Nabastala biru bersahaja untuk pertemuan ini, Kulantunkan sajak berulang kali ketika tarikan napas gagal
Perlahan, susunan bunyi dan hidup,
Seperti pukauan formasi sepasang telingaMenyelami keindahan laut yang tak berdasar
Aku gersang kasih yang paling kerontang
Harap yang paling lapang, kau serupa bah yang tumpah
Di atas pepohonan tanpa daun,Daun-daun tanpa bunga
Sumur-sumur tanpa timba
Serta rindu tanpa sua
Di pucuk sore yang malangIni sajak bukan aku yang dijuluki Majnun
Bukan pula Apollo
Apalagi Peri Echo
Aku hanya seonggok daging mentahYang kaumatangkan dengan kenyataan
Demi kausantap di tiap malam
Bersama selembar kasihan, sejumput garamSecuil asam, kautambahkan di kehidupan
Yang kugadang manis, menciptakan sajian
Beraroma yang telah basi bercampur kasih
Sisa kemarin yang tak terjamah sang mentariPali, 09 Januari 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memorabilia (Puisi)✔️
Teen FictionPuan-puan perindu rembulan, kutitipkan syair ini. Hadir mengikhlaskan takdir, meski semuanya belum berakhir, dan tak perlu bersenda gurau di tengah hiruk-pikuknya nostalgia. Karena kini yang tersisa dalam diriku hanyalah secercah simfoni yang tak be...