17. ( Welcome Home )

6 2 0
                                    

“Boleh nggak, kalau gue minta lo suapin gue?” ucap Liora. Toh, tidak ada salahnya kan, manja-manjaan sama pacar sendiri.

“Boleh banget. Lo kan cewek gue.” Elza tentunya tidak akan menolak keinginan kecilnya Liora. Elza segera duduk di kursi kecil yang ada di samping Liora, lalu mulai menyuapi Liora.

Di sisi lainnya, Liara cuma bisa terdiam saja, bergeming menyaksikan keromantisan  antara Liora dan Elza. Tapi jangan anggap diamnya Liara itu sebagai rasa cemburunya, Liara tidak boleh cemburu, ataupun jatuh cinta pada Elza.

“Permisi, pesanan bubur sumsum atas
nama Liora Tasandra?” sontak mereka bertiga menoleh serentak ke arah pintu. Dikira ada kurir yang nyasar, rupanya itu adalah Amanda yang baru saja datang untuk membesuk Liora.

“Amandaaa!” pekik Liora. Sepertinya Liora akan menobatkan hari ini, sebagai hari bahagianya dia. Lihat aja, ada Liara, Elza, dan bahkan juga ada Amanda di sini.

“Haiii Lioraaa....” sapa balik Amanda. Mereka berdua pun langsung saling berpelukan. “Ini gue bawain lo bubur sumsum, gue udah banyakin biji salaknya. Lo pasti suka.”

Thanks ya, Mann.” Liora tersenyum
bahagia kepada Amanda. Amanda pun menganggukkan kepalanya, tak tertinggal juga membalas senyumannya Liora.

“Yaudah kalau gitu, gue izin mau ke depan
dulu, ya.” Liara izin pamit. Karena waktu yang diberikan oleh Lily untuknya menemui Liara, sudah hampir habis.

“Gue temenin ya, Liara?” tawar Elza. Mereka tadi berangkatnya bersama, jadi Elza mau, mereka juga pulangnya bersama.

“Nggak usah Elza, gue bisa sendiri kok.
Udah mendingan lo lanjuy suapin Liora aja.” tolak Liara dengan halus, tidak ada unsur kemarahan dalam dialognya ini.

“Lo nggak lama kan, Liara? Gue baru aja ketemu, sama lo. Masa lo mau pergi, lagi?” kata Liora, dia ingin sekali menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sakit ini, bersama Liara.

“Gue cuma mau pergi, bentar. Tapi gue
janji sama lo, Liora, nanti gue pasti bakalan balik lagi. Okeh?”

“Yaudah kalau gitu, Zaa, kamu temenin
Liara bentar, ya? Gapapa kan, Zaa?”

“Nggak usah Liora— ”

“Gue nggak mau terima penolakan apapun dari lo. Okeh?”

“Liora beneran gapapa gue temenin,
Liara? Lo gimana?” Elza memastikan terlebih dahulu. Padahal sebelum ini, Elza tidak ada tuh minta persetujuan dulu dari Liora. Dasar cowok pencitraan.

Gapapa Zaa, udah buruan gih.” final Liora.

Elza menaruh stropom yang isinya adalah kue pancong  yang dibelinya untuk Liora di bedside table. Setelahnya, Elza dan Liara dengan kompaknya berjalan menuju keluar ruangan.

Mata Liora terus memandangi Elza dan Liara, sebelum akhirnya mereka berdua tidak terdeteksi lagi oleh indra penglihatnya Liora. Lioara beralih melirik Amanda.

“Amanda, gue boleh tanya sesuatu
sama lo?” ujar Liora, Amanda yang tadi terhanyut dalam lamunannya itu pun, jadi tersadar kembali.

“Ah, boleh kok, Ra. Mau nanya, apa?” Amanda duduk di kursi yang sebelummya diduduki oleh Elza.

“Lo udah kenal ya, sama Liara?”

“Kenal banget, Liora.” jawab Amanda sejujur-jujurnya. Dia mengangguk.

“Kalau gitu, lo tau nggak, sejak kapan Liara kenal sama Elza? Terus gimana bisa mereka saling, kenal?” pertanyaan Liora tidak cukup sampai di situ saja. “Sebenernya apa aja sih, yang udah terjadi selama gue koma?!”

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang