13. ( Be Fine )

6 2 0
                                    

Liara, Amanda, dan Devina tidak terlalu lama nongkrom di coffe shop ini. Setelah sejam lebih mereka berbincang-bincang, sekarang mereka memustukan untuk langsung pulang saja.

Mereka bertiga lekas  berjalan ka area parkiran. “Lo yakin Liara, nggak mau gue temenin aja, pulangnya?” cakap Amanda. Amanda hanya was-was saja, kalau sampai ada yang menjahati Liara lagi di jalan.

“Nggak usah Man, gue gapapa kok.”
tolak Liara dengan halusnya. Liara cuma tidak ingin menyulitkan Amanda saja.

“Nanti kalau ada yang gangguin lo lagi
di jalan, gimana?”

Liara tersenyum kecil ke arahnya Amanda. “Lo tenang aja Man, gue kan bukan anak kecil, gue bisa jaga diri gue kok.” Liara berusaha meyakinkan Amanda kalau dia akan baik-baik saja.

“Ekhem! Uhuk!” mendadak Devina berdeham, dia menyela. “Enak banget sih, yang udah punya temen baru. Temen lamanya dilupai.” Devina menunjukkan kecemburuannya.

“Apasihh Dev...” kelit Liara. Ia memeluk Devina dari samping. “Lo kan juga temen terbaiknya gue, yang selalu bantu gue setiap saat. Nggak usah marah gitu, bagi gue lo sama Amanda itu sama aja.”

“Awww, makasih Liara.” hatinya Devina merasa senang sekali, mendengar semua hal itu dari Liara. Ia mengelus-elus rambutnya Liara, yang kepalanya berada di pundak Devina.

“Manda sini dong, ikutan juga.” Liara mengajak Amanda untuk bergabung dengan mereka berdua. Tidak mungkin Liara membiarkan Amanda merasa seperti terasingkan.

Mereka bertiga lantas berpelukan saat itu juga. Liara merasa sangat senang karena sekarang ia sudah memiliki Amanda dan Devina di sisinya. “Makasih ya buat kalian berdua, yang udah mau bantuin gue.”

“Gue mau kedepannya kalian nggak berantem lagi, saling tuduh-tuduhan lagi, bisa?” Liara hanya menginginkan satu hal dari mereka berdua.

“Bisa.” sahut mereka berdua dengan kompaknya.

- - -

Selesai dengan urusannya di coffe shop tadi, Liara segera bergegas mengunjungi rumah sakit tempat Liora di rawat. Alasan Liara datang ke sana, karena Lily tadi menelpon dirinya, dan meminta Liara untuk datang secepatnya ke rumah sakit, karena ada hal penting yang ingin dikatakannya.


Dari basement rumah sakit, Liara buru-buru lari menuju ke lantai 3, di sana lah ruang ICU berada. Agar tidak terlalu penat, Liara pun memilih menggunakan lift saja yang tersedia di sana.

Sesaat setelah pintu lift terbuka, Liara kembali berjalan menuju ke ruang ICU. Mata Liara langsung melirik ke arah Candra dan Lily tengah terduduk di kursi tunggu depan ruangan ICU. Kedua orangtuanya itu, tampak sangat marah sekali.

“Mah? Kenapa Mamah tadi suruh Liara datang ke sini?” Liara berbasa-basi.

PLAK!

Lily tanpa aba-aba langsung mengangkat tangannya, memberi tamparan keras pada pipi kanannya Liara. Liara benar-benar tidak pernah menduga akan mendapatkan ini semua dari Lily.

“ANAK NGGAK TAU MALU KAMU!” sentak
Lily. “ADIK KAMU LIARA ITU LAGI SAKIT, KRITIS! TAPI MALAH SIBUK PACARAN SAMA COWOK!”

Sebentar! Liara sama sekali tidak paham, kenapa Lily bisa beranggapan seperti itu? Candra yang melihat reaksinya Liara yang seperti orang binggung itu pun, lantas memberitahu Liara apa yang dimaksud oleh Lily barusan.

Candra memanjangkan ponsel miliknya ke mukanya Liara, dari ponsel Candra itu, Liara bisa melihat sebuah foto. Foto yang ada di dalam gambarnya adalah foto Liara bersama Elza saat di parkiran sekolah sore tadi.

Li To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang