21. ( I Hate You! )

12 2 0
                                    

“Liara!” baru saja Liara mausk ke dalam kelasnya, dia sudah langsung dipeluk begitu saja oleh Amanda. Amanda memang terlihat sedang mencemaskan Liara dari semalam.

“Lo kenapa sih, semalam tolakin telepon dari gue?!” Amanda melepaskan pelukannya, dia sebenanrnya sangat marah pada Liara, gara-gara teleponnya yang terus di reject sama Liara.

Melihat Liara yang cuma bisa terbisu saja. Amanda jadi tambah emosi saja. Tapi Amanda tetap bersikap baik, dan tidak memarahi Liara. “Gue denger dati Elza, katanya kemarin ada yang nyerang lo ya, Ra?”

Liara masih belum juga mengubrisnya. Seketika matanya Amanda dibuat salah fokus, kala dirinya melihat ada perban yang terbalur di lengan kirinya Liara. “Ini tangan lo kenapa? Lo nggak apa-apa 'kan?”

Andai saja Liara tidak memberikan janjinya kepada Liora semalam, pasti sekarang Liara sudah banyak mengobrol dengan Amanda. “Ra! Kok lo diem aja?! Jawab gue dong!”

“Pagi Amanda...” sapa Liora, yang baru
saja sampai di dalam kelasnya. Refleks Liara langsung buru-buru menepis tangannya Amanda dari lengan kirinya, Liara menjauhi Amanda dan bergegas duduk di bangkunya.

Di saat inilah, Amanda bisa mengerti alasan, mengapa sejak tadi Liara tidak menjawabnya, dan setelah Liora datang, Liara langsung menjaga jaraknya dari Amanda.

“Amanda, gue punya sesuatu buat lo!”
ujar Liora, tangannya mulai mengorek tasnya, mencari sesuatu di dalam sana. “Kam kemarin lo udah kasih gue boneka lucu tuh, nah sekarang gue bawain lo gelang, gue sendiri tuh yang bikin semalaman.”

Amanda menerima gelang pemberiannya Liora barusan. Kedua sudut bibirnya tertarik serentak. “Makasih ya, Liora.”

“Sama-sama, Amanda.” Liora memeluk Amanda dengan perasaan yang sangat senang. Amanda memang membalas pelukannya Liora, tetapi perasaannya Amanda seperti sedang tidak senang, karena Liara tadi.

“Lo bikinin juga buat Liara? ”

Mendadak Liora jadi gugup. Ia pun membohongi Amanda. “Liara? I-yya gue
juga bikinin dia kok. Tapi kayaknya Liara kelupaan pake gelangnya. Hehe.”

“Oh, oke.” Amanda bisa merasakan
adanya kebohongan dalam omongannya Liora barusan.

Amanda yakin sekali, pasti Liora yang sudah membuat Liara jadi menjauhinya pagi ini. Jujur saja, Amanda ini bukan tipe manusia yang suka memilah teman, siapapun akan ia temani, baik Liara maupun Liora. Amanda menganggap Liora teman, sama halnya juga Liara. Dia cuma tidak nyaman saja, kalau Liora sampai menyuruh Liara menjauhinya.

- - -

K

arena disuruh menjauhi Amanda, Liara
pun jadi istrirahat sendiri, sebab temannya Liara di sekolah ini, satu-satunya ya memang cuma Amanda saja. Bahkan Liora, sebagai saudara kembarnya malah sibuk pacaran dengan Elza, Liara bagai anak nolep saja di sekolah barunya ini.

“Bu es tehnya enam, dia yang bayar, ya.”

Spontan Liara melotot ke samping kanannya, yang mengatakan hal tadi adalah Nandira. Memang Nandira itu, tidak ada habis-habisnya mencari masalah. “Apa-apaan lo!” protes Liara, tidak terima begitu saja.

“Kenapa Liara? Lo nggak punya duit,
ya?” Nandira asal bicara saja. Padahal jelas-jelas sebelummya, Nandira yang minta dibayari sama Liara, lantas mengapa malah Liara yang dikatai tidak punya uang? Yang bener aje.

Aduhh Nan ngapain lo minta dibayarin sama si Miskin ini, sih? Lo emang belum tau, ya?
Liara kan lagi marahan sama orangtua, jadinya pasti dia nggak dikasih duit. Kasihan.” Saras mencoba untuk membuat Liara malu. Kini mereka berenam, menertawai Liara.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang