3. ( You & Diary )

12 2 0
                                    

Pada waktu jam istrirahat di sekolahnya, Liara bukannya pergi ke kantin untuk makan, dia malah terduduk diam di dalam kelasnya sendiri. Alasannya Liara tidak ke kantin itu karena pagi tadi Liara sarapan dengan porsi yang cukup banyak.

Jadi dia merasa perutnya itu masih belum butuh ganjalan apapun. Jadi yang Liara bisa lakukan hanyalah melamun saja di kursinya duduk, sambil sesekali ia akan pura-pura belajar ketika ada yang sedang melihatnya.

Mengenai ponselnya? Ah, Liara sebal, karena semalam ia lupa mengcharger ponselnya, akibatnya sekarang baterai ponselnya low, dan tidak bisa ia mainkan. Untungnya saja, kegabutan yang melanda Liara tidak berlangsung lama.

"Liaraaa!" seru Devina, seraya menuju
ke tempat duduknya, yang berada persis di sebelahnyanya Liara. Di tangan kanannnya terlihat dia sedang membawa es teh manis untuknya satu, dan Liara satu.

"Udah selesai makannya?" Liara berbasa-basi.

Liara terduduk manis setelah ia menaruh satu es tehnya di meja milik Liara. Sebenarnya Liara tidak pernah menitip itu pada Devina, karena Liara tidak terlalu suka merepotkan orang lain.

"Udah." Devina mengangguk pelan, diiringi senyuman kecilnya. "Gue beliin lo es teh, soalnya daritadi gue ngelihat lo tuh, kek orang yang kurang bertenaga gitu lho."

"Makasih, Dev. Lain kali bawain gue Ferrari aja sekalian, ya! Dijamin gue bakalan semangat seumur hidup."

Devina memampangkan ekspresi julid nya saat itu juga. "Boleh banget gue bawain lo Ferrari, asalkan duitnya dari lo, ya!"

Kali ini Liara tidak bisa menahan tawanya lagi. Demi apapun, Devina itu benar-benar moodboster sekali bagi Liara. Dari sisinya Devina, ia senang sekali melihat temannya itu bisa tertawa lagi.

"Gue kira lo udah lupa caranya
ketawa, Ra." celetuk Devina.

Disahuti oleh Liara, tangannya sambil menancapkan ujung sedotan pada penutup cup es teh manisnya. "Ya kali gue lupa caranya ketawa, Dev..."

Kalau Liara baru saja mau memulai minum es tehnya, Devina sudah terlebih dahulu meminumnya, es nya sekarang sudah setengah porsi. "Ya habisnya lo dari kemarin ya gue perhatiin, cemberut aja, kayak orang badmood."

"Lo mikirin apaan sih?" lanjut Devina.

"Nggak, gue cuma-"

"Gue mau lo jujur, udahlah ceritain aja semuanya sama gue."

Karena dorongan dari Devina, Liara pun benar-benar menceritakan soal dia dan juga Liora, yang baru-baru ini sedang berselisih. "Masalahnya sepele sih sebenernya, Dev."

"Ya kalau emang masalahnya sepele,
kenapa lo kelihatannya kek mikirin banget sih."

Liara sudah tidak lagi tertarik dengan minumannya, hal yang akan dia ceritakan ini menurutnya sedikit serius, jadi Liara pun memasang raut wajah seriusnya. "Jadi ini tentang saudara kembar gue, Liora."

"Okeh ini tentang Liora. Jadi kenapa tuh, sama Liora?" tanya Devina mulai terbawa suasana serius juga.

"Iyya...gue kan sama Liora itu emang
saudara kembar, tapi gatau kenapa gue nggak pernah ngerasa kalau kita itu sama. Dunia gue, sama dunia Liora itu beda banget sembilan puluh derajat." Liara menceritakan secara detail, Devina pun fokus menyirnanya.

"In my opinion, nggak semuanya yang kembar, itu harus benar-benar sama kan? Pasti ada aja hal yang beda. Terus masalahnya di mana, Ra?"

"Ya karena perbedaan gue sama Liora itu, yang bikin gue sama dia kek jauh banget, kayak orang asing. Dari kecil, gue emang kelihatannya sama Liora itu deket, serasi, tapi kenyataannya nggak." Liara kembali meneruskan curhatannya.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang