bangkit dari duduknya untuk menuju ke kamar. Namun baru beberapa langkah, ia menoleh kembali menghadap Gilang.
"Oh iya Mas, Bolehkah aku meminta tolong sesuatu sama Mas Gilang?"
"Minta tolong apa Lu?" Tanya Gilang penuh dengan rasa penasaran di benaknya.
"Em.. aku pinjam ruang kerja Mas Gilang sebentar ya. Aku hanya tidak ingin masalah rumah tanggaku menjadi konsumsi para penghuni rumah singgah. Apakah boleh?" Pinta Wilu penuh harap.
Tak perlu berpikir lama, Gilang langsung menganggukan kepalanya tanda laki-laki itu memberikan izin. "Iya Lu, boleh" lanjutnya.
"Makasih Mas Gilang" Ucap Wilu tulus dari dalam hati.
"Oh ya Lu..." Wilu yang tadinya ingin beranjak menjadi urung karena panggilan dari laki-laki yang telah menyelamatkannya itu.
"Ya..."
"Jika kamu butuh seseorang untuk menemanimu bertemu dengan Rajendra. Saya akan bersedia Lu buat menemani kamu"
Gilang yang tahu watak Wilu yang tidak suka merepotkan orang lain berinisiatif menawarkan diri.
"Makasih Mas tawarannya, tapi sebaiknya aku menemui dia sendiri" jeda sesaat.
"Aku udah sejauh ini menempa diriku menjadi kuat jika saat ini tiba. Aku hanya tak ingin terlihat lemah. Aku tidak ingin mereka meremehkanku dan meninjak harga diriku sampai tidak bersisa. Aku yakin aku mampu menghadapi Rajendra sendirian" Ucap Wilu dengan penuh keyakinan.
Ada perasaan lega luar biasa yang dirasakan oleh Gilang. Wilu yang sekarang sungguh sangat bermental baja. Berbeda dengan Wilu yang dulu saat pertama kali Gilang menemukan perempuan itu.
Hari-hari Wilu yang dulu sungguh sangat kelabu. Setiap hari matanya selalu bengkak karena terlalu banyak menangis. Selalu menyendiri dan menghindari orang-orang disekitarnya yang ingin menghibur hati perempuan itu supaya merasa lebih baik.
Kondisi perempuan itu berangsur membaik baru dua bulan belakangan ini. Karena hal itulah yang membuat Gilang khawatir jika kehadiran Rajendra dapat meghancurkan perasaan perempuan itu kembali.
Namun kekhawatiran itu menjadi sirna kala Wilu sudah bersiap untuk menghadapi Rajendra seorang diri.
"Saya akan meminta Rajendra untuk menunggu di ruangan kerja saya. Kamu bisa kesana jika kamu udah siap"
Wilu kemudian masuk ke kamar setelah Gilang menghilang dari pandangannya. Perempuan itu berganti pakaian dengan memakai dress semata kaki berwarna biru langit. Tak lupa wilu memakai bedak dan lipstik agar terlihat lebih segar.
Wilu mengusap perut bumcitnya berulang-ulang dengan penuh rasa sayang "Adek... mungkin ini terakhir kalinya kita bakalan ketemu sama Papa. Adek harus tumbuh kuat hanya dengan Mama ya.... Mama janji, Mama bakalan ngasih adek kasih sayang yang berlimpah meskipun adek hanya punya orang tua tunggal. Adek harus kuat ya, demi Mama. Dan Mama juga bakalan kuat demi adek"
Setelah mensugesti bayinya, Wilu keluar kamar lalu menuju ke ruang kerja milik Gilang. Wilu mengetuk pintu itu dua kali sebagai tanda permisi jika dirinya sudah tiba dan bersiap masuk ke ruangan itu. Begitu handel pintu itu diputar, mata Wilu langsung bersirobok dengan mata milik Rajendra.
Rajendra langsung bangkit dari duduknya. Menatap penuh rindu pada perempuan di depannya. Memandang lekat perempuan itu terutama pada perutnya yang kini terlihat membuncit.
Update lebih cepat di KBM dan Karyakarsa (link ada di bio 🤗)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Hati (END)
Romance"Saya mohon maaf, tidak ada kantong janin di rahim ibu. Jadi bisa dikatakan kalau ibu belum hamil" Aku meremas rok yang kukenakan saat dokter kandungan menyampaikan hal itu. Sedih dan takut jika keluarga besar suamiku menanyakan kehamilanku. Aku mel...